Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) mendukung pengembangan industri teh daun kelor menjadi potensi andalan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar menembus pasar nasional, bahkan bisa menjadi produk ekspor ke berbagai negara lain.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Pemprov Kalsel Gustava Yandi, di Banjarmasin, Senin, mengatakan saat ini industri dengan bahan baku daun kelor, di antaranya teh daun kelor mulai berkembang di Kalsel.
Potensi dan peluang pasar yang cukup besar, membuat industri teh daun kelor dan lainnya berkembang cukup pesat, sehingga tidak menutup kemungkinan industri ini akan menjadi salah satu industri potensial Kalsel untuk dikembangkan.
"Kami belum melakukan pendataan secara pasti terkait jumlah industri ini, tetapi karena potensi dan pasarnya cukup bagus, akhirnya beberapa industri sejenis mulai bermunculan di daerah ini," katanya.
Potensi yang cukup besar ini, kata dia, membuat industri teh daun kelor akan menjadi salah satu potensi yang bakal dikembangkan, bersama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalsel dan BNI Kalsel.
Rencananya, industri ini akan masuk dalam inkubator ULM, untuk meningkatkan kualitas, baik itu kemasan, ragam varian dan lainnya, untuk bisa diperbaiki dan layak dijual di pasar modern bahkan bisa ekspor.
"Melalui jaringan BNI yang juga memiliki cabang di beberapa negara, sangat mungkin produk UMKM Kalsel bisa dikirim ke berbagai negara, karena banyak warga Indonesia yang tersebar di berbagai negara tersebut," katanya pula.
Salah seorang perajin teh daun kelor, Heni warga Desa Dandajaya, Kabupaten Barito Kuala mengatakan, kini dia telah menanam sekitar 2 ribu pohon kelor dan bisa dipanen untuk dijual daunnya maupun diproduksi untuk teh.
Berkat produksi daun teh kelor tersebut, dia mampu menambah pendapatan keluarganya tidak kurang dari Rp4 juta per bulan.
"Khusus teh daun kelor, saya bisa memproduksi hingga 400 bungkus dengan harga Rp10 ribu per bungkus, jumlah tersebut belum termasuk hasil penjualan daun kelor segar, yang setiap dua hari sekali bisa dipanen dan dijual ke pasar," katanya.
Daun kelor kini semakin banyak dicari, karena banyaknya manfaat untuk menjaga stamina tumbuh serta menyembuhkan berbagai penyakit.
Selain daun kelor, Kalsel telah berhasil mengekspor daun gelinggang, dan kerajinan lainnya, seperti kopiah jangang, yaitu kopiah yang dibuat dari akar pohon hutan.
Kopiah Jangang asal produksi perajin dari Kabupaten Tapin tersebut, kini banyak dikirim ke Malaysia dan Arab Saudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Pemprov Kalsel Gustava Yandi, di Banjarmasin, Senin, mengatakan saat ini industri dengan bahan baku daun kelor, di antaranya teh daun kelor mulai berkembang di Kalsel.
Potensi dan peluang pasar yang cukup besar, membuat industri teh daun kelor dan lainnya berkembang cukup pesat, sehingga tidak menutup kemungkinan industri ini akan menjadi salah satu industri potensial Kalsel untuk dikembangkan.
"Kami belum melakukan pendataan secara pasti terkait jumlah industri ini, tetapi karena potensi dan pasarnya cukup bagus, akhirnya beberapa industri sejenis mulai bermunculan di daerah ini," katanya.
Potensi yang cukup besar ini, kata dia, membuat industri teh daun kelor akan menjadi salah satu potensi yang bakal dikembangkan, bersama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalsel dan BNI Kalsel.
Rencananya, industri ini akan masuk dalam inkubator ULM, untuk meningkatkan kualitas, baik itu kemasan, ragam varian dan lainnya, untuk bisa diperbaiki dan layak dijual di pasar modern bahkan bisa ekspor.
"Melalui jaringan BNI yang juga memiliki cabang di beberapa negara, sangat mungkin produk UMKM Kalsel bisa dikirim ke berbagai negara, karena banyak warga Indonesia yang tersebar di berbagai negara tersebut," katanya pula.
Salah seorang perajin teh daun kelor, Heni warga Desa Dandajaya, Kabupaten Barito Kuala mengatakan, kini dia telah menanam sekitar 2 ribu pohon kelor dan bisa dipanen untuk dijual daunnya maupun diproduksi untuk teh.
Berkat produksi daun teh kelor tersebut, dia mampu menambah pendapatan keluarganya tidak kurang dari Rp4 juta per bulan.
"Khusus teh daun kelor, saya bisa memproduksi hingga 400 bungkus dengan harga Rp10 ribu per bungkus, jumlah tersebut belum termasuk hasil penjualan daun kelor segar, yang setiap dua hari sekali bisa dipanen dan dijual ke pasar," katanya.
Daun kelor kini semakin banyak dicari, karena banyaknya manfaat untuk menjaga stamina tumbuh serta menyembuhkan berbagai penyakit.
Selain daun kelor, Kalsel telah berhasil mengekspor daun gelinggang, dan kerajinan lainnya, seperti kopiah jangang, yaitu kopiah yang dibuat dari akar pohon hutan.
Kopiah Jangang asal produksi perajin dari Kabupaten Tapin tersebut, kini banyak dikirim ke Malaysia dan Arab Saudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021