Politisi senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai, mengatakan kader partai tersebut terus berdatangan menemui Bambang Soesatyo untuk maju sebagai calon ketua umum Golkar, karena melihat kondisi internal partai yang memprihatinkan.
"Pasca-Pilpres terjadi gejolak internal, dari waktu ke waktu semua datang berbondong-bondong ke tempat Bamsoet untuk meminta menjadi ketum Golkar. Harapan mereka agar Golkar lebih maju di Pemilu 2024," kata Yorrys dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, atas desakan kader tersebut, maka Bamsoet telah menyatakan siap maju sebagai caketum Golkar melalui proses Musyawarah Nasional (Munas) pada 2019.
Dia mengatakan harus ada perubahan besar di Golkar khususnya dalam manajemen pengelolaan partai yang selama dua tahun kepemimpinan Airlangga Hartarto belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
"DPP Partai Golkar menargetkan meraih 110 kursi DPR RI, namun kenyataannya hanya 85 kursi, bahkan jumlah itu menurun dibandingkan capaian di 2014 yaitu 91 kursi," ujarnya.
Dia mengkritisi adanya berbagai langkah pemecatan yang dilakukan Airlangga kepada kader Golkar di daerah dan pergantian pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dari Fraksi Partai Golkar DPR RI.
Selain itu menurut dia, ada pernyataan yang tidak baik untuk kultur Golkar yaitu menyudutkan Bamsoet sebagai pejabat negara dengan menyinggung gelar pendidikan yang seolah-olah mengecilkan sosok Ketua DPR.
"Apalagi menyudutkan seseorang yang sedang menduduki jabatan kenegaraan tentang ijazah. Itu sudah dijawab Menristek Dikti bahwa ijazah Bamsoet sah," katanya.
Selain itu Yorrys mengatakan, langkah Airlangga mengangkat sembilan Pelaksana Tugas (Plt) di DPD Partai Golkar, jelas melanggar aturan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan hingga saat ini belum menggelar Musyawarah Daerah (Musda).
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Pasca-Pilpres terjadi gejolak internal, dari waktu ke waktu semua datang berbondong-bondong ke tempat Bamsoet untuk meminta menjadi ketum Golkar. Harapan mereka agar Golkar lebih maju di Pemilu 2024," kata Yorrys dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, atas desakan kader tersebut, maka Bamsoet telah menyatakan siap maju sebagai caketum Golkar melalui proses Musyawarah Nasional (Munas) pada 2019.
Dia mengatakan harus ada perubahan besar di Golkar khususnya dalam manajemen pengelolaan partai yang selama dua tahun kepemimpinan Airlangga Hartarto belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
"DPP Partai Golkar menargetkan meraih 110 kursi DPR RI, namun kenyataannya hanya 85 kursi, bahkan jumlah itu menurun dibandingkan capaian di 2014 yaitu 91 kursi," ujarnya.
Dia mengkritisi adanya berbagai langkah pemecatan yang dilakukan Airlangga kepada kader Golkar di daerah dan pergantian pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dari Fraksi Partai Golkar DPR RI.
Selain itu menurut dia, ada pernyataan yang tidak baik untuk kultur Golkar yaitu menyudutkan Bamsoet sebagai pejabat negara dengan menyinggung gelar pendidikan yang seolah-olah mengecilkan sosok Ketua DPR.
"Apalagi menyudutkan seseorang yang sedang menduduki jabatan kenegaraan tentang ijazah. Itu sudah dijawab Menristek Dikti bahwa ijazah Bamsoet sah," katanya.
Selain itu Yorrys mengatakan, langkah Airlangga mengangkat sembilan Pelaksana Tugas (Plt) di DPD Partai Golkar, jelas melanggar aturan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan hingga saat ini belum menggelar Musyawarah Daerah (Musda).
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019