Bagi Brigjen Pol. Drs. Johni Asadoma menjalani tugas tanpa beban dan hidup apa adanya sudah menjadi prinsip yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tuanya.
"Tidak terlalu ambisi, tidak berpikir yang muluk-muluk, apa yang ada di depan mata itu yang saya usahakan dikerjakan dengan baik," kata jebolan Akpol 1989 ini.
Sejak kecil hingga saat ini, Ketua Ikatan Alumni (IKA) SMAN 1 Kupang ini selalu ingin membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan semua orang sehingga hidup dalam ketenangan dan mendapat dukungan doa dari orang lain yang tinggal di sekitarnya.
Pada tahun 1977, Johni Asadoma menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Oetete Kupang, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Kota Kupang. Pada tahun 1984, dia menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Kupang.
Mengejar pendidikan tetap menjadi komitmennya sehingga walaupun saat SMA sibuk dengan latihan tinju dan pertandingan ke berbagai daerah di Indonesia dan negara lain, pendidikan tetap menjadi tekad pribadi untuk tetap dijalani seiring dengan prestasi tinju yang juga terus meningkat.
Menurut pengakuannya ke mana-mana selalu membawa buku pelajaran untuk dibaca di kala waktu luang. Bagi dia membaca bisa membuatnya mengetahui segalanya.
Johni sendiri pada tahun 1985 mendaftar diri di Akademi Polisi di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Setelah lulus Akpol 1989, pendidikan lanjutan yang diikutinya adalah Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Angkatan XXXI tahun 1994—1996.
Ia kemudian melanjutkan belajar ke Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Polri Angkatan XXXIX tahun 2003 dan Sekolah Staf dan Pimpinan Tertinggi (Sespimti) Polri Angkatan XX tahun 2012.
Johni juga menyelesaikan pendidikan pascasarjana ilmu hukum di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Pada saat ini juga sedang menjalani pendidikan S-3 Administrasi Publik pada Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, NTT.
Baca juga: 27 negara ikuti kejuaraan tinju internasional di Labuan Bajo
Prestasi Tinju
Berbagai prestasi ditorehkan saat sedang berada di bangku sekolah, terutama di cabang olahraga tinju. Berbagai prestasi juara diraih baik, regional, nasional, maupun internasional.
Johni menjadi juara kejuaraan tinju di Kupang saat usianya 16 tahun. Selanjutnya, juara tinju untuk Nusa Tenggara pada kejuaraan Pangdam Udayana Cup 1982 di Mataram NTB.
Pada tahun 1982, dia meraih medali perunggu pada Kejuaraan Nasional Tinju Senior di Semarang dan medali emas pada Kejurnas Tinju Senior/Pra-PON Lampung 1984. Ia juga pernah mendapatkan medali emas pada Piala Presiden XII tahun 1984 di Jakarta.
Untuk prestasinya di tingkat internasional, dia pernah menyumbangkan medali emas pada Sea Games XII tahun 1983 di Singapura. Masih pada tahun yang sama, dia juga sempat mewakili Indonesia dalam kejuaraan King’s Cup di Bangkok Thailand pada tahun 1983 serta mewakili Indonesia pada Olimpiade XXII tahun 1984 di Los Angeles AS walaupun gagal di babak penyisihan.
Tak hanya menjadi atlet tinju. Usai gantung sarung tinju, dia pun menjadi wasit yang juga punya prestasi baik secara nasional maupun internasional. Hal ini terbukti pada Asian Games XVIII tahun 2018 di Jakarta Johni bertindak sebagai ketua organizing committe cabang tinju. Bahkan, saat ini Johni masih menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pertina.
Dilihat dari perjalanan karier di dunia olahraga, tampaknya tidak banyak atlet yang mempunyai karier seperti Johni, yakni dari atlet, menjadi pelatih nasional, wasit internasional, team manager, penyelenggara event internasional, sampai menjadi ketua umum cabang olahraga.
Baca juga: Sepuluh negara ikut kejuaraan tinju internasional Piala Kapolri
Karier di Korps Bhayangkara
Lalu bagaimana prestasi dan karier Johni selama menjadi anggota Polri? Dalam karier sebagai anggota Polri, sebagian besar berdinas di Brimob selama lebih kurang 20 tahun dan 6 tahun di Divisi Hubungan Internasional Polri.
Berbagai jabatan pun dipercayakan pimpinan Polri mulai dari Danton Kompi 5153 Polda Sulawesi Utara, Danki Sat Brimob Pusat Kedung Halang-Bogor, Wadanyon A Resimen I Korps Brimob Polri, Dansub Den Gegana Resimen II Kelapa Dua-Depok, Wadansat Brimob Polda Maluku, Kaden C Resimen I Kedung Halang-Bogor, hingga menjadi Kaden A Sat Brimob Polda Sumatera Utara.
Setelah berpangkat kombes, Johni menjadi Analis Utama Trans National Crime Center Bareskrim Polri. Pada tahun 2011, masuk pada Divisi Hubinter Polri dengan karier diawali sebagai Kabag Liasion Officer dan Perbatasan NCB-Interpol-Indonesia Div Hubinter Polri, kemudian menjadi Kabag Kerja Sama Pengembangan Kapasitas Divhubinter Polri.
Selanjutnya, pada tahun 2016 mendapat promosi brigjen sebagai Kepala Biro Misi Internasional Divhubinter Polri. Pada tahun 2017 menjadi Wakapolda Sulawesi Utara, lalu pada tahun 2018 ditunjuk sebagai Wakapolda NTT.
Pada tahun 1999—2000 sempat menjalani penugasan pada misi pemeliharaan perdamaian PBB United Nations Mission in Bosnia Herzegovina (UNMIBH) di Bosnia.
"Semua prestasi yang saya dapat ini berkat doa dari semua orang," ucapnya.
Prestasinya terus menanjak, dan sepertinya Johni tak pernah bisa jauh-jauh dari Divisi Hubinter Polri karena pada tanggal 17 Juli lalu setelah menjabat sebagai Wakapolda NTT selama kurang lebih 1 tahun, dia ditunjuk oleh Kapolri Jenderal Pol. Idham Azis menjadi Kadiv Hubinter Polri.
Ia sendiri mengaku kaget dan tak percaya dengan jabatan barunya itu yang tentu saja membuat dirinya mendapatkan bintang dua dari semula brigjen menjadi irjen.
"Hari ini saya resmi menjadi Kadiv Hubinter dan jujur saya terkejut saat pertama kali dipercayakan menjadi Kadiv Hubinter oleh Bapak Kapolri," katanya.
Johni Asadoma mengaku senang dengan tanggung jawab itu. Dia pun bertekad akan melaksanakan tugas dengan baik.
"Saya akan berusaha semampu saya memberi yang terbaik bagi masyarakat, institusi Polri, dan bangsa Indonesia dengan tetap mengandalkan Tuhan dalam tiap langkah hidup saya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020