Jambi (ANTARA Jambi) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemerintah Provinsi Jambi menganjurkan petani karet di daerah itu, untuk menggunakan cairan pembeku getah karet (deorap) supaya kadar karet kering (K3) menjadi tinggi.

Kepala Bidang Perdaganan Dalam Negeri Filda Evriani di Jambi, Jumat, mengatakan, anjuran itu disampaikan saat sosialisasi yang menggandeng salah satu universitas negeri di Jambi untuk mendorong petani karet agar menggunakan cairan alami pembeku getah karet.

"Kalau pakai cairan alami atau deorap itu dapat meningkatkan K3 hingga mencapai 65 persen," katanya menjelaskan.

Getah karet yang harga jualnya tinggi itu kata Filda adalah getah kualitasnya K3-nya bagus, karena kualitas untuk menentukan karet berkualitas salah satunya dipengaruhi oleh cairan pembeku yang sering digunakan petani.

Dengan menggunakan cairan deorap ini kualitas karetnya menjadi bagus, sehingga harga jual getah karet kering juga menjadi lebih tinggi, dibandingkan dengan menggunakan cairan pembeku yakni cuka biasa.

"Kalau menggunakan cairan deorap, harganya bisa lebih tinggi, tapi dengan catatan tidak dicampur apa-apa seperti dicampur tatal atau bahan lainnya," kata Filda.

Dia mencontohkan, dengan menggunakan cairan tersebut, harga jual karet sampai ketingkat pabrik menjadi lebih baik atau bisa meningkat sekitar 15 persen.

"Misalkan harga jualnya Rp5.000, dengan menggunakan deorap, harganya tentu bisa meningkat. Harganya bisa mencapai Rp8.000/kilogram," katanya.

Filda menjelaskan, untuk membekukan karet satu ball itu cukup dengan menggunakan sedikit cairan deorap yang kemudian dicampur dengan sembilan liter air.

Saat ini kata Filda, cairan deorap itu sudah dikomersilkan dan petani dapat membeli disejumlah toko pertanian dengan harga sekitar Rp56.000 untuk dua liter deorap.

Dia juga mengatakan, saat ini harga karet di Provinsi Jambi masih menurun dan masih masih memakai harga indikasi Singapura, untuk itu ditekankan kepada petani agar menggunakan cairan deorap supaya kualitas getah Jambi dapat bersaing dengan getah negara tetangga.

Turunnya harga karet ini kata Filda disebabkan dua hal. Yakni krisis ekonomi dunia dan ketatnya persaingan kualitas karet dari negara tetangga yang juga memproduksi karet seperti Thailand dan Malaysia.

"Karet kita juga bersaing dengan dua negara itu, karena kedua negara itu saat ini juga masih menggunakan indikasi harga karet dari Singapura," katanya menambahkan. (Ant)

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015