Pengepul udang kipas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meminta pemerintah untuk membuka kembali jalur jalur distribusi pemasaran udang kipas agar harga jual udang kipas dapat kembali normal.

"Sejak pandemi COVID-19 harga jual udang kipas tidak stabil karena jalur penjualan udang kipas yang macet," kata Deri pengepul udang Kipas di Tanjab Barat, Selasa.

Dijelaskan Deri, penjualan udang kipas tersebut sangat bergantung terhadap jalur distribusi penjualan ke luar daerah dan luar negeri. Karena udang kipas tersebut pada umumnya dijual ke luar negeri seperti Hongkong dan China.

Sementara untuk penjualan dalam wilayah Jambi tidak mampu menampung udang kipas tangkapan nelayan tersebut.

Begitu pula produksi makanan yang diolah menggunakan udang kipas di Provinsi Jambi saat ini belum ada, sehingga penjualannya sangat bergantung dengan lancar tidaknya jalur distribusi penjualan udang tersebut.

"Kita harapkan ada campur tangan pemerintah agar jalur distribusi penjualan udang kipas ini dapat normal kembali," kata Deri.

Di awal masa pandemi COVID-19 pada bulan April dan Mei 2020, pengepul udang kipas di daerah itu sempat menutup gudang dan tidak membeli udang kipas nelayan karena jalur distribusi yang terhenti. Akibatnya tidak sedikit nelayan yang gigit jari dan harus mencari mata pencarian alternatif.

Selain itu, harga jual udang kipas tersebut juga tergantung dengan pasar. Jika permintaan udang kipas tinggi dan jalur distribusi lancar, maka harga udang kipas naik.

Namun jika tidak ada permintaan dan jalur distribusi penjualannya macet, dapat menyebabkan harga jual udang kipas anjlok.

"Normalnya harga udang kipas itu satu ekornya Rp50 ribu sampai Rp80 ribu tergantung besar kecilnya ukuran udang, saat ini harga udang anjlok karena pengiriman macet, hanya berkisar Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per ekor," kata Deri.

Hal senada di sampaikan oleh Herman pengepul udang kipas lainnya di daerah itu. Dijelaskan Herman, seluruh udang kipas tangkapan nelayan di Kuala Tungkal di kirim ke Jakarta dan sejumlah daerah di Sumatera dan Pulau Jawa.

Dari daerah daerah tersebut sebagian besar udang kipas selanjutnya akan dikirim ke luar negeri seperti Hongkong dan China.

"Selama pandemi COVID-19 jalur distribusi penjualan itu macet karena penerbangan yang dihentikan sementara," kata Herman.

Sementara itu, nelayan udang kipas di daerah itu jumlahnya ribuan. Dan sebagian besar nelayan bergantung pada pencarian tersebut.

Pewarta: Muhammad Hanapi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020