Kurs dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kekhawatiran baru tentang penyelesaian perang perdagangan Amerika Serikat (AS)-China mendorong investor beralih ke aset-aset safe haven, memperdalam inversi kurva imbal hasil surat utang dan mengangkat yen Jepang terhadap greenback.

Imbal hasil obligasi pemerintah pemerintah AS bertenor 10-tahun, indikator utama sentimen pasar tentang kesehatan ekonomi negara secara keseluruhan, turun lebih cepat daripada imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2-tahun, memperdalam inversi di antara keduanya. Inversi atau pembalikan imbal hasil, indikator resesi yang diterima secara luas, menekan dolar AS beberapa hari setelah AS dan China, dua ekonomi terbesar dunia, menaikkan tarif terhadap impor satu sama lain.

"Anda telah melihat dorongan lebih dalam ke inversi pada kurva 2s/10s. Hari ini, sulit untuk meletakkan jari Anda pada satu penggerak spesifik dari inversi itu - meskipun itu mungkin berkontribusi pada rasa umum penghindaran risiko (risk-off) di pasar," kata Brian Daingerfield, ahli strategi makro di RBS Securities.

Pada Jumat (23/8/2019), China mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang Amerika senilai 75 miliar dolar AS. Amerika Serikat membalas dengan mengatakan akan menaikkan tarif yang ada pada 250 miliar dolar AS barang-barang China menjadi 30 persen dari 25 persen pada 1 Oktober.

Pada Senin (26/8/2019), Trump mengatakan para pejabat China telah menghubungi mitra dagang AS semalam dan menawarkan untuk kembali ke meja perundingan, memicu gelombang apa yang disebut perdagangan berisiko (risk-on).

Namun, keraguan merayap masuk setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Selasa (27/8/2019) mengatakan dia tidak mengetahui bahwa ada pembicaraan melalui saluran telepon baru-baru ini, setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan telah terjadi kontak antara kedua belah pihak. Kementerian Perdagangan, yang biasanya merilis pernyataan tentang pembicaraan perdagangan, tidak menanggapi permintaan komentar.

Yen Jepang menguat 0,34 persen menjadi 105,75 yen terhadap dolar AS, sehari setelah mencapai tertinggi dua setengah tahun. Yen telah naik 3,45 persen terhadap dolar AS tahun ini karena ketegangan perdagangan meningkat.

Di tempat lain, euro diperdagangkan sedikit lebih rendah pada 1,1090 dolar AS, tetapi turun dari posisi terendah sebelumnya karena pasar saham Italia menguat dengan harapan bahwa pemilihan cepat dapat dihindari dengan pengaturan untuk membentuk pemerintahan baru di Roma.

“Secara keseluruhan pengertiannya adalah bahwa kami terus memiliki ketidakpastian di sejumlah bidang yang berbeda apakah itu China-AS. perang dagang, politik di Eropa, Brexit, perlambatan umum di China atau masalah lainnya, " kata Daingerfield.

Pound naik 0,6 persen terhadap dolar AS menjadi 1,2288 dolar AS, dan menguat sebesar 0,69 terhadap mata uang tunggal pada 90,24 pence, setelah pemimpin oposisi Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn, mengatakan dia akan melakukan segala yang diperlukan untuk mencegah Inggris meninggalkan Eropa tanpa kesepakatan perceraian pada 31 Oktober.

Baca juga: Harga emas naik signifikan, dipicu jatuhnya saham Amerika Serikat

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019