Burung Kuau menjadi salah satu hewan langka di Indonesia keberadaannya semakin jarang namun eksotisnya hewan langka ini tidak akan hilang sehingga membuat generasi muda di Muarojambi mengabadikannya menjadi sebuah tarian.

Dia adalah Mugi Ari Saputra, Ketua Sanggar Kuau Gawe Gadis asal Muarojambi Provinsi Jambi yang menciptakan gerakan tari Burung Kuau yang diadopsi sari visualisasi burung langka ini untuk menjadi sebuah tarian.

 Mugi mengatakan, gerakan tarian ini dibuatnya beberapa tahun  lalu saat akan mengikuti perlombaan tari di Museum tentang koleksi museum sebagai inspirasi tari.

"Maknanya burung ini langka, tarian ini lebih kepada rekonstruksi Burung Kuau untuk mengingatkan masyarakat Jambi kalau ada Burung Kuau yang sudah langka, " kata Mugi Ari.

Dengan durasi tari selama tujuh menit dengan jumlah penari sebanyak  tujuh orang gerakan tarian ini memiliki makna yang besar. Visualisasi Burung Kuau diperlihatkannya dalam gerakan tarian Kuau yang berdurasi sekitar 7 menit ini.

Burung Kuau diakui Mugi memiliki bentuk yang eksotis dan unik sehingga membuatnya menjadi lebih indah ketika sudah diimplementasikan menjadi gerakan - gerakan tarian Kuau.

"Karya tari ini adalah suatu penggambaran ekspresi dari Burung Kuau yang kini hampir punah, penari merupakan  visualisasi Burung Kuau itu sendiri, " ujarnya.

Dalam membuat tarian Kuau ini, Mugi tentunya terlebih dahulu melakukan pengamatan dan pendalaman tentang karakter Burung Kuau. Dirinya mengamati setiap gerakan dan kebiasaan Burung Kuau agar lebih nyata ketika diaplikasikan menjadi sebuah gerakan dalam tarian. Dirinya juga tak segan untuk mencari Burung Kuau agar bisa melakukan pengamatan langsung.

" Dulu di dekat rumah ada, jadi langsung saya amati. Kita lakukan pengamatan langsung, jadi saya langsung cari itu di daerah Tanjung Katung Muarojambi, jadi kita amati dari geraknya, bentuknya, jadi kita amati," ungkapnya.

Bukan saja gerakan tarian yang menyamai kebiasaan gerakan dan aktivitas Burung Kuau. Untuk menyamakan dengan karakter burungnya, sanggar ini juga mengaplikasikannya dalam tampilan busana yang dikenakan para penari. Burung Kuau berwarna coklat, dengan banyak bulu-bulu pada tampilan busana yang dikenakan penari.

Eksotisnya visualisasi Burung Kuau tergambarkan dengan tampilan busana dan gerakan tarian Burung Kuau dari sanggar  Kuau Gawe Gadis ini.

" Busananya didesain menyerupai burung Kuau itu, warnanya cokelat, di kepalanya banyak bulu-bulu,untuk tampilannya sudah kami pikirkan agar mirip dengan tampilan Burung Kuau, "jelasnya.

Selain di Provinsi Jambi, Burung Kuau sebetulnya juga terdapat di Sumatera Barat dan Kalimantan. Untuk di Jambi, burung ini dapat ditemukan di Kabupaten Muarojambi, Sarolangun, Kerinci  dan Merangin. Sayangnya, menurut Mugi keberadaan Burung Kuau saat ini tergolong langka.

Penggambaran gerakan pada tarian Burung Kuau dikatakan Mugi bukan sekedar menirukan karakter Burung Kuau semata namun juga menceritakan kehidupan burung langka ini di kehidupannya.

Burung Kuau merupakan makhluk yang indah dan eksotis yang merupakan suatu pertanda bahwa daerah yang ditempatinya masih keadaan subur.

Mugi menyebutkan, bagi masyarakat suku anak dalam jambi, Burung Kuau merupakan mahluk yang sakral dan agung karena dianggap jelmaan dewa, dan tidak boleh dibunuh . Ia menjelaskan bahwa saat ini keberadaan Burung Kuau sudah jarang di temui karena langka dan hampir punah, salah satu faktor kepunahannya adalah perburuan liar, penebangan dan pembakaran hutan secara besar-besaran.

Dari gerakan tarian Burung Kuau ini menyampaikan pesan bahwa kecantikan dan keagungan tidaklah abadi, yang paling penting adalah bagaimana bertahan hidup.Gerak tari pun berangkat dari laku, perilaku dan tingkah laku Burung Kuau tersebut. Ini dilihat dari visualisasi Burung Kuau yang cantik dan eksotis namun membuat Burung Kuau ini banyak diburu dan menyebabkan kepunahannya.

" Jadi karena burung ini cantik sehingga dia banyak diburu itu yang menyebabkan kepunahannya,"terangnya.

Mugi menyebutkan, selain tarian Burung Kuau dirinya juga sudah menciptakan beberapa tarian yang menceritakan kebiasaan dan tradisi masyarakat di Muaro Jambi seperti tarian yang diadopsi dari kebiasaan mencuci baju di sungai dan menginjak padipadi. 

Penari dari sanggar Kuau Gawe Gadis Muaro Jambi menarikan tarian Kuau dalam sebuah kegiatan di Museum Siginjei beberapa waktu lalu (ANTARA/HO/IST)

Pewarta: Tuyani

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021