Menteri Pertahanan (Menhan), Jenderal TNI Purn Ryamizard Ryacudu menyebutkan yang perlu menjadi perhatian dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 ini adalah ancaman mindset terhadap moral bangsa, budaya, dan jati diri bangsa Indonesia yang tergores oleh masuknya budaya asing yang semakin sulit disaring.
"Ancaman mindset ini adalah ancaman yang sangat berbahaya karena tujuan akhirnya mengubah ideologi negara, Pancasila. Kalau ideologi negara Pancasila ini diubah, maka negara ini akan hancur dan tinggal sejarah seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan lainnya," kata Menhan saat menjadi pembicara kunci Seminar Nasional mengangkat Tema "Strategi Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0", di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Baca juga: Menhan bicara soal bahaya perang "mindset" di IIDSS
Menurut dia, era revolusi industri dapat menjadi sebuah ancaman bagi eksistensi suatu bangsa, namun dapat juga menjadi sebuah peluang untuk membuat bangsa itu semakin maju dan sejahtera.
"Ini tergantung bagaimana kita menyikapinya, di sini adalah persaingan mindset antara bangsa yaitu dalam kita memenangkan era globalisasi ini adalah kita harus membuat moral dan karakter yang terus ditanamkan sejak dini dalam memenangkan mindset era milenial ini," ujarnya.
Baca juga: Menhan ingatkan bahaya perang mindset ancam ideologi negara
Di hadapan ribuan taruna dan prajurit TNI di Akmil, Menhan menuturkan sebagai generasi penerus masa depan bangsa, semua harus mengerti bahwa kunci kemenangan di dalam menghadapi persaingan global ini terletak pada kekuatan persatuan dan karakter bangsanya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi kecintaannya kepada Tanah Air.
"Timbulnya rasa cinta tentunya diawali rasa bangga yang mendalam, tidak mungkin kita cinta kalau kita tidak bangga. Dengan adanya rasa cinta, maka kita akan rela berkorban demi meraih cita-cita untuk kejayaan bangsa ini. Oleh karena itu, sebarkan rasa bangga dan cinta kita semua terhadap Tanah Air kepada seluruh generasi muda Indonesia melalui kreasi, inovasi dan pembangunan yang dilandasi kekuatan karakter yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia," papar Ryamizard.
Dalam kesempatan itu, Menhan menyebutkan bahwa tema yang diangkat dalam seminar sangat relevan di tengah pesatnya persaingan era globalisasi baru yang ditandai dengan era revolusi industri 4.0 dengan menekankan pada pola digital ekonomi artifisial intelligence (kecerdasan buatan), big data, robotic dan lainnya.
Era globalisasi baru yang sarat dengan nuansa persaingan antarbangsa merupakan konsekuensi logis dari perubahan akibat proses modernisasi dengan pola persaingan ekonomi antar bangsa serta timbulnya saling ketergantungan atau kebutuhan inter-konektivitas satu dengan yang lain.
Dunia yang semakin terkoneksi dan kompetitif menjadi tantangan baru yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia, dimana dengan semakin terkoneksinya dunia maka seolah-olah batas negara menjadi hilang.
Ryamizard mengatakan dalam persaingan globalisasi, bangsa yang kuat akan keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin serta pasti akan menjajah, sementara yang lemah akan kalah dan menjadi pecundang serta akan terus terjajah dan sumber dayanya akan terus dieksploitasi untuk kepentingan bangsa lain.
"Bangsa ini adalah bangsa pejuang, tidak cengeng. Oleh karenanya, kita harus mengubah mindset dari bangsa konsumen menjadi bangsa produsen kalau ingin melihat bangsa ini tetap survive dan maju di masa yang akan datang," ujarnya.
Dalam menghadapi keniscayaan era globalisasi, atau yang dikenal dengan era milenial, kuncinya adalah penguatan keyakinan terhadap agama dan Pancasila sebagai benteng moral dan mental dalam menghadapi derasnya pengaruh mindset anak bangsa.
"Itulah esensi penguatan kesadaran bela negara dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Inti dari bela negara ini adalah bagaimana kita melestarikan dan mengimplementasikan serta menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.
Sebagai anak bangsa, masyarakat Indonesia patut berbangga menjadi bagian dari bangsa ini karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.
"Ini adalah modalitas dan kekuatan yang dahsyat bagi bangsa kita. Yang harus kita pertahankan adalah persatuannya sampai kapan pun. Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mengganggu dan menghancurkan persatuan dan persaudaraan kita," demikian Ryamizard Ryacudu.
Gubernur Akademi Militer Mayjen TNI Dudung Abdurachman saat membuka Seminar Nasional mengangkat Tema "Strategi Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0", di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2019). (Antara Foto/Syaiful Hakim)
Sementara itu, Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurrahman mengatakan, pokok-pokok pemikiran dalam seminar ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam merumuskan konsep strategi bela negara bagi generasi muda.
"Ini untuk memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI di era industri 4.0," katanya.
Generasi muda di era revolusi teknologi seperti sekarang ini, tambah dia, dituntut untuk memiliki kualitas profesional yang tinggi yaitu terampil, terlatih, adaptif, memiliki motivasi disertai kualitas moral dan mental yang baik dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawabnya sesuai bidang yang ditekuninya.
Menhan: Pancasila merupakan perekat bangsa yang tidak bisa ditawar
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Ancaman mindset ini adalah ancaman yang sangat berbahaya karena tujuan akhirnya mengubah ideologi negara, Pancasila. Kalau ideologi negara Pancasila ini diubah, maka negara ini akan hancur dan tinggal sejarah seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan lainnya," kata Menhan saat menjadi pembicara kunci Seminar Nasional mengangkat Tema "Strategi Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0", di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Baca juga: Menhan bicara soal bahaya perang "mindset" di IIDSS
Menurut dia, era revolusi industri dapat menjadi sebuah ancaman bagi eksistensi suatu bangsa, namun dapat juga menjadi sebuah peluang untuk membuat bangsa itu semakin maju dan sejahtera.
"Ini tergantung bagaimana kita menyikapinya, di sini adalah persaingan mindset antara bangsa yaitu dalam kita memenangkan era globalisasi ini adalah kita harus membuat moral dan karakter yang terus ditanamkan sejak dini dalam memenangkan mindset era milenial ini," ujarnya.
Baca juga: Menhan ingatkan bahaya perang mindset ancam ideologi negara
Di hadapan ribuan taruna dan prajurit TNI di Akmil, Menhan menuturkan sebagai generasi penerus masa depan bangsa, semua harus mengerti bahwa kunci kemenangan di dalam menghadapi persaingan global ini terletak pada kekuatan persatuan dan karakter bangsanya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi kecintaannya kepada Tanah Air.
"Timbulnya rasa cinta tentunya diawali rasa bangga yang mendalam, tidak mungkin kita cinta kalau kita tidak bangga. Dengan adanya rasa cinta, maka kita akan rela berkorban demi meraih cita-cita untuk kejayaan bangsa ini. Oleh karena itu, sebarkan rasa bangga dan cinta kita semua terhadap Tanah Air kepada seluruh generasi muda Indonesia melalui kreasi, inovasi dan pembangunan yang dilandasi kekuatan karakter yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia," papar Ryamizard.
Dalam kesempatan itu, Menhan menyebutkan bahwa tema yang diangkat dalam seminar sangat relevan di tengah pesatnya persaingan era globalisasi baru yang ditandai dengan era revolusi industri 4.0 dengan menekankan pada pola digital ekonomi artifisial intelligence (kecerdasan buatan), big data, robotic dan lainnya.
Era globalisasi baru yang sarat dengan nuansa persaingan antarbangsa merupakan konsekuensi logis dari perubahan akibat proses modernisasi dengan pola persaingan ekonomi antar bangsa serta timbulnya saling ketergantungan atau kebutuhan inter-konektivitas satu dengan yang lain.
Dunia yang semakin terkoneksi dan kompetitif menjadi tantangan baru yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia, dimana dengan semakin terkoneksinya dunia maka seolah-olah batas negara menjadi hilang.
Ryamizard mengatakan dalam persaingan globalisasi, bangsa yang kuat akan keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin serta pasti akan menjajah, sementara yang lemah akan kalah dan menjadi pecundang serta akan terus terjajah dan sumber dayanya akan terus dieksploitasi untuk kepentingan bangsa lain.
"Bangsa ini adalah bangsa pejuang, tidak cengeng. Oleh karenanya, kita harus mengubah mindset dari bangsa konsumen menjadi bangsa produsen kalau ingin melihat bangsa ini tetap survive dan maju di masa yang akan datang," ujarnya.
Dalam menghadapi keniscayaan era globalisasi, atau yang dikenal dengan era milenial, kuncinya adalah penguatan keyakinan terhadap agama dan Pancasila sebagai benteng moral dan mental dalam menghadapi derasnya pengaruh mindset anak bangsa.
"Itulah esensi penguatan kesadaran bela negara dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Inti dari bela negara ini adalah bagaimana kita melestarikan dan mengimplementasikan serta menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.
Sebagai anak bangsa, masyarakat Indonesia patut berbangga menjadi bagian dari bangsa ini karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.
"Ini adalah modalitas dan kekuatan yang dahsyat bagi bangsa kita. Yang harus kita pertahankan adalah persatuannya sampai kapan pun. Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mengganggu dan menghancurkan persatuan dan persaudaraan kita," demikian Ryamizard Ryacudu.
Gubernur Akademi Militer Mayjen TNI Dudung Abdurachman saat membuka Seminar Nasional mengangkat Tema "Strategi Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0", di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2019). (Antara Foto/Syaiful Hakim)
Sementara itu, Gubernur Akmil Mayjen TNI Dudung Abdurrahman mengatakan, pokok-pokok pemikiran dalam seminar ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam merumuskan konsep strategi bela negara bagi generasi muda.
"Ini untuk memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI di era industri 4.0," katanya.
Generasi muda di era revolusi teknologi seperti sekarang ini, tambah dia, dituntut untuk memiliki kualitas profesional yang tinggi yaitu terampil, terlatih, adaptif, memiliki motivasi disertai kualitas moral dan mental yang baik dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawabnya sesuai bidang yang ditekuninya.
Menhan: Pancasila merupakan perekat bangsa yang tidak bisa ditawar
Menhan: Pancasila merupakan perekat bangsa yang tidak bisa ditawar
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019