Jakarta (ANTARA Jambi) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat sebesar 62 poin menjadi Rp13.045 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.107 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat setelah sempat terdepresiasi pada akhir pekan lalu (20/3). Dalam jangka pendek ini potensi rupiah bergerak menguat cukup terbuka," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Menurut dia, sentimen dari neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2015 yang mencatatkan surplus memang masih bisa diharapkan bagi mata uang domestik. Apalagi, Bank Indonesia akan tetap konsisten untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya.

Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 tercatat surplus 0,74 miliar dolar AS atau sekira Rp9,62 triliun (kurs Rp13.000), tidak jauh berbeda dengan surplus Januari 2015 yang sebesar 0,75 miliar dolar AS atau Rp9,75 triliun.

Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS salah satunya juga didukung dari ekspektasi tingkat suku bunga AS yang akan naik lebih lambat dari espektasi. Selain itu, adanya pemangkasan proyeksi inflasi AS menambah depresiasi dolar AS.

"Kendati demikian, potensi pembalikan arah dolar AS juga harus tetap diwaspadai, secara teknikal dolar AS memang harus terkoreksi pasca penguatan tajam dalam beberapa bulan terakhir," katanya.

Sementara itu, Kepala Rsiet NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar uang mencoba untuk mengambil posisi ambil untung terhadap dolar AS, kondisi itu turut memberikan sentimen positif bagi rupiah.

Namun, menurut dia, pelemahan mata uang rupiah di pasar valas masih cukup terbuka seiring dengan laju harga minyak mentah yang cenderung kembali terdepresiasi sehingga dapat membuka peluang penguatan dolar AS. (Ant)

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015