Jakarta (ANTARA Jambi) - Pengamat politik dari Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muhtadi memperkiraan hanya ada tiga atau dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berkompetisi pada pemilu presiden 2014.
"Ada kemungkinan hanya dua pasangan capres-cawapres yang tampil pada pemilu presiden 2014, karena sampai saat ini partai-partai menengah masih cair dan menunggu kemungkinan yang lebih menguntungkan," kata Burhan Muhtadi di Jakarta, Selasa.
Menurut Burhan Muhtadi, hasil pemilu legislatif 2014 berdasarkan hitung cepat, tidak ada satupun partai politik yang dapat mengusung sendiri pasangan capres-cawapresnya, tapi harus berkoalisi.
Sampai saat ini, kata dia, hanya PDI Perjuangan dan Partai NasDem serta Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sosial (PKS) yang sudah positif berkoalisi.
Direktur Eksekutif lembaga survei Indikator Politik Indonesia ini menjelaskan, dari partai-partai tersebut baru PDI Perjuangan dan NasDem yang memenuhi persyaratan "presidential threshold" untuk mengusung pasangan capres-cawapres.
Sedangkan koalisi Partai Gerindra dan PKS, kata dia, baru mengumpulkan sekitar 18 persen suara sehingga masih memerlukan sekitar tujuh persen suara lagi untuk dapat mengusung pasangan capres-cawapres.
Satu partai lainnya yang berpotensi mengusung pasangan capres-cawapres, menurut Burhan, adalah Partai Golkar, tapi sampai saat ini belum menyekapati koalisi dengan partai manapun.
"Saya melihat partai-partai menengah sampai saat ini masih cair dan membangun komunikasi dengan dua atau tiga partai yang berpotensi membangun poros koalisi," katanya.
Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini melihat, dari tiga partai politik yang berpotensi membangun poros koalisi, hanya ada dua yang diminati karena capres yang diusungnya memiliki elektabilitas tinggi.
Kedua partai tersebut adalah, PDI Perjuangan yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi serta Partai Gerindra yang mengusung ketua dewan pembinanya, Prabowo Subianto.
Satu partai lainnya yang kurangi diminati adalah Partai Golkar yang mengusung ketua umumnya Aburizal Bakrie sebagai capres.
"Partai-partai menengah kurang berminat berkoalisi dengan Partai Golkar, karena elektabilitas Aburizal rendah dan sulit untuk didongkrak naik," katanya.
Burhan melihat ada kecenderungan, Partai Golkar akan merapat kepada Partai Gerindra untuk berkoalisi.
Di sisi lain, ia juga melihat, ada potensi Partai Demokrat membangun poros koalisi baru, tapi persoalannya Partai Demokrat tidak memiliki tokoh populer untuk diusung sebagai capres.
"Dengan peta tersebut, maka kemungkinan ada tiga atau dua pasangan capres-cawapres yang akan bertarung pada pemilu presiden 2014," katanya. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014
"Ada kemungkinan hanya dua pasangan capres-cawapres yang tampil pada pemilu presiden 2014, karena sampai saat ini partai-partai menengah masih cair dan menunggu kemungkinan yang lebih menguntungkan," kata Burhan Muhtadi di Jakarta, Selasa.
Menurut Burhan Muhtadi, hasil pemilu legislatif 2014 berdasarkan hitung cepat, tidak ada satupun partai politik yang dapat mengusung sendiri pasangan capres-cawapresnya, tapi harus berkoalisi.
Sampai saat ini, kata dia, hanya PDI Perjuangan dan Partai NasDem serta Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sosial (PKS) yang sudah positif berkoalisi.
Direktur Eksekutif lembaga survei Indikator Politik Indonesia ini menjelaskan, dari partai-partai tersebut baru PDI Perjuangan dan NasDem yang memenuhi persyaratan "presidential threshold" untuk mengusung pasangan capres-cawapres.
Sedangkan koalisi Partai Gerindra dan PKS, kata dia, baru mengumpulkan sekitar 18 persen suara sehingga masih memerlukan sekitar tujuh persen suara lagi untuk dapat mengusung pasangan capres-cawapres.
Satu partai lainnya yang berpotensi mengusung pasangan capres-cawapres, menurut Burhan, adalah Partai Golkar, tapi sampai saat ini belum menyekapati koalisi dengan partai manapun.
"Saya melihat partai-partai menengah sampai saat ini masih cair dan membangun komunikasi dengan dua atau tiga partai yang berpotensi membangun poros koalisi," katanya.
Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini melihat, dari tiga partai politik yang berpotensi membangun poros koalisi, hanya ada dua yang diminati karena capres yang diusungnya memiliki elektabilitas tinggi.
Kedua partai tersebut adalah, PDI Perjuangan yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi serta Partai Gerindra yang mengusung ketua dewan pembinanya, Prabowo Subianto.
Satu partai lainnya yang kurangi diminati adalah Partai Golkar yang mengusung ketua umumnya Aburizal Bakrie sebagai capres.
"Partai-partai menengah kurang berminat berkoalisi dengan Partai Golkar, karena elektabilitas Aburizal rendah dan sulit untuk didongkrak naik," katanya.
Burhan melihat ada kecenderungan, Partai Golkar akan merapat kepada Partai Gerindra untuk berkoalisi.
Di sisi lain, ia juga melihat, ada potensi Partai Demokrat membangun poros koalisi baru, tapi persoalannya Partai Demokrat tidak memiliki tokoh populer untuk diusung sebagai capres.
"Dengan peta tersebut, maka kemungkinan ada tiga atau dua pasangan capres-cawapres yang akan bertarung pada pemilu presiden 2014," katanya. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014