Gaza/Washington (ANTARA) - Pemerintah Gaza mengatakan Israel melancarkan serangan udara sedikitnya di tiga rumah sakit dan kawasan sekitarnya pada Jumat sehingga memperberat masalah sistem kesehatan di kantong Palestina tersebut.
"Pasukan pendudukan Israel melancarkan serangan serentak terhadap sejumlah rumah sakit selama beberapa jam terakhir," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra kepada Al Jazeera.
Fasilitas-fasilitas medis tersebut termasuk rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, di mana Israel menuding Hamas menyembunyikan pusat komando dan terowongan, padahal Hamas membantah. Qidra mengatakan Israel membidik kompleks medis Kota Gaza sampai menimbulkan korban jiwa.
Qidra mengatakan Rumah Sakit Anak Al-Rantisi dan Rumah Sakit Anak Al-Nasr diserang dan dibom pada Jumat. Dia mengatakan serangan di halaman rumah sakit di Al-Rantisi menyebabkan sebagian kendaraan terbakar tetapi saat ini telah padam.
Berbagai rumah sakit di Gaza sudah kesulitan merawat para korban operasi militer Israel yang telah berlangsung selama sebulan untuk melenyapkan Hamas.
Berbagai rumah sakit tersebut mengaku kehabisan pasokan medis, air bersih dan bahan bakar.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 18 dari 35 rumah sakit di Gaza dan 40 pusat kesehatan lainnya tidak dapat beroperasi karena rusak dibom atau kekurangan bahan bakar.
Media Palestina menyiarkan rekaman video Al Shifa pada Jumat yang menunjukkan dampak serangan Israel di tempat parkir tempat pengungsi Palestina berlindung di mana para jurnalis sedang mengamatinya.
Genangan darah terlihat di samping tubuh seorang pria yang dibaringkan di atas tandu.
"Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan ribuan warga sipil di sana yang banyak di antaranya anak-anak dan mereka yang mencari perawatan medis dan perlindungan," kata Human Rights Watch dalam X.
Israel melancarkan serangan balasan setelah Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober yang diklaim Israel merenggut 1.400 warganya. Israel mengaku kehilangan 35 tentara di Gaza.
Pemerintah Palestina mengatakan 10.812 warga Gaza tewas yang sekitar 40 persen di antaranya anak-anak.
Bencana kemanusiaan terjadi ketika persediaan dasar seperti makanan dan air habis, sementara baku tembak membuat warga sipil terpaksa meninggalkan rumahnya.
Serangan udara mematikan terhadap kamp-kamp pengungsi, konvoi medis dan dekat rumah sakit telah memicu perdebatan sengit di Barat mengenai kepatuhan militer Israel kepada hukum internasional.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel wajib membedakan teroris dengan warga sipil dan harus sepenuhnya mematuhi hukum internasional.
Gedung Putih mengatakan Israel setuju menghentikan operasi militer di bagian utara Gaza selama empat jam sehari, tetapi tidak ada tanda-tanda pertempuran berhenti.
Sumber: Reuters