Jakarta (ANTARA Jambi) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) meluncurkan 437 model dasar perhitungan stok karbon pohon (alometrik biomasa) dan 370 volume pohon dari berbagai tipe ekosistem hutan di Indonesia.

"Total kami meneliti 807 model. Penelitian ini diharapkan dapat menduga biomasa hutan sebagai dasar dalam sistem perhitungan jumlah karbon," kata tim peneliti monograf Haruni Krisnawati di Jakarta, Jumat.

Selain digunakan sebagai perangkat dasar untuk mendiagnosa stok karbon hutan, alometrik juga dipakai dalam komposisi dasar sistem perhitungan karbon nasional.

Biomasa hutan dapat dijadikan dasar pengukuran karbon nasional, hal ini bisa untuk melihat dampak deforestasi, penggunaan lahan hutan dan juga dampak perubahan iklim.

Meski demikian, dia mengaku masih ada kesenjangan informasi menyangkut biomasa hutan di berbagai kawasan hutan nasional karena kurang tersedianya data biomasa hutan di Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara, katanya.

Kesenjangan ini karena akses untuk meneliti kandungan biomasa pohon di berbagai pulau itu masih minim, sedang untuk dibawa ke laboratorium biayanya mahal.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Iman Santoso mengatakan, rangkaian hasil penelitian ini akan menjadi dokumen hidup yang bisa dijadikan acuan ataupun referensi bagi penelitian maupun kebijakan ke depan.

"Monograf ini adalah sumbangsih nyata badan Litbang Kehutanan untuk mempercepat penyediaan dan pengembangan penghitungan, pelaporan dan monitoring perubahan stok karbon yang terukur," katanya.

Rangkaian hasil penelitian ini juga menjadi referensi bagi pengukuran level emisi secara nasional.

Monograf ini merupakan produk dari Rencana Aksi Nasional (RAN-GRK) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011.

Namun banyak hal yang perlu dilakukan dan monograf ini bisa dijadikan penyemangat untuk meneliti lebih dalam potensi hutan Indonesia.

Monograf ini merupakan hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Penelitian lapangan dilakukan selama satu tahun dan pengkajian kembali hasil penelitian berbagai universitas selama 3,5 tahun.

Tim penulis monograf ini beranggotakan tiga orang, yaitu Haruni Krisnawati, Wahyu Catur Adinugroho, dan Rinaldi Imanuddin.

Penelitian ini juga melibatkan berbagai pakar hutan dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, dan pakar dari internal Kementerian Kehutanan.(SDP-53)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012