Mohammad Hasan yang akrab disapa Bob Hasan lebih populer dengan predikat pengusaha papan atas yang pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada kabinet Pembangunan VII.
Selasa pagi pukul 11.00 WIB di RSPAD Gatot Subroto tadi Om Bob, sapaan akrab dia lainnya, dipanggil untuk selamanya oleh Yang Maha Kuasa.
Bukan cuma bisnis dan politik yang membuatnya populer di negeri ini, karena Om Bob juga menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia olah raga nasional, khususnya atletik, yang puluhan tahun dia asuh.
Kontribusinya untuk atletik nasional amatlah besar.
Bob bukan sekadar bapak asuh atau donatur cabang olahraga ini, sebagaimana umum diperankan kebanyakan pengusaha atau pejabat olah raga lainnya di negeri ini.
Dia turun tangan langsung menjadi pengurus dan kemudian ketua induk olahraga atletik, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Tak tanggung-tanggung, selama empat dasawarsa, sejak 1976 sampai tutup usia Selasa ini.
Pertama kali terpilih sebagai ketua umum PB PASI pada 1976 menggantikan Sayidiman Suryohadiprojo, Bob tidak pernah lelah mengurusi dan mendanai atlet-atlet atletik terbaik tanah air.
Dalam satu wawancara, mendiang pernah berkata bahwa dia minimal mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 10 milyar untuk mendanai PASI.
Sebegitu besarnya sumbangsih Bob kepada dunia atletik Indonesia, sampai-sampai Kongres PASI memilihnya lagi sebagai ketua umum pada 2016. Para peserta kongres ini bahkan sepakat menetapkan Bob sebagai Bapak Atletik Indonesia.
Kontribusi Bob untuk atletik tak ada duanya. Bahkan sebuah rumah mewah miliknya dengan fasilitas kelas satu di kawasan elite Permata Hijau di Jakarta Selatan, dia persembahkan untuk kemajuan atletik nasional yang dia jadikan pemusatan latihan untuk para atlet muda.
Di tempat itu, puluhan atlet muda
berbagai daerah, hasil pantauan PASI, berlatih dan belajar setiap hari, agar bisa mengikuti kompetisi-kompetisi atletik di seluruh dunia.
Selama dipimpin Bob, PASI telah mengukir banyak prestasi yang mengharumkan Indonesia di panggung dunia, pada berbagai level turnamen.
Di masanya, Indonesia menghasilkan sprinter-sprinter ternama yang merajai Asia Tenggara, mulai dari Mardi Lestari, Purmomo Muhammad Yudhi, Suryo Agung Wibowo, sampai yang teranyar Lalu Muhammad Zohri.
Zohri menjadi perbincangan banyak orang di dalam dan luar negeri ketika memenangkan medali emas 100 meter putra pada Kejuaraan Asia Junior 2018. Sprinter muda Indonesia ini juga sedang diproyeksikan tampil pada Olimpiade Tokyo yang ditunda setahun setelah ini akibat pandemi virus corona.
Bukan hanya atlet putra yang bersinar saat Bob memimpin PASI. Indonesia juga dianugerahi atlet-atlet putri dengan rangkaian torehan prestasi prestasi besar pada diri Triyaningsih, Maria Londa, dan atlet lari gawang belia Emilia Nova.
Sayang, pada dua pesta olahraga terakhir yang diikuti Indonesia, para atlet atletik tak berhasil mempersembahkan hasil terbaik.
Pada Asian Games 2018, Indonesia menempati peringkat ke-13 dengan total tiga medali, yang terdiri dari dua medali perak dan satu medali perunggu.
Sedangkan pada Sea Games 2019, atletik Indonesia menduduki peringkat kelima dengan lima medali emas, enam medali perak, dan lima medali perunggu.
Namun itu semua tak bisa menggugat sumbangsih teramat besar Bob bagi atletik Indonesia.
Pengusaha kakap yang telah melewati banyak zaman itu kini telah meninggalkan atletik dan Indonesia.
Entah kapan Indonesia dapat menemukan lagi penggila berat cabang olahraga yang kurang populer di dalam negeri namun sangat bergengsi dalam turnamen multievent manapun termasuk Olimpiade itu.
Si penggila atletik itu telah berpulang setelah berlari melawan kanker dan penyakit paru-paru sejak lebih dari sepekan silam di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta.
Selamat jalan, Om Bob...
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
Selasa pagi pukul 11.00 WIB di RSPAD Gatot Subroto tadi Om Bob, sapaan akrab dia lainnya, dipanggil untuk selamanya oleh Yang Maha Kuasa.
Bukan cuma bisnis dan politik yang membuatnya populer di negeri ini, karena Om Bob juga menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia olah raga nasional, khususnya atletik, yang puluhan tahun dia asuh.
Kontribusinya untuk atletik nasional amatlah besar.
Bob bukan sekadar bapak asuh atau donatur cabang olahraga ini, sebagaimana umum diperankan kebanyakan pengusaha atau pejabat olah raga lainnya di negeri ini.
Dia turun tangan langsung menjadi pengurus dan kemudian ketua induk olahraga atletik, Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Tak tanggung-tanggung, selama empat dasawarsa, sejak 1976 sampai tutup usia Selasa ini.
Pertama kali terpilih sebagai ketua umum PB PASI pada 1976 menggantikan Sayidiman Suryohadiprojo, Bob tidak pernah lelah mengurusi dan mendanai atlet-atlet atletik terbaik tanah air.
Dalam satu wawancara, mendiang pernah berkata bahwa dia minimal mengeluarkan dana pribadi sebesar Rp 10 milyar untuk mendanai PASI.
Sebegitu besarnya sumbangsih Bob kepada dunia atletik Indonesia, sampai-sampai Kongres PASI memilihnya lagi sebagai ketua umum pada 2016. Para peserta kongres ini bahkan sepakat menetapkan Bob sebagai Bapak Atletik Indonesia.
Kontribusi Bob untuk atletik tak ada duanya. Bahkan sebuah rumah mewah miliknya dengan fasilitas kelas satu di kawasan elite Permata Hijau di Jakarta Selatan, dia persembahkan untuk kemajuan atletik nasional yang dia jadikan pemusatan latihan untuk para atlet muda.
Di tempat itu, puluhan atlet muda
berbagai daerah, hasil pantauan PASI, berlatih dan belajar setiap hari, agar bisa mengikuti kompetisi-kompetisi atletik di seluruh dunia.
Selama dipimpin Bob, PASI telah mengukir banyak prestasi yang mengharumkan Indonesia di panggung dunia, pada berbagai level turnamen.
Di masanya, Indonesia menghasilkan sprinter-sprinter ternama yang merajai Asia Tenggara, mulai dari Mardi Lestari, Purmomo Muhammad Yudhi, Suryo Agung Wibowo, sampai yang teranyar Lalu Muhammad Zohri.
Zohri menjadi perbincangan banyak orang di dalam dan luar negeri ketika memenangkan medali emas 100 meter putra pada Kejuaraan Asia Junior 2018. Sprinter muda Indonesia ini juga sedang diproyeksikan tampil pada Olimpiade Tokyo yang ditunda setahun setelah ini akibat pandemi virus corona.
Bukan hanya atlet putra yang bersinar saat Bob memimpin PASI. Indonesia juga dianugerahi atlet-atlet putri dengan rangkaian torehan prestasi prestasi besar pada diri Triyaningsih, Maria Londa, dan atlet lari gawang belia Emilia Nova.
Sayang, pada dua pesta olahraga terakhir yang diikuti Indonesia, para atlet atletik tak berhasil mempersembahkan hasil terbaik.
Pada Asian Games 2018, Indonesia menempati peringkat ke-13 dengan total tiga medali, yang terdiri dari dua medali perak dan satu medali perunggu.
Sedangkan pada Sea Games 2019, atletik Indonesia menduduki peringkat kelima dengan lima medali emas, enam medali perak, dan lima medali perunggu.
Namun itu semua tak bisa menggugat sumbangsih teramat besar Bob bagi atletik Indonesia.
Pengusaha kakap yang telah melewati banyak zaman itu kini telah meninggalkan atletik dan Indonesia.
Entah kapan Indonesia dapat menemukan lagi penggila berat cabang olahraga yang kurang populer di dalam negeri namun sangat bergengsi dalam turnamen multievent manapun termasuk Olimpiade itu.
Si penggila atletik itu telah berpulang setelah berlari melawan kanker dan penyakit paru-paru sejak lebih dari sepekan silam di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta.
Selamat jalan, Om Bob...
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020