Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan prajurit TNI di era milenial harus adaptif dalam menghadapi segala tantangan dan ancaman yang bisa berubah begitu cepat, termasuk pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Sebagai alat pertahanan negara, kata dia, TNI harus dapat mengantisipasi dan menjawab setiap tantangan tersebut sehingga pembangunan kekuatan TNI dan peningkatan profesionalisme prajuritnya akan terus ditingkatkan, apalagi teknologi tinggi berkembang cepat dan semakin mudah diperoleh.
Menurut dia, salah satu yang perlu dipahami adalah menyangkut aspek teknologi komunikasi dan kondisi sosial masyarakat karena penggunaan teknologi komunikasi serta media sosial pada era modern mengemuka.
"Para perwira harus menyadari bahwa informasi menjadi sarana bagi berbagai pihak untuk menyampaikan pesan, baik positif maupun negatif," katanya.
Di sisi lain, kata dia, kelompok radikal menggunakan internet dan media sosial untuk menarik simpati dan merekrut pendukung, terbukti masih adanya serangan teror "lone wolf" yang dilakukan teroris atau kelompok teroris.
Baca juga: Panglima TNI: Tegakkan disiplin kesehatan cegah penyebaran COVID-19
Dalam masa pandemi, lanjut dia, kelompok yang tidak bertanggung jawab membangun narasi bahwa tes cepat (rapid test), tes usap (swab test), serta penanganan pasien hanya merugikan masyarakat dan menguntungkan rumah sakit.
"Demikian pula dengan keengganan sebagian masyarakat untuk mengenakan masker karena beranggapan COVID-19 hanyalah konspirasi. Seluruhnya menjadikan alam berpikir masyarakat sebagai target," kata Hadi.
Artinya, kata Panglima TNI, saat ini sedang berlangsung perang pikiran, yakni perang menggunakan narasi-narasi untuk mempengaruhi alam berpikir masyarakat yang akan membahayakan masyarakat sendiri dan kepentingan nasional.
"Sebagai perwira, saudara-saudara harus dapat menangkap dan memahami situasi tersebut. Saudara tidak boleh larut dan dapat memberi arahan yang jelas kepada anggota di satuan," wantinya.
Ia mengingatkan sebagai perwira milenial yang akrab dengan teknologi dan media sosial harus dapat menganalisa informasi yang beredar.
"Bangun kesadaran dan kewaspadaan anggota, keluarga, dan lingkungan sekitar terhadap hoaks ataupun upaya radikalisasi dan memecah belah bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.
Upacara pelantikan sebanyak 208 perwira karier yang berlangsung di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur tersebut dilaksanakan dengan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat.
Baca juga: Kapolri: Perlu ada kedisiplinan masif di masyarakat Sulsel
Baca juga: Panglima TNI semangati Babinsa dan driver ojek online salurkan bantuan
Baca juga: Panglima TNI apresiasi protokol kesehatan di pondok pesantren
Baca juga: Panglima TNI-Kapolri resmikan 7.024 Kampung Tangguh seluruh Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020