Jambi (ANTARA) - Direktur KKI Warsi Adi Junedi menyebutkan pengembangan ekonomi hijau merupakan upaya untuk mengendalikan perubahan iklim, di mana untuk meraih itu perlu dilakukan sinergi dan kolaborasi antar-berbagai pihak dalam mengelola sumber daya alam.
"Pihak Warsi dalam pendampingan terhadap masyarakat khususnya warga orang rimba atau Suku Anak Dalam -SAD- dari penggalian potensi hingga mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomi diperlukan kerja sama semua pihak," kata Adi Junedi di Jambi, Senin.
Dia menjelaskan, upaya terhadap pengembangan warga SAD dalam menggali potensi hingga menghasilkan suatu produk, pihak Warsi menggunakan konten video yang memuat aneka tutorial mengelola sumber daya alam.
Kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan pelatih profesional ke tengah masyarakat, sehingga bisa mempraktikkan langsung pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Pelatihan yang dilakukan di antaranya pelatihan pengelolaan perkebunan dan pertanian sederhana, dan bagi Orang Rimba dilakukan penggalian sumber ekonomi baru.
Hal itu seperti dengan pengoptimalan kebun karet yang ada di Kabupaten Batanghari, dan untuk Orang Rimba di Kabupaten Sarolangun dikembangkan tanaman muda serta pengembangan kerajinan tangan dari hasil hutan.
Dalam mendorong inisiatif tersebut, kini KKI Warsi menghubungkan masyarakat dengan dinas dan pemerintahan terkait. Masyarakat dipertemukan dengan pemangku kepentingan untuk pengembangan produk yang telah dikembangkan dalam kegiatan dialog dua arah.
KKI Warsi melakukan yang perdana bagi Orang Rimba hadir sebagai nara sumber, yang kemudian memaparkan kegiatan yang telah dilakukan di hadapan forum resmi, dan mereka secara aktif menyampaikan keresahan dan kendala dalam pengembangan sumber ekonomi hijau yang tengah dilakukan.
Kegiatan itu dikemas oleh KK Warsi dalam acara diskusi bersama Orang Rimba (SAD) dengan pihak pemangku kepentingan lainnya mulai dari pemerintahan dan swasta, sehingga warga Orang Rimba itu dapat banyak masukan dari berbagai pihak untuk pengembangan diri mereka.
"Kami Orang Rimba di Batanghari mendapat hak kemitraan kehutanan dalam bentuk pengelolaan kebun karet dari PT Wana Perintis pada 2016, namun memiliki kendala seperti cara sadap yang baik, menyebabkan produksi getah belum terlalu banyak,” kata Tumenggung Ngelembo dalam dialog itu.
Banyak pihak yang menyambut baik kemampuan Tumenggung Ngelembo dalam menyuarakan aspirasi Orang Rimba di Batanghari.
Salah satunya PT Wana Perintis yang menyampaikan dukungannya untuk bantuan bibit mengganti tanaman karet. Sementara itu Dinas Perkebunan berkomitmen memberikan pelatihan teknik budidaya karet lebih lanjut kepada Orang Rimba di Desa Hajran, Jelutih, dan Olak Besar.
Selain Orang Rimba hadir juga masyarakat dari landskap Bukit Panjang Rantau Bayut (Bujang Raba) Kabupaten Bungo.
Masyarakat di lima desa wilayah ini juga mengembangkan produk-produk bernilai ekonomi dengan tetap mempertahankan hutannya. Di antaranya mengelola ekowisata, pengembangan perkebunan kopi dan produk olahannya, pengembangan kerajinan lidi, dan hasil hutan bukan kayu lainnya.