Bank Indonesia mencatat defisit Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal III 2019 menurun menjadi 46 juta dolar AS dibanding kuartal II 2019 yang sebesar dua miliar dolar AS.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat, mengatakan penurunan defisit NPI tersebut menunjukkan penguatan ketahanan ekonomi eksternal Indonesia. Defisit NPI yang membaik disebabkan menurunnya defisit transaksi berjalan serta bertambahnya surplus transaksi modal dan finansia imbas meredanya tekanan ekonomi eksternal bagi Indonesia.
Dody juga memandang investor global merespon sinyalemen positif dari perbaikan ekonomi Indonesia, antara lain dengan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen dan cadangan devisa yang meningkat menjadi 126 miliar dolar AS hingga bulan kesepuluh tahun ini.
"Satu hal saya sampaikan, investor sangat positif liat Indonesia. Mereka melihat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen, itu di atas perkiraan pasar, itu memberi 'tone' (warna) positif," ujar dia.
Baca juga: BI yakin neraca pembayaran 2019 berbalik menjadi surplus
Berdasarkan statistik NPI, cadangan devisa per Oktober 2019 meningkat menjadi 126 miliar dolar AS dibanding akhir September 2019 mencapai 124,3 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.
Sedangkan, surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal III 2019 tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada kuartal II 2019 yang sebesar 6,5 miliar dolar AS.
Dody mengatakan bertambahnya surplus transaksi modal dan finansial karena derasnya investasi portofolio. Sejak awal tahun hingga pekan ini, atau awal November 2019, modal asing masuk tercatat Rp226,7 triliun.
Peningkatan surplus juga disebabkan oleh menurunnya defisit investasi lainnya yang dipengaruhi oleh lebih tingginya penarikan neto pinjaman luar negeri sektor swasta dan lebih rendahnya pembayaran neto pinjaman luar negeri pemerintah.
Sedangkan, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lubang defisit ini lebih rendah dibandingkan kuartal II 2019 yang sebesar 8,2 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari PDB.
"Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil," kata Dody.
Baca juga: BI: Neraca perdagangan Indonesia pada Juni kembali surplus
Baca juga: BI: memperkuat manufaktur dukung perbaikan neraca transaksi berjalan
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Jumat, mengatakan penurunan defisit NPI tersebut menunjukkan penguatan ketahanan ekonomi eksternal Indonesia. Defisit NPI yang membaik disebabkan menurunnya defisit transaksi berjalan serta bertambahnya surplus transaksi modal dan finansia imbas meredanya tekanan ekonomi eksternal bagi Indonesia.
Dody juga memandang investor global merespon sinyalemen positif dari perbaikan ekonomi Indonesia, antara lain dengan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen dan cadangan devisa yang meningkat menjadi 126 miliar dolar AS hingga bulan kesepuluh tahun ini.
"Satu hal saya sampaikan, investor sangat positif liat Indonesia. Mereka melihat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen, itu di atas perkiraan pasar, itu memberi 'tone' (warna) positif," ujar dia.
Baca juga: BI yakin neraca pembayaran 2019 berbalik menjadi surplus
Berdasarkan statistik NPI, cadangan devisa per Oktober 2019 meningkat menjadi 126 miliar dolar AS dibanding akhir September 2019 mencapai 124,3 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.
Sedangkan, surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal III 2019 tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada kuartal II 2019 yang sebesar 6,5 miliar dolar AS.
Dody mengatakan bertambahnya surplus transaksi modal dan finansial karena derasnya investasi portofolio. Sejak awal tahun hingga pekan ini, atau awal November 2019, modal asing masuk tercatat Rp226,7 triliun.
Peningkatan surplus juga disebabkan oleh menurunnya defisit investasi lainnya yang dipengaruhi oleh lebih tingginya penarikan neto pinjaman luar negeri sektor swasta dan lebih rendahnya pembayaran neto pinjaman luar negeri pemerintah.
Sedangkan, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lubang defisit ini lebih rendah dibandingkan kuartal II 2019 yang sebesar 8,2 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari PDB.
"Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil," kata Dody.
Baca juga: BI: Neraca perdagangan Indonesia pada Juni kembali surplus
Baca juga: BI: memperkuat manufaktur dukung perbaikan neraca transaksi berjalan
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019