Jambi, (Antaranews Jambi) - Teknologi Budi Daya Jenuh Air (BJA) yang ditemukan guru besar IPB, Prof Munir Ghulamahdi berhasil melipatgandakan hasil panen atau produktivitas jagung yang ditanam di 120 hektare lahan rawa pasang surut di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi.

Proyek budidaya jagung lahan rawa pasang surut dilakukan tim ahli Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan PT FKS Multi Agro Tbk serta HKTI di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi sukses menghasilkan panen jagung berlipat ganda. Produksi biasa sekitar dua ton kini menjadi rata-rata enam ton per hektar, kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko di Jambi,  Kamis.

Panen perdana jagung BJA tersebut berlangsung dilaksanakan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Dr Moeldoko bersama Asisten II Pemprov Jambi Agus Sunaryo, Bupati Tanjabtim Romi Haryanto, Komisaris PT FKS Multi Agro Fazwar Bujang, tim ahli IPB Prof Munif Ghulamahdi, Ketua DPP HKTI Jambi Usman Ermulan.

Turut hadir dalam acara panen perdana itu sejumlah Forkompinda setempat, pimpinan DPN HKTI dan beberapa unsur pimpinan FKS Multi Agro seperti Po Indarto Gondo (Direktur) dan Yanuar (mewakili pemegang saham) yang disaksikan ratusan petani dari HKTI dan sejumlah Poktan maupun Gapoktan turut memeriahkan acara panen raya tersebut.

Sebelumnya para petani yang menanam jagung di lahan tersebut produksinya hanya sekitar dua ton saja per hektar. Kini mengalami peningkatan produktivitas jagung di lahan rawa pasang surut tersebut tercapai melalui penggunaan teknologi Budi Daya Jenuh Air (BJA) dengan hasil produksi enam ton per hektare.

"Melalui teknologi ini lahan pasang surut dapat dimanfaatkan menjadi lahan yang lebih produktif. Bahkan tinggi pohon jagungnya ada yang mencapai hampir tiga meter," kata Moeldoko.

Dia mengatakan, saat ini potensi lahan pasang surut di Indonesia ada seluas 21 juta hektar, yang dapat dikembangkan untuk menjadi lahan pertanian mencapai sembilan juta hektar. Akan tetapi lahan tersebut menghadapi kendala yang sangat komplek yaitu fisikokimia, infrastruktur, sumberdaya manusia dan pasar, sehingga sampai sat ini produktivitas tanaman pangan (jagung, kedela, dan padi) masih sangat rendah.

Sementara itu salah satu tim ahli IPB, Toyib mengatakan inovasi teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi kendala di lahan pasang surut adalah dengan penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) yang ditemukan oleh Profesor Munif Ghulamahdi.

Teknologi BJA sangat sederhana sehingga mudah diaplikasikan oleh petani dimana pihak IPB memanfaatkan BJA sejak 1998 di lahan biasa kemudian sejak 2009 sampai sekarang diaplikasikan di lahan pasang surut hasilnya juga sangat memuaskan dan banyak ahli dari luar negeri yang memuji dan tertarik dengan teknologi ini.

Secara keseluruhan lahan budidaya berteknologi BJA yang dikelola tim ahli IPB dan FKS Multi Agro di Rantau Rasau mencapai 120 hektar. Budidaya tanaman jagung seluas 95 hektar, kedelai 10 hektar dan padi 15 hektar.

Varietas jagung yang di tanam adalah varietas hibrida Pioner 32, varietas Bhisma dan varietas Sukmaraga. Untuk pagi ada varietas inpara 3 sedangkan varietas kedelai adalah Anjasmoro dan Tanggamus.

Kegiatan budidaya di lahan pasang surut itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dengan keterlibatan Dinas Pertanian dan petani setempat. Kelompok tani yang terlibat ada sebanyak empat kelompok dan dua Gapoktan.

"Untuk pengembangan dan kesuksesan ke depan diperlukan kerja sama semua sektor yaitu pemerintah, akademisi, pengusaha, dan petani. Hal yg perlu difokuskan adalah, pertama  perbaikan tata air makro dan mikro, kedua  penggunaan peralatan yang tepat guna, ketiga jaminan harga," kata Toyip yang juga kandidat doktor pertanian IPB itu.

Menurut data Bappeda tahun 2000, Provinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684.000 ha. Dari luasan tersebut berpotensi untuk pengembangan pertanian 246.481 ha terdiri dari lahan lahan rawa pasang surut 206.832 ha dan lahan non pasang surut seluas 40.521 ha.

Lahan pasang surut di Provinsi Jambi sebagian besar terdapat di Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur. Lahan pasang surut Provinsi Jambi telah lama diusahakan oleh penduduk lokal maupun penduduk transmigrasi. Tanaman yang diusahakan petani selain padi adalah palawija atau jagung dan kedelai. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa lahan rawa pasang surut cukup potensial untuk usaha pertanian baik untuk tanaman pangan, perkebunan, hortikultura maupun usaha peternakan bila ditopang teknologi dan manajemen pertanian yang baik.
 
Dengan suksesnya budidaya jagung lahan pasang surut di Rantau Rasau, Tanjabtim, ini maka PT FKS  dan tim ahli IPB mewacanakan untuk menerapkannya di seluruh wilayah Jambi bahkan nasional. Oleh karena itu mereka menggandeng HKTI sebagai refresentasi petani untuk mewujudkan rencana tersebut.

Pemerintah daerah Jambi, baik provinsi maupun kabupaten, sangat mendukung rencana tersebut. Untuk itu, dalam acara panen jagung di Rantau Rasau ini dilakukan juga penandatangan nota kesepahaman (MoU) tentang pemanfaatan teknologi Budi Daya Jenuh Air Lahan Pasang Surut untuk mendukung pertanian padi, jagung, dan kedelai nasional.

Mou ini melibatkan tiga pihak, yakni HKTI, IPB (tim ahli), dan PT FKS Multi Agro Tbk. Bagi HKTI, kesepahaman ini sesuai dengan visi dan misi HKTI sebagai lembaga yang bertugas menjembatani kepentingan petani dengan berbagai pihak.

"HKTI akan berperan sebagai 'bridging institution' dalam sistem inovasi pertanian. Dimulai dengan membangun kemitraan riset dengan universitas, perusahaan, pemerintah, dan komunitas (civil society),” kata Moeldoko.

Sementara PT FKS Multi Agro juga menyatakan siap mendukung setiap program pengembangan pertanian dan pangan Indonesia. FKS Multi Agro Tbk berdiri sejak 27 Juni 1992 dengan nama PT Fishindo Kusuma Sejahtera (FKS) dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada 1993. Perusahaan ini FKS menjadi pemasok terbesar untuk bahan baku di sektor pakan dan pangan.

Kegiatan usaha FKS terutama bergerak dalam bidang industri dan perdagangan yang meliputi perikanan, bahan pakan protein, produk turunan jagung (tepung jagung gluten dan pakan jagung gluten), dan bahan baku pangan kacang kedelai.

Pada 1999, FKS memperluas cakupan kegiatannya dengan memproduksi tepung bulu dan sejak tahun 2000 mulai mendistribusikan bahan baku pakan ternak lainnya yang mana tidak diproduksi di dalam negeri. FKS kemudian “go public” pada 2002 dan tercatat pada PT Bursa Efek Indonesia.

Pada 2006, nama perseroan berubah menjadi PT FKS Multi Agro Tbk. Perseroan melakukan diversifikasi berbagai produk termasuk bahan baku pangan dengan mendistribusikan kacang kedelai.

Perseroan menjadi pemasok terbesar untuk bahan baku di sektor pakan dan pangan. Bahan baku pakan mencakup bungkil biji-bijian penghasil minyak, hasil penggilingan biji-bijian berikut turunannya, bahan pakan berprotein, sedangkan bahan baku pangan mencakup biji-bijian dan biji-bijian penghasil minyak.

 



 

Pewarta: Nanang Mairiadi

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018