Peperangan para perawat pasien COVID-19 memungkinkan mereka harus terus bertahan di rumah sakit, kisah mereka yang rindu untuk pulang patut direnungkan oleh masyarakat.
Perawat COVID-19 di RS Darurat Wisma Atlet Kapten Fitdy Eka mengatakan para tenaga kesehatan juga rindu untuk pulang sehingga meminta masyarakat menaati protokol kesehatan agar wabah segera selesai.
"Rekan-rekan kami juga ingin pulang ketemu keluarga, anak istri, orang tua. Pergerakan kami dibatasi, kami menyesuaikan. Anda agar tetap di rumah, kami bekerja biar kita putus rantai penularan COVID-19," kata Ketua Tim Perawatan RSD Wisma Atlet Kapt Fitdy Eka dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan bagi tenaga kesehatan yang mengurusi pasien COVID-19 seperti dokter, perawat, analis dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya memiliki prosedur pembatasan interaksi langsung dengan keluarga untuk alasan mengurangi risiko penularan.
Para nakes, kata dia, harus tetap tinggal di dekat area perawatan pasien COVID-19 selama beberapa pekan terakhir sehingga interaksi dengan keluarga dan kerabat dilakukan dengan panggilan video/ video call melalui ponsel.
"Baik dokter, perawat, analis dan nakes lainnya semua memiliki rasa kangen, rindu keluarga, berkumpul, bersenda gurau langsung," katanya.
Dalam bertugas, Fitdy mengatakan harus bisa mengatasi rasa bosan di tengah tugas harus mengenakan alat pengaman diri (APD) lengkap selama delapan jam tanpa makan, minum dan buang air. Terdapat tiga tim nakes yang bekerja selama 24 jam terbagi masing-masing delapan jam untuk tiga shift.
Pada tahap itu, lanjut dia, para nakes berupaya mengatur sedemikian rupa agar pelaksanaan merawat pasien COVID-19 tetap berjalan baik sehingga pasien COVID-19 dapat sembuh dan corona tidak menginfeksi petugas.
Menilik suka duka nakes COVID-19 itu, Fitdy mengajak masyarakat turut berupaya memutus rantai penularan COVID-19 sehingga tidak ada lonjakan drastis dari penderita. Jika jumlah penderita COVID-19 melebihi kapasitas fasilitas kesehatan maka akan semakin banyak yang tidak tertolong.
Di bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri, dia mengatakan masyarakat juga agar tidak mudik terlebih dahulu guna mencegah penularan COVID-19 yang lebih masif.
"Anda tidak ingin mudik membawa penyakit kan? Tidak usah mudik untuk memutus mata rantai COVID-19 agar jangan terus berlangsung," kata dia.
"Pakai masker jika harus ke luar, cuci tangan pakai sabun selama 20 detik, jaga jarak interaksi tempat umum 1-2 meter, belajar/bekerja di rumah, belanja kalau bisa lakasanakan online. Dengan begitu, hal-hal terkait memutus mata rantai COVID-19 bisa lebih maksimal. Pandemi bisa diakhiri, ingat kita rindu tradisi mudik saat masa pembatasan ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
Perawat COVID-19 di RS Darurat Wisma Atlet Kapten Fitdy Eka mengatakan para tenaga kesehatan juga rindu untuk pulang sehingga meminta masyarakat menaati protokol kesehatan agar wabah segera selesai.
"Rekan-rekan kami juga ingin pulang ketemu keluarga, anak istri, orang tua. Pergerakan kami dibatasi, kami menyesuaikan. Anda agar tetap di rumah, kami bekerja biar kita putus rantai penularan COVID-19," kata Ketua Tim Perawatan RSD Wisma Atlet Kapt Fitdy Eka dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan bagi tenaga kesehatan yang mengurusi pasien COVID-19 seperti dokter, perawat, analis dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya memiliki prosedur pembatasan interaksi langsung dengan keluarga untuk alasan mengurangi risiko penularan.
Para nakes, kata dia, harus tetap tinggal di dekat area perawatan pasien COVID-19 selama beberapa pekan terakhir sehingga interaksi dengan keluarga dan kerabat dilakukan dengan panggilan video/ video call melalui ponsel.
"Baik dokter, perawat, analis dan nakes lainnya semua memiliki rasa kangen, rindu keluarga, berkumpul, bersenda gurau langsung," katanya.
Dalam bertugas, Fitdy mengatakan harus bisa mengatasi rasa bosan di tengah tugas harus mengenakan alat pengaman diri (APD) lengkap selama delapan jam tanpa makan, minum dan buang air. Terdapat tiga tim nakes yang bekerja selama 24 jam terbagi masing-masing delapan jam untuk tiga shift.
Pada tahap itu, lanjut dia, para nakes berupaya mengatur sedemikian rupa agar pelaksanaan merawat pasien COVID-19 tetap berjalan baik sehingga pasien COVID-19 dapat sembuh dan corona tidak menginfeksi petugas.
Menilik suka duka nakes COVID-19 itu, Fitdy mengajak masyarakat turut berupaya memutus rantai penularan COVID-19 sehingga tidak ada lonjakan drastis dari penderita. Jika jumlah penderita COVID-19 melebihi kapasitas fasilitas kesehatan maka akan semakin banyak yang tidak tertolong.
Di bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri, dia mengatakan masyarakat juga agar tidak mudik terlebih dahulu guna mencegah penularan COVID-19 yang lebih masif.
"Anda tidak ingin mudik membawa penyakit kan? Tidak usah mudik untuk memutus mata rantai COVID-19 agar jangan terus berlangsung," kata dia.
"Pakai masker jika harus ke luar, cuci tangan pakai sabun selama 20 detik, jaga jarak interaksi tempat umum 1-2 meter, belajar/bekerja di rumah, belanja kalau bisa lakasanakan online. Dengan begitu, hal-hal terkait memutus mata rantai COVID-19 bisa lebih maksimal. Pandemi bisa diakhiri, ingat kita rindu tradisi mudik saat masa pembatasan ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020