Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jambi mendorong para lulusan sekolah keperawatan untuk berani membuka dan mengelola praktik mandiri sekaligus meningkatkan daya saing.
 
"Saat ini tidak banyak perawat yang mengambil keputusan untuk mengelola praktik keperawatan mandiri, belum banyak dijalankan, padahal itu bisa dilakukan. PPNI Jambi akan terus mendorong mereka berinisiatif buka itu," kata Ketua Umum PPNI Provinsi Jambi Muhammad Syafrizal di Jambi, Kamis.

Menurut  Syafrizal peluang mereka cukup terbuka, terlebih kebutuhan akan akses fasiltias kesehatan di daerah khususnya masih terbatas. Di sisi lain para perawat memiliki kapasitas untuk memberikan layanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

Praktik keperawatan mandiri selain untuk meningkatkan daya saing, juga menjadi solusi tingginya lulusan keperawatan saat ini sehingga tidak semuanya bisa tertampung di fasilitas kesehatan.

Di sisi lain belum banyaknya buka praktik keperawatan itu menurut Syafrizal salah satunya belum beraninya perawat dalam membuka praktik mandiri dan pemahaman tentang prosedur dan aspek legal membuka praktik perawat yang masih belum maksimal.

"Prosesnya mengurus Surai Izin Praktik Perawat (SIPP). Harus ada yang memulai sehingga yang lainnya akan termotivasi.  PPNI Jambi akan terus mendorong mereka," katanya.

Ia menjelaskan raktik keperawatan mandiri  telah memiliki payung hukumnya yakni UU No. 38 Tahun 2014. Dalam UU tersebut disebutkan praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.

Lebih lanjut, Ketua Umum PPNI Provinsi Jambi itu menyebutkan, lulusan program keperawatan di daerah itu telah over atau kelebihan. Berdasarkan data yang ada, menurut dia produksi lulusan pendidikan keperawatan di Jambi setiap tahunnya mencapai 1.300-an, belum termasuk lulusan dari lembaga pendidikan keperawatan di luar Jambi yang anggkanya di kisatan 300-an.

Sedangkan daya tampung atau penyerapan mereka hanya sekitar 10 persen setiap tahunnya, artinya banyak dari lulusan yang tidak bekerja, atau bekerja dengan upah di bawah standar seorang perawat.

"Kami tidak merekomendasikan lagi berdirinya lembaga pendidikan keperawatan di Jambi, cukup yang sudah ada saja. Itu demi menjaga lulusan juga," katanya.
   
Selain itu, PPNI juga mendorong para perawat itu untuk bisa mengambil peluang menjadi tenaga keperawatan di luar negeri. Ia menyebutkan Hongkong dan Jepang merupakan negara yang banyak menyerap tenaga keperawatan.

"Jepang dan Hongkong banyak membutuhkan tenaga perawat, sayangnya ada kendala bagi sebagian lulusan yakni dari sisi bahasa salah satunya. Saya kira hal itu perlu diatasi, perawat minimal harus fasih bahasa Inggris," katanya.

Rencananya PPNI Jambi akan melakukan kerja sama dengan sejumlah lembaga untuk menjembatani peluang perawat bekerja di luar negeri.


 

Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019