Kurs dolar AS naik terhadap euro pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga stabil dan meluncurkan tinjauan luas kebijakannya yang cenderung melihat Presiden baru Christine Lagarde mendefinisikan kembali tujuan utama ECB dan bagaimana mencapainya.
Bank sentral zona euro telah gagal mencapai target inflasi sedikit di bawah dua persen selama bertahun-tahun, bahkan setelah pendahulu Lagarde, Mario Draghi, meluncurkan langkah-langkah stimulus yang semakin agresif.
"Kami tidak akan membiarkan sela apa pun terlewat dan bagaimana kami mengukur inflasi jelas merupakan sesuatu yang perlu kita perhatikan," kata Lagarde.
"Pada dasarnya, apa yang dia katakan adalah bahwa mereka menilai kembali beberapa alat yang telah mereka gunakan satu dekade untuk meningkatkan inflasi tanpa hasil," kata Minh Trang, pedagang valas senior di Silicon Valley Bank di Santa Clara, California.
Euro 0,32 persen lebih rendah terhadap greenback pada 1,1055 dolar AS, setelah tergelincir ke serendah 1,1037 dolar AS, terlemah sejak 2 Desember.
Yen Jepang menguat dan yuan China jatuh ke level terendah dua minggu pada Kamis (23/1/2020) karena investor semakin cemas tentang penyebaran Virus Corona di China.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Kamis bahwa "agak terlalu dini" untuk menyatakan virus korona baru sebagai darurat kesehatan global ketika China menempatkan jutaan orang dalam isolasi di tengah wabah yang telah menewaskan 18 orang dan menginfeksi lebih dari 630.
Pergerakan naik dalam mata uang safe-haven yen dan turun dalam yuan masih terukur, menunjukkan investor belum panik tentang virus tersebut.
Terhadap yen, yang cenderung menarik investor selama masa tekanan geopolitik atau finansial, dolar 0,32 persen lebih rendah pada 109,48 yen.
Dolar naik 0,28 persen terhadap yuan Cina di pasar luar negeri (offshore) menjadi 6,9277 yuan. Mata uang China sekarang telah kehilangan lebih dari satu persen dari nilainya sejak menyentuh tertinggi enam bulan pada Senin (20/1/2020). Yuan di pasar luar domestik atau onshore berada di jalur untuk minggu terburuk sejak Agustus.
Sterling melemah 0,19 persen terhadap dolar AS, tetapi tetap dekat tertinggi dua minggu yang tersentuh pada Rabu (22/1/2020), karena data minggu ini mengurangi ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga pada pertemuan kebijakan bank sentral Inggris (BOE) minggu depan.
Baca juga: Harga emas "rebound" 8,7 dolar AS, dipicu kekhawatiran Virus Corona
Baca juga: Harga minyak jatuh, momok virus China ancam permintaan bahan bakar
Baca juga: Bursa saham Inggris jatuh, Indeks FTSE-100 ditutup turun 64,25 poin
Baca juga: IHSG Kamis sore lanjut menguat, pasca-Bank Indonesia tahan suku bunga
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020