Upaya untuk meningkatkan dan menambah pendapatan bagi kelompok perempuan di tengah pandemi COVID-19 mulai dirasakan oleh anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Provinsi Jambi melalui pelatihan membatik yang sudah dilakukan sejak 2020 lalu bahkan kegiatan membatik ini dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi anggotanya.
Ketua DPD HWDI Provinsi Jambi, Ratumas Dewi , Selasa (7/9) mengatakan, pelatihan ini dilakukan sejak tahun 2020 lalu di saat pandemi COVID-19 mulai datang. Saat itu anggota HWDI Jambi bertemu dengan Ida pemilik batik Rindani. Dari sinilah anggota HWDI mendapatkan kesempatan belajar membatik hingga saat ini terdapat dua anggota yang sudah memiliki kemampuan cukup untuk industri batik.
"Sekarang ada tiga anggota yang dianggap memiliki minat yang tinggi untuk belajar membatik," kata Dewi.
Pembelajaran membatik ini diberikan dari tingkat dasar yang diikuti dengan semangat dan antusias yang tinggi dari anggota HWDI Jambi mulai dari tahapan nyungging, njaplak, nembok hingga proses pewarnaan batik. Dari pelatihan membatik ini dikatakan Dewi seluruh peralatan dan bahan membatik difasilitasi oleh pemilik batik Rindani. Hingga saat ini sudah ada satu anggota yang memiliki kemampuan membatik yang baik dengan hasil yang sudah bisa dipasarkan. Melalui pelatihan membatik ini kemudian dapat menjadi sumber mata pencaharian baru bagi anggota HWDI Jambi.
Pelatihan membatik dikatakannya juga dimaksudkan menjadi upaya agar anggota HWDI Jambi dapat meningkatkan perekonomian komunitas mereka melalui pemberdayaan ekonomi kreatif yang sangat membantu dalam peningkatan perekonomian mereka.
"Dari hasil anggota yang belajar kemudian ada yang sudah layak untuk dipasarkan. Anggota ini juga sudah menerima pemesanan batik melalui buk Ida, sekarang anggota ini sudah bisa menemukan kegiatan ekonomi baru untuk dirinya," terangnya.
Kegiatan pelatihan membatik ini juga ditanggapi dengan positif oleh Ketua DPC HWDI Kota Jambi, Detty Herawati. Dirinya mengatakan, selain menjadi sumber pendapatan baru, pelatihan ini tentunya menjadi sumber keilmuan baru bagi teman-teman disabilitas di Jambi.
"Mereka dapat memperkaya kemampuan diri, meski saat ini masih ditemui banyak kendala teman-teman disabilitas di lapangan," katanya Detty.
Selain pelatihan membatik, anggota HWDI Kota Jambi juga sempat mendapatkan pelatihan menjahit dari Dinas Sosial Kota Jambi pada Agustus lalu. Pelatihan ini juga disambut dengan antusias oleh anggota dan teman-teman disabilitas. Menurut Detty, pelatihan yang diberikan kepada disabilitas harus berkelanjutan agar sumber keilmuannya dapat diimplementasikan dalam kehidupan dan menjadi sumber mata pencaharian bagi disabilitas.
"Sebetulnya harus berlanjut, kalau untuk pelatihan menjahit kemarin ini sepertinya kalau untuk meneruskan kami butuh bantuan mesin jahit, teman-teman disabilitas terutama teman tuli yang saya ajak kemarin minatnya tinggi, mereka sudah bisa buat pola, ada yang bisa desain pakaian namun untuk meneruskan pekerjaan ini teman-teman terkendala biaya. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu melalui pemberian mesin jahit," harap Detty.
Saat pandemi datang banyak mata pencaharian teman-teman disabilitas yang hilang, seperti diketahui banyak penyandang tuna netra yang berprofesi sebagai tukang pijet lalu penyandang disabilitas lain yang memiliki kemampuan totok wajah juga harus kehilangan sumber mata pencahariannya.
"Jadi ada teman-teman kita yang tuan netra selama pandemi nggak bisa pijet, ada yang nggak bisa menerima layanan totok wajah. Pandemi ini cukup membatasi aktivitas teman-teman disabilitas,"sebutnya.
Meski sudah mendapatkan berbagai pelatihan guna meningkatkan kemampuan dirinya, para penyandang disabilitas di Provinsi Jambi saat ini masih menghadapi kendala salah satunya berkaitan dengan layanan transportasi umum untuk disabilitas. Dikatakan Detty, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Jambi sudah memiliki Capsule Bus yang membantu mobilitas disabilitas di Kota Jambi namun saat ini stop beroperasi sejak pandemi.
"Saat ada pelatihan membatik kemarin banyak anggota yang mau ikut tapi terkendala dengan transportasi, tidak ada transportasi yang memudahkan disabilitas terutama penyadang tuna daksa. Jika menggunakan ojek online biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar," sambungnya.
Selain itu, menurut RTS Dewi pihaknya membutuhkan fasilitas transportasi umum yang layak untuk penyandang disabilitas di Provinsi Jambil. Temuan di lapangan, diakuinya kesulitan mobilitas tuna daksa saat ini tidak adanya transportasi yang layak dan nyaman serta memudahkan penyandang tuna daksa untuk menggunakannya.
"Kami berharap hal ini menjadi saran bagi pemangku kebijakan untuk menciptakan layanan dan fasilitas transportasi umum yang layak bagi disabilitas di Jambi," terang Dewi.
Hal inilah yang kemudian menurut Dewi menjadi kendala anggota HWDI dan teman-teman disabilitas lainnya di Provinsi Jambi dalam hal mobilitas mereka sehari. Saat ini sudah mulai bermunculan instansi, perseorangan atau organisasi yang siap memberikan pelatihan pengembangan diri bagi disabilitas . Namun, hal itu tidak dibarengi dengan layanan transportasi yang dapat digunakan oleh penyandang disabilitas itu sendiri untuk berpergian.
"Sudah ada yang mau kasih pelatihan gratis, mereka siap memfasilitasi alat dan bahan. Sayangnya dari teman-teman banyak yang terkendala transportasinya, untuk pakai kendaraann pribadi terutama penyandang tuna daksa tidak memungkinkan, sedangkan untuk transportasi umum yang bisa digunakan tuna daksa tidak ada, pakai transportasi online terkadang biaya mahal untuk digunakan setiap hari saya rasa tidak memungkinkan,"ungkapnya.
Dari sinilah pihaknya berharap agar fasilitas capsul bus Kota Jambi dapat kembali beroperasi agar tidak lagi terdapat kendala dalam mobilitas penyandang disabilitas di Kota Jambi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Ketua DPD HWDI Provinsi Jambi, Ratumas Dewi , Selasa (7/9) mengatakan, pelatihan ini dilakukan sejak tahun 2020 lalu di saat pandemi COVID-19 mulai datang. Saat itu anggota HWDI Jambi bertemu dengan Ida pemilik batik Rindani. Dari sinilah anggota HWDI mendapatkan kesempatan belajar membatik hingga saat ini terdapat dua anggota yang sudah memiliki kemampuan cukup untuk industri batik.
"Sekarang ada tiga anggota yang dianggap memiliki minat yang tinggi untuk belajar membatik," kata Dewi.
Pembelajaran membatik ini diberikan dari tingkat dasar yang diikuti dengan semangat dan antusias yang tinggi dari anggota HWDI Jambi mulai dari tahapan nyungging, njaplak, nembok hingga proses pewarnaan batik. Dari pelatihan membatik ini dikatakan Dewi seluruh peralatan dan bahan membatik difasilitasi oleh pemilik batik Rindani. Hingga saat ini sudah ada satu anggota yang memiliki kemampuan membatik yang baik dengan hasil yang sudah bisa dipasarkan. Melalui pelatihan membatik ini kemudian dapat menjadi sumber mata pencaharian baru bagi anggota HWDI Jambi.
Pelatihan membatik dikatakannya juga dimaksudkan menjadi upaya agar anggota HWDI Jambi dapat meningkatkan perekonomian komunitas mereka melalui pemberdayaan ekonomi kreatif yang sangat membantu dalam peningkatan perekonomian mereka.
"Dari hasil anggota yang belajar kemudian ada yang sudah layak untuk dipasarkan. Anggota ini juga sudah menerima pemesanan batik melalui buk Ida, sekarang anggota ini sudah bisa menemukan kegiatan ekonomi baru untuk dirinya," terangnya.
Kegiatan pelatihan membatik ini juga ditanggapi dengan positif oleh Ketua DPC HWDI Kota Jambi, Detty Herawati. Dirinya mengatakan, selain menjadi sumber pendapatan baru, pelatihan ini tentunya menjadi sumber keilmuan baru bagi teman-teman disabilitas di Jambi.
"Mereka dapat memperkaya kemampuan diri, meski saat ini masih ditemui banyak kendala teman-teman disabilitas di lapangan," katanya Detty.
Selain pelatihan membatik, anggota HWDI Kota Jambi juga sempat mendapatkan pelatihan menjahit dari Dinas Sosial Kota Jambi pada Agustus lalu. Pelatihan ini juga disambut dengan antusias oleh anggota dan teman-teman disabilitas. Menurut Detty, pelatihan yang diberikan kepada disabilitas harus berkelanjutan agar sumber keilmuannya dapat diimplementasikan dalam kehidupan dan menjadi sumber mata pencaharian bagi disabilitas.
"Sebetulnya harus berlanjut, kalau untuk pelatihan menjahit kemarin ini sepertinya kalau untuk meneruskan kami butuh bantuan mesin jahit, teman-teman disabilitas terutama teman tuli yang saya ajak kemarin minatnya tinggi, mereka sudah bisa buat pola, ada yang bisa desain pakaian namun untuk meneruskan pekerjaan ini teman-teman terkendala biaya. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu melalui pemberian mesin jahit," harap Detty.
Saat pandemi datang banyak mata pencaharian teman-teman disabilitas yang hilang, seperti diketahui banyak penyandang tuna netra yang berprofesi sebagai tukang pijet lalu penyandang disabilitas lain yang memiliki kemampuan totok wajah juga harus kehilangan sumber mata pencahariannya.
"Jadi ada teman-teman kita yang tuan netra selama pandemi nggak bisa pijet, ada yang nggak bisa menerima layanan totok wajah. Pandemi ini cukup membatasi aktivitas teman-teman disabilitas,"sebutnya.
Meski sudah mendapatkan berbagai pelatihan guna meningkatkan kemampuan dirinya, para penyandang disabilitas di Provinsi Jambi saat ini masih menghadapi kendala salah satunya berkaitan dengan layanan transportasi umum untuk disabilitas. Dikatakan Detty, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Jambi sudah memiliki Capsule Bus yang membantu mobilitas disabilitas di Kota Jambi namun saat ini stop beroperasi sejak pandemi.
"Saat ada pelatihan membatik kemarin banyak anggota yang mau ikut tapi terkendala dengan transportasi, tidak ada transportasi yang memudahkan disabilitas terutama penyadang tuna daksa. Jika menggunakan ojek online biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar," sambungnya.
Selain itu, menurut RTS Dewi pihaknya membutuhkan fasilitas transportasi umum yang layak untuk penyandang disabilitas di Provinsi Jambil. Temuan di lapangan, diakuinya kesulitan mobilitas tuna daksa saat ini tidak adanya transportasi yang layak dan nyaman serta memudahkan penyandang tuna daksa untuk menggunakannya.
"Kami berharap hal ini menjadi saran bagi pemangku kebijakan untuk menciptakan layanan dan fasilitas transportasi umum yang layak bagi disabilitas di Jambi," terang Dewi.
Hal inilah yang kemudian menurut Dewi menjadi kendala anggota HWDI dan teman-teman disabilitas lainnya di Provinsi Jambi dalam hal mobilitas mereka sehari. Saat ini sudah mulai bermunculan instansi, perseorangan atau organisasi yang siap memberikan pelatihan pengembangan diri bagi disabilitas . Namun, hal itu tidak dibarengi dengan layanan transportasi yang dapat digunakan oleh penyandang disabilitas itu sendiri untuk berpergian.
"Sudah ada yang mau kasih pelatihan gratis, mereka siap memfasilitasi alat dan bahan. Sayangnya dari teman-teman banyak yang terkendala transportasinya, untuk pakai kendaraann pribadi terutama penyandang tuna daksa tidak memungkinkan, sedangkan untuk transportasi umum yang bisa digunakan tuna daksa tidak ada, pakai transportasi online terkadang biaya mahal untuk digunakan setiap hari saya rasa tidak memungkinkan,"ungkapnya.
Dari sinilah pihaknya berharap agar fasilitas capsul bus Kota Jambi dapat kembali beroperasi agar tidak lagi terdapat kendala dalam mobilitas penyandang disabilitas di Kota Jambi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021