Peluang bisnis pesantren berbasis e-commerce di Indonesia terbilang sangat besar. Hal itu seiring dengan jumlah pesantren di Indonesia yang besar mencapai 27.722 pesantren dengan 4,175 juta santri.

“Marketnya sudah ada dan jumlahnya banyak. Apalagi santri merupakan milenial yang cenderung menguasai teknologi, peluangnya besar,” ujar Dosen SBM ITB, Wawan Dhewanto, Ph.D dalam Seminar Online Pengembangan Bisnis Pesantren Berbasis E-Commerce yang ditayangkan di channel YouTube SBM ITB, Selasa (17/11).

Wawan mengungkapkan, dari sekian banyak pesantren yang sudah memulai bisnisnya, kebanyakan bergerak di bidang agrobisnis, peternakan, perkebunan, dan koperasi. Hal tersebut bisa dilihat, salah satunya dalam program One Product One Pesantren (OPOP).

Dari penulusuran yang dilakukan SBM ITB, Sebagian pesantren saat ini mengimplementasikan bisnisnya melalui berbagai platform. Mulai dari blog/website, sosial media, hingga e-commerce.

Misalnya Pesatren Daarut Tauhid yang memiliki toko online di website, e-commerce di Shopee, Tokopedia, dan lainnya.

Begitupun dengan Pesantren Al-Ittiqaf di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka memanfaatkan lahan pertanian dan menjual produk pertanian tersebut melalui toko online dan e-commerce. Tak hanya itu, terdapat Pesantren Idrissiyyah yang memiliki jaringan minimarket. Lalu Pesantren Sidogiri di Pasuruan yang memiliki produk air kemasan, dan lainnya.

Potensi ini akan semakin besar seiring dengan terus bertumbuhnya pengguna internet dan e-commerce. Pada 2025, jumlah pengguna internet diprediksi mencapai 221 juta.

Indonesia pun memiliki pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia dengan pertumbuhan 78 persen pada 2018. Di masa pandemic, pertumbuhan masih tetap terjadi sekitar Rp 36 trilun pada April 2020 , naik 26 persen dari rata-rata bulanan kuartal II-2019.
Untuk transaksi harian naik 3,9 juta menjadi 4,8 juta transaksi. Sedangkan konsumen baru yang pertama kali belanja online saat PSBB mencapai 51 persen. Permintaan sendiri melonjak 5-10 kali lipat.

Sementara itu, CEO Evermos Iqbal Muslimin mengatakan, platfrom sangat bermanfaat bagi pesantren yang sudah mempunyai produk sehingga dapat mengembangkan penjualannya. Jika permintaan produk tersebut meningkat, lama kelamaan akan disambungkan dengan fintech Syariah sehingga tercipta ekosistemnya.

CEO Koperasi Pondok Pesantren Modern Al Ittifaq, Agus Setia Irawan menggambarkan bagaimana pesantrennya memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk pertanian. Langkah ini sekaligus meneguhkan peran pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Keagamaan yang berperan terhadap pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat berbasis digital.

“Pentingnya kolaborasi seluruh pihak dalam menciptakan ekosistem bisnis berbasis digital dengan inovasi dan teknologi tepat guna serta mendorong lebih banyak generasi millenial  untuk melakukan kegiatan pertanian secara end to end market dengan pendekatan Internet of Things - Precision Farming and Digital Marketing,” tutur dia.

Sementara itu, Guru Besar SBM ITB dan Ketua Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan SBM ITB, Prof. Ir. Sudarso Kaderi Wiryono, DEA mengatakan, pandemic Covid-19 tidak hanya merupakan musibah.

Ada sisi positifnya yaitu khususnya pesantren untuk dapat lebih mengenal dan menggunakan teknologi digital, karena potensi pesantren yang sangat besar secara ekonomi dan harapannya pesantren ini dapat mewarnai harapan masyarakat dalam bidang ekonomi.

Sehingga nantinya, pesantren tidak hanya terkenal dari segi pendidikannya saja namun dalam bidang bisnis yang dikembangkan dan bisnis tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang (sustainable).

Pewarta: Syarif

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020