Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyebutkan pada Oktober 2019, perkembangan Indeks Harga Konsumen Kota Jambi mengalami inflasi 0,11 persen (mtm) sedangkan Kabupaten Bungo tercatat deflasi sebesar 0,18 persen (mtm). Sehingga secara akumulasi, Provinsi Jambi mengalami inflasi sebesar 0,08 persen (mtm).
"Angka itu rendah dan terkendali," kata Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, A. Pandu Wirawan, Jumat.
Sedangkan secara tahunan mengalami inflasi 2,33 persen (yoy). Perkembangan inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan September 2019 yang tercatat deflasi sebesar 0,26 persen (mtm). Secara tahun kalender (Januari-Oktober), laju inflasi Provinsi Jambi tercatat inflasi sebesar 1,23 persen (ytd).
Pandu menjelaskan, inflasi Provinsi Jambi pada Oktober 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan seiring dengan terbatasnya pasokan beberapa komoditas ikan-ikanan, peternakan, dan pertanian selama satu bulan terakhir.
Komoditas bahan makanan yang menjadi penyumbang utama inflasi adalah ikan nila, daging ayam ras, dan bawang merah. Tingginya harga ikan nila terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan akibat gagal panen di berbagai sentra produksi. Gagal panen disebabkan oleh banyaknya ikan yang mati karena tingginya suhu air kolam akibat cuaca dan musim kemarau.
Sementara, inflasi daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan seiring dengan kebijakan pengurangan produksi bibit ayam day old chicken (DOC) oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Selanjutnya harga bawang merah juga mengalami peningkatan seiring berkurangnya pasokan menyusul berakhirnya masa panen raya di berbagai sentra produksi.
Terkait inflasi di Kota Jambi, lanjut Pandu, komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Oktober 2019 adalah ikan nila (inflasi 15,26 persen mtm dengan andil 0,19 persen), daging ayam ras (inflasi 10,72 persen mtm dengan andil 0,13 persen) dan tarif rumah sakit (inflasi 9,82 persen mtm dengan andil 0,10 persen).
Meningkatnya harga komoditas ikan nila terutama disebabkan berkurangnya pasokan di tengah stabilnya permintaan. Komoditas daging ayam ras juga mengalami peningkatan seiring dengan terbatasnya pasokan akibat pengurangan bibit ayam (DOC) oleh Kementan.
Sementara meningkatnya harga bawang merah terjadi akibat berkurangnya stok dan pasokan setelah berakhirnya masa panen di beberapa daerah sentra produksi pada Oktober 2019.
Berbeda dengan Kota Jambi, Kabupaten Bungo mengalami deflasi pada Oktober 2019. Komoditas penyumbang deflasi terbesar di Kabupaten Bungo adalah cabai merah (deflasi 23,06 persen mtm dengan andil 0,35 persen), bayam (deflasi 25,22 persen mtm dengan andil 0,07 persen), dan kangkung (deflasi 26,09 persen mtm dengan andil 0,04 persen).
Kondisi ini disebabkan oleh terjaganya pasokan di tengah stabilnya permintaan masyarakat di bulan laporan. Turunnya harga cabai merah disebabkan bertambahnya stok di tingkat agen maupun pedagang pengecer seiring dengan masuknya periode panen di berbagai daerah sentra. Penurunan harga bayam dan kangkung terutama disebabkan oleh bertambahnya pasokan selama Oktober 2019.
Mempertimbangkan kondisi terkini serta kebijakan pemerintah maupun pelaku usaha, laju inflasi November 2019 diperkirakan berada pada kisaran 0,41 persen -0,81 persen (mtm) atau 2,56 persen -2,96 persen (yoy). Inflasi utamanya akan didorong oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan seiring dengan berangsur meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, telur ayam ras dan beras sesuai pola musimannya di bulan November 2019.
"Sementara inflasi di tahun 2019 diperkirakan masih terkendali pada kisaran 2,80 persen -3,20 persen (yoy)," kata Pandu.***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Angka itu rendah dan terkendali," kata Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, A. Pandu Wirawan, Jumat.
Sedangkan secara tahunan mengalami inflasi 2,33 persen (yoy). Perkembangan inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan September 2019 yang tercatat deflasi sebesar 0,26 persen (mtm). Secara tahun kalender (Januari-Oktober), laju inflasi Provinsi Jambi tercatat inflasi sebesar 1,23 persen (ytd).
Pandu menjelaskan, inflasi Provinsi Jambi pada Oktober 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan seiring dengan terbatasnya pasokan beberapa komoditas ikan-ikanan, peternakan, dan pertanian selama satu bulan terakhir.
Komoditas bahan makanan yang menjadi penyumbang utama inflasi adalah ikan nila, daging ayam ras, dan bawang merah. Tingginya harga ikan nila terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan akibat gagal panen di berbagai sentra produksi. Gagal panen disebabkan oleh banyaknya ikan yang mati karena tingginya suhu air kolam akibat cuaca dan musim kemarau.
Sementara, inflasi daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan seiring dengan kebijakan pengurangan produksi bibit ayam day old chicken (DOC) oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Selanjutnya harga bawang merah juga mengalami peningkatan seiring berkurangnya pasokan menyusul berakhirnya masa panen raya di berbagai sentra produksi.
Terkait inflasi di Kota Jambi, lanjut Pandu, komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Oktober 2019 adalah ikan nila (inflasi 15,26 persen mtm dengan andil 0,19 persen), daging ayam ras (inflasi 10,72 persen mtm dengan andil 0,13 persen) dan tarif rumah sakit (inflasi 9,82 persen mtm dengan andil 0,10 persen).
Meningkatnya harga komoditas ikan nila terutama disebabkan berkurangnya pasokan di tengah stabilnya permintaan. Komoditas daging ayam ras juga mengalami peningkatan seiring dengan terbatasnya pasokan akibat pengurangan bibit ayam (DOC) oleh Kementan.
Sementara meningkatnya harga bawang merah terjadi akibat berkurangnya stok dan pasokan setelah berakhirnya masa panen di beberapa daerah sentra produksi pada Oktober 2019.
Berbeda dengan Kota Jambi, Kabupaten Bungo mengalami deflasi pada Oktober 2019. Komoditas penyumbang deflasi terbesar di Kabupaten Bungo adalah cabai merah (deflasi 23,06 persen mtm dengan andil 0,35 persen), bayam (deflasi 25,22 persen mtm dengan andil 0,07 persen), dan kangkung (deflasi 26,09 persen mtm dengan andil 0,04 persen).
Kondisi ini disebabkan oleh terjaganya pasokan di tengah stabilnya permintaan masyarakat di bulan laporan. Turunnya harga cabai merah disebabkan bertambahnya stok di tingkat agen maupun pedagang pengecer seiring dengan masuknya periode panen di berbagai daerah sentra. Penurunan harga bayam dan kangkung terutama disebabkan oleh bertambahnya pasokan selama Oktober 2019.
Mempertimbangkan kondisi terkini serta kebijakan pemerintah maupun pelaku usaha, laju inflasi November 2019 diperkirakan berada pada kisaran 0,41 persen -0,81 persen (mtm) atau 2,56 persen -2,96 persen (yoy). Inflasi utamanya akan didorong oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan seiring dengan berangsur meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, telur ayam ras dan beras sesuai pola musimannya di bulan November 2019.
"Sementara inflasi di tahun 2019 diperkirakan masih terkendali pada kisaran 2,80 persen -3,20 persen (yoy)," kata Pandu.***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019