Jambi (ANTARA Jambi) -  Organisasi pemuda desa-desa komplek percandian Muarojambi Dwarapala-Muja menjadi pelopor pelestarian parade seni topeng khas Muarojambi yang menjadi tradisi tahunan yang digelar setiap momentum Idul Fitri.

"Seni topeng Muarojambi sudah menjadi tradisi di hari pertama lebaran ditampilkan berparade sembari menari bebas berkeliling ke desa-desa di sekitar komplek percandian Muarojambi, ini tradisi lama warisan masa lampau nenek moyang kita," kata Ketua Dwarapala-Muja Abdul Haviz di Jambi, Jumat.

Ia menjelaskan, tradisi parade seni topeng Muarojambi tersebut memiliki kisah atau legenda yang unik, dimana di masa lampau terdapat satu kelompok kecil masyarakat yang mengidap penyakit kulit aneh di sekujur tubuh mereka, sehingga mereka menyingkir dari desa dan tinggal di hutan.

Namun, sebagai bagian dari masyarakat desa maka mereka tetap merasa perlu untuk bersosialisasi dan bersilaturrahmi dengan warga desa lainnya minimal sekali dalam setahun mesti keluar hutan dan masuk desa mengunjungi para kerabat dan warga desa lainnya.

Oleh karena itu, mereka menciptakan bentuk-bentuk topeng yang unik dari bahan alam seperti dari labu, upih pinang, ijuk, bilah-bilah bambu, daun-daunan pandan, sabut kelapa dan lain sebagainya, guna menyembunyikan wajah dan tubuh mereka yang mengerikan karena digerogoti penyakit kulit tersebut.

Di desa-desa yang mereka lewati, kelompok masyarakat bertopeng tersebut di sambut meriah dan antusiasme tinggi oleh masyarakat, bahkan mulai saat itu mereka dengan seukarela memberikan sedekah kepada kelompok bertopeng tersebut, dan hal itu dilakoni hingga saat ini.

"Itulah cikal bakal parade topeng Muarojambi yang kita gelar setiap kali lebaran ini, kini para pemain topengnya adalah para pemuda dan anak-anak dengan jumlah dan model topeng yang terus kita kembangkan sehingga terlihat menarik dan unik," kata Haviz.

Seni parade topeng tersebut saat ini menjadi mirip pesta parade topeng Hollowen tapi secara tradisional khas desa Muarojambi yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat dan pengunjung Candi Muarojambi setiap tahunnya.

"Hanya saja, hingga saat ini kita masih mempertahankan momentum digelarnya parade ini sebagaimana aslinya, yakni hanya digelar di hari pertama lebaran, cuma satu hari itu, digelar seusai sholat Ied," kata Haviz.(Ant)

Pewarta: Yupnical

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014