Puluhan destinasi wisata pantai yang terbentang dari Anyer di Kabupaten Serang hingga Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, masih menjadi favorit banyak wisatawan Nusantara untuk mengisi libur Lebaran mereka tahun 2018.

Namun, untuk dapat menikmati panorama atau bermain di pantai-pantai berpasir kecoklatan Anyer-Karang Bolong-Carita-Tanjung Lesung di tengah keramaian pengunjung libur Lebaran itu, mereka harus bersiap secara finansial, fisik, dan mental.  

Betapa tidak, selain harus menyiapkan uang yang memadai, mereka pun harus rela terjebak dalam kemacetan parah yang setiap saat bisa terjadi di banyak titik jalur wisata sepanjang 76,9 kilometer itu.

Kemacetan parah selama berjam-jam tersebut bahkan sudah terjadi pada Minggu (17/6) atau hari ketiga Lebaran akibat membludaknya wisatawan yang datang dengan mobil-mobil pribadi, bus-bus wisata dan antarkota, kendaraan-kendaraan bak terbuka, dan sepeda motor.

Pada hari itu, kemacetan akibat ramainya pengunjung dan banyaknya kendaraan yang keluar-masuk lokasi wisata pantai di sepanjang jalur Tanjung Lesung-Carita-Karang Bolong-Anyer itu membuat waktu tempuh Tanjung Lesung-Cilegon mencapai delapan jam.

Dalam kondisi lalu lintas normal, jarak tempuh Tanjung Lesung-Cilegon sepanjang 105 kilometer tersebut adalah sekitar 2,5 jam.

Di tengah kemacetan yang menguji kesabaran sopir dan penumpang serta kehandalan kendaraan itu, dampak dari komersialisasi destinasi wisata pantai yang dikelola secara mandiri oleh warga setempat pun menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah wisatawan.

Ibu Jaja, warga Lampung Selatan, yang berlibur di Pantai Bandulu, Anyer, Sabtu (16/6) atau hari kedua Lebaran bersama anak dan 10 orang sanak keluarganya dari Tangerang, misalnya, mengeluhkan komersialisasi di lingkungan wisata pantai itu.

"Di sini, apa- apa bayar. Mau duduk di saung bayar Rp70.000. Padahal, tadi  sudah dikenakan tiket masuk mobil sebesar Rp70.000," kata warga Desa Kuala Jaya, Kecamatan Seragi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, ini.

Komersialisasi di lingkungan pantai wisata yang dilengkapi sekitar 100 kios makanan dan pakaian dengan area parkir kendaraan yang luas ini tidak dilengkapi fasilitas pendukung gratis yang memadai.

"Ganti baju di kamar mandi aja bayar Rp2.000." Karena itu, untuk menghemat biaya makan, Ibu Jaja dan keluarganya sudah menyiapkan bekal dari rumah.

Mahalnya berwisata di kawasan pantai Anyer untuk mengisi libur Lebaran 2018 ini juga dirasakan Cholil, warga Desa Pengadingan, Kecamatan Keronjo, Tangerang.

Pemuda berusia 19 tahun itu mengatakan retribusi masuk sebesar Rp70.000 per kendaraan jenis sedan dan kijang yang dipatok pengelola Pantai Bandulu Anyer itu relatif mahal karena pantainya tak dilengkapi fasilitas pendukung yang lengkap.

Bahkan, kebersihan lingkungan area wisata pantai yang terletak tak jauh dari Pantai Wisata Sembolo I Anyer ini juga tak ditangani dengan baik terlihat dari aneka sampah plastik, bekas wadah mie instan dan botol minuman yang berserakan di banyak tempat.

Pada Sabtu sore itu, tak terlihat petugas kebersihan bekerja memunguti atau menyapu sampah yang berserakan di kawasan wisata Pantai Bandulu Anyer ini.

Dilihat dari besar tarif masuk kendaraan, retribusi untuk mobil pribadi yang dikenakan pengelola Pantai Bandulu jauh lebih murah dibandingkan dengan beberapa destinasi wisata pantai lain yang ada di Kecamatan Anyer dan Carita.

Dengan fasilitas pendukung yang relatif tak jauh berbeda, untuk masuk ke area wisata Pantai Sembolo I Anyer dan Pantai Matahari Carita yang juga dipadati pengunjung, misalnya, setiap mobil pribadi dikenakan tarif Rp100 ribu.

Menurut Surti, petugas tiket masuk Pantai Matahari Carita, pihaknya menetapkan tiket masuk mobil pribadi sebesar Rp100 ribu tanpa menghitung lagi jumlah penumpang yang ada di mobil.

"Kami pun sebenarnya fleksibel. Pas ada yang minta keringanan biaya masuk, seperti mobil 'pick-up' (bak terbuka), ya bisa kurang. Tergantung situasi," kata petugas asal Kampung Pasauran, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka, Kabupten Serang, ini.

Di kalangan wisatawan, Pantai Matahari Carita yang dilengkapi banyak kios pakaian, warung minuman dan makanan, serta fasilitas toilet, petugas Satpam untuk menjaga kendaraan, dan penjaga pantai (lifeguard) ini sudah relatif dikenal.

Surti mengatakan area wisata pantai tempatnya bekerja ini pernah mengalami masa kejayaan sekitar 20 tahun silam dimana jumlah bus pengangkut pengunjung yang singgah di Pantai Mahatari Carita ini bisa mencapai beberapa ratus unit.

"Namun setelah banyak pihak yang membuka usaha sejenis, saat keramaian libur Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang ini, kami hanya menerima puluhan bus," katanya.

Menyinggahi area wisata Pantai Matahari Carita yang dilengkapi tenda-tenda beratap terpal yang mengarah ke pantai ini, tampak para wisatawan yang mengisi waktunya dengan bersantai, beristirahat, berenang, dan bermain "banana boat".  

Di antara ratusan orang wisatawan yang memadati area wisata pantai yang ditumbuhi banyak pepohonan itu, ada di antara mereka yang membawa kompor gas portabel untuk memasak air panas guna membuat kopi dan teh maupun menyedu mie instan.

Bagi wisatawan yang tak membawa tikar, mereka dapat menyewanya dari warga setempat yang berada di area wisata.

Berbeda dengan ongkos sewa saung di area wisata Pantai Bandulu yang mencapai Rp70 ribu, ongkos sewa selembar tikar yang dibentangkan pemiliknya di bawah tenda yang menghadap ke pantai itu dihargai Rp30 ribu.

"Kalau menyewa lebih dari satu tikar, ya bisa lebih murah. Selembarnya Rp20 ribu," kata seorang ibu paruh baya kepada Antara.

    
   Pertengkaran

Di tengah membludaknya wisatawan yang berkunjung, berkah ekonomi dari libur Lebaran ini pun dirasakan oleh banyak pengelola restoran dan warung makan yang mudah dijumpai di kiri-kanan jalan sepanjang jalur wisata Anyer-Karang Bolong-Carita-Tanjung Lesung ini.

Namun, ada saja insiden yang tak diinginkan terjadi, seperti pertengkaran, antara pelayan rumah makan dengan wisatawan yang bermaksud  makan di warung tersebut karena harga menu makanan yang dirasakan oleh calon pembeli "tidak wajar".

Pertengkaran kecil yang hampir berujung pada adu fisik ini antara lain terjadi di sebuah rumah makan pinggir jalan raya Karang Bolong-Anyer pada Minggu petang di tengah kemacetan parah yang membuat mobil-mobil dan bus-bus tak bergerak.

Pengalaman tak nyaman sejumlah wisatawan yang banyak di antara mereka tak hanya datang dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi tetapi juga Cikarang, Bandung, dan bahkan Lampung serta Jambi ini bukan pada musim libur Lebaran tahun ini saja terjadi.

Merujuk pada pemberitaan media massa dan kisah warga di media sosial, relatif mahalnya biaya yang harus ditanggung wisatawan di banyak area wisata, serta harga menu makanan dan minuman yang dirasakan "tak wajar" ini sudah terjadi berulang kali.

Bagi orang-orang Indonesia yang pernah berkunjung ke kota-kota wisata di Malaysia, seperti Melaka, mereka merasakan enaknya mendapatkan kepastian harga yang ditetapkan pemerintah setempat untuk jenis makanan dan minuman yang sama di berbagai rumah makan.

Menanggapi keluhan wisatawan yang kerap terjadi ini, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah tidak tinggal diam.

Seperti dikutip "Kabar Banten" (2017), dia menilai tingginya tarif parkir pantai terbuka dan harga makanan yang tidak wajar bisa menjadi citra buruk bagi wisata di Kabupaten Serang.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kerap dikeluhkan wisatawan ini, Ratu Tatu Chasanah memandang penting adanya regulasi berupa peraturan daerah dan peraturan bupati yang bersifat mengikat dan dapat memberi sanksi hukum kepada para pelanggar.

Sebagai salah satu destinasi favorit banyak wisatawan Nusantara di saat libur Lebaran dan hari-hari libur nasional lainnya ini, kawasan wisata Anyer-Karang Bolong-Carita- Tanjung Lesung sudah saatnya dikelola secara profesional oleh warga.

Pembinaan dan pengawasan yang ketat, serta penegakan hukum yang didukung oleh regulasi yang memadai oleh pemerintah daerah bersama otoritas terkait lainnya juga diperlukan untuk menyelamatkan masa depan destinasi wisata andalan Banten ini.

Pewarta: Rahmad Nasution

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018