New York (ANTARA Jambi/Reuters) - Tingkat latihan ukuran sedang sering diresepkan bagi orang yang memulihkan diri dari penyakit jantung atau operasi jantung, namun memompa latihan ke tingkat yang lebih tinggi bisa menjadi pilihan yang aman, berdasarkan sebuah studi dari Norwegia.

"Hasil studi terkini mengindikasikan bahwa resiko terjadinya kardiovaskular rendah setelah menjalani latihan dengan intensitas tinggi dan latihan dengan intensitas rendah," kata Oelvind Rognmo, pemimpin studi tersebut dan peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia, di dalam jurnal Circulation.

Rognmo mengatakan, ada banyak bukti bahwa semakin keras orang latihan, semakin banyak keuntungan yang mereka dapatkan dalam fungsi kardiovaskular. Timnya ingin melihat apakah pasien penyakit jantung bisa mendapatkan keuntungan dari latihan dengan intensitas tinggi juga.

Meskipun begitu, perlu menjadi perhatian bagi pasien penyakit jantung bahwa semakin besar tenaga yang dikeluarkan dapat meningkatkan resiko kerusakan jantung.

Rognmo dan rekan-rekannya melacak 4.846 pasien di pusat rehabilitasi jantung di Norwegia yang menyiksa diri dengan latihan aerobik lebih dari 170.000 jam.

Lebih dari 129.450 jam yang dihabiskan untuk latihan dengan intensitas sedang dan sisanya dengan latihan intensitas tinggi. Semua orang dalam studi itu ikut serta pada kedua jenis latihan tersebut.

Latihan yang cukup termasuk satu jam berjalan atau latihan lainnya pada 60 hingga 70 persen denyut jantung maksimal.

Dalam intensitas tinggi, orang-orang berlatih dengan interval empat menit yang berulang, menggantikan latihan yang berdampak besar seperti bersepeda, jogging, atau ski lintas alam, untuk meningkatkan denyut jantung mereka hingga 85-95 persen kapasitasnya (diikuti dengan empat menit atau lebih aktivitas santai, misalnya berjalan).

Selama lebih dari 129.000 jam orang-orang menghabiskan waktu untuk latihan dengan intensitas sedang, satu orang meninggal karena serangan jantung. Selama lebih dari 46.000 jam latihan dengan intensitas tinggi, dua orang mengalami serangan jantung namun selamat.

"Kami menemukan bahwa kedua tipe jenis latihan tersebut meliputi angka kejadian yang rendah. Saya pikir (latihan intensitas tinggi) seharusnya dipertimbangkan untuk pasien dengan penyakit jantung koroner." katanya.

Namun ia dan rekan-rekannya menuliskan bahwa perbedaan jumlah serangan jantung terlalu kecil untuk disimpulkan apakah latihan dengan intensitas tinggi lebih berbahaya dari pada latihan dengan intensitas yang lebih rendah.

 "Saya pikir kami ada di jalur yang benar, namun sebelum kami membuat hal tersebut sebagai rekomendasi standar, mari dapatkan data keselamatan kita," kata Steven Ketevian, direktur kardiologi preventif di Rumah Sakit Henry Ford di Michigan, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012