Samarinda (ANTARA Jambi) - Mantan Wakil Ketua I (Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga) KONI Pusat Hendardji Soepandji menyatakan apapun alasannya, tidak ada pembenaran yang tepat untuk menghapus Pekan Olah Raga Nasional (PON).

"Tidak ada 'event' skala nasional yang begitu banyak melibatkan orang, juga bisa mempertemukan dan mempersatukan berbagai suku, berbagai bahasa daerah, berbagai golongan, berbagai agama seperti PON," katanya di Samarinda.

Hal itu diungkapkannya Ketua Umum Forki tersebut menanggapi pernyataan Wakil Ketua Komisi X DRR RI Utut Adianto belum lama ini yang meminta agar pemerintah mempertimbangkan untuk menghapus PON.

Alasan Utut, penyelenggaraan PON selama ini dianggap selalu memberatkan APBD yang menjadi tuan rumah. Persoalan paling krusial, setelah PON gedungnya tidak bisa dipelihara oleh daerah mana pun.

Menurut Hendardji, semua orang yang hadir dalam acara PON, baik atlet, pelatih, ofisial dan penggembira tidak ada yang mempersoalkan suku, golongan dan agama.

Semuanya menggunakan bahasa satu, yakni upaya bangsa Indonesia menunjukan sportifitasnya dan bersaing secara jujur dan bermartabat," ujar Mayjen TNI Purnawiran TNI-AD yang pernah menjadi Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) 2006 juga Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Darat pada 2008 itu.

"Hanya olaraga yang bersih dari persaingan yang tidak sehat karena sekali berbuat curang maka akan mendapat hukuman, dan yang terberat adalah sanksi sosial sehingga peran PON sangat strategis dalam membentuk karakter bangsa Indonesia," ujar lulusan Akabri 1974 itu.

Apalagi, dari sejarahnya PON dibentuk untuk pemersatu bangsa Indonesia sehingga jika ingin menjadi bangsa besar maka jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

"Memang benar, seperti kita lihat selama 18 kali PON, termasuk PON 2012 di Riau belum lama ini banyak kelemahan di sana-sini, namun seharusnya masalah itu yang diperbaiki agar kualitasnya terus meningkat, bukan meniadakan PON," tegasnya.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012