Sebanyak 18 bangunan pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten rusak berat diterjang banjir bandang dan tanah longsor karena lokasinya berdekatan dengan aliran Sungai Ciberang.
"Kita sudah melaporkan kerusakan pesantren itu ke Kementerian Agama untuk mendapat bantuan pembangunan," kata Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Ajrum Firdaus di Lebak, Sabtu.
Kerusakan pondok pesantren sebanyak 19 unit itu tersebar di Kecamatan Lebak Gedong, Curugbitung, Cipanas, Maja dan Sajira.
Baca juga: Kerusakan jembatan akibat banjir Lebak capai Rp56 miliar
Saat ini, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) diliburkan, karena kondisi bangunan pesantren tersebut rusak berat, bahkan di antaranya hanyut diterjang banjir bandang dan longsor.
Kebanyakan pendidikan pesantren yang bangunannya rusak berat itu dikelola secara terintegrasi antara tradisional dan modern juga terdapat pesantren modern Latansa Mashiro Cipanas.
"Kami berharap setelah masa tanggap darurat bisa direalisasikan pembangunan, karena tragedi banjir bandang dan longsor merupakan bencana nasional," katanya menjelaskan.
Menurut dia, selama ini, pendidikan pesantren di Kabupaten Lebak memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan karakter.
Pesantren tersebut mengikuti KBM selama 24 jam untuk memperdalam kaidah-kaidah keilmuan agama Islam, seperti tafsir Al Quran, hadits, fiqih, bahasa Arab, akhlak, akidah, dan sejarah Islam.
Selain itu juga diintegrasikan dengan pendidikan umum, seperti bahasa Inggris, matematika, PKN, bahasa Indonesia, biologi, fisika, dan lainnya.
"Kami mendorong pesantren itu menjadikan cikal bakal untuk kemajuan bangsa," katanya menjelaskan.
Ketua Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak Ade Bujhaeremi mengatakan, pesantren yang kondisinya rusak akibat diterjang banjir bandang dan longsor perlu diberikan bantuan pembangunan oleh pemerintah.
Sebab, pengelola pesantren tidak memiliki dana untuk kembali membangun akibat diterjang bencana alam tersebut.
"Kami berharap pascabencana itu dapat direalisasikan pembangunan agar para santri bisa kembali belajar," katanya.
Baca juga: Banjir bandang di Lebak-Banten rusak lebih 1.000 rumah warga
Baca juga: Warga pengungsi korban banjir di Lebak rebutan bantal
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Kita sudah melaporkan kerusakan pesantren itu ke Kementerian Agama untuk mendapat bantuan pembangunan," kata Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak, Ajrum Firdaus di Lebak, Sabtu.
Kerusakan pondok pesantren sebanyak 19 unit itu tersebar di Kecamatan Lebak Gedong, Curugbitung, Cipanas, Maja dan Sajira.
Baca juga: Kerusakan jembatan akibat banjir Lebak capai Rp56 miliar
Saat ini, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) diliburkan, karena kondisi bangunan pesantren tersebut rusak berat, bahkan di antaranya hanyut diterjang banjir bandang dan longsor.
Kebanyakan pendidikan pesantren yang bangunannya rusak berat itu dikelola secara terintegrasi antara tradisional dan modern juga terdapat pesantren modern Latansa Mashiro Cipanas.
"Kami berharap setelah masa tanggap darurat bisa direalisasikan pembangunan, karena tragedi banjir bandang dan longsor merupakan bencana nasional," katanya menjelaskan.
Menurut dia, selama ini, pendidikan pesantren di Kabupaten Lebak memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan karakter.
Pesantren tersebut mengikuti KBM selama 24 jam untuk memperdalam kaidah-kaidah keilmuan agama Islam, seperti tafsir Al Quran, hadits, fiqih, bahasa Arab, akhlak, akidah, dan sejarah Islam.
Selain itu juga diintegrasikan dengan pendidikan umum, seperti bahasa Inggris, matematika, PKN, bahasa Indonesia, biologi, fisika, dan lainnya.
"Kami mendorong pesantren itu menjadikan cikal bakal untuk kemajuan bangsa," katanya menjelaskan.
Ketua Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak Ade Bujhaeremi mengatakan, pesantren yang kondisinya rusak akibat diterjang banjir bandang dan longsor perlu diberikan bantuan pembangunan oleh pemerintah.
Sebab, pengelola pesantren tidak memiliki dana untuk kembali membangun akibat diterjang bencana alam tersebut.
"Kami berharap pascabencana itu dapat direalisasikan pembangunan agar para santri bisa kembali belajar," katanya.
Baca juga: Banjir bandang di Lebak-Banten rusak lebih 1.000 rumah warga
Baca juga: Warga pengungsi korban banjir di Lebak rebutan bantal
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020