Menulis atau membuat sebuah karangan bagi sebagian besar siswa adalah hal yang "menakutkan" dan sangat menyiksa karena mereka "dipaksa" memeras otak untuk merangkai kata demi kata menjadi kalimat dan menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
Kegiatan merangkai kata tersebut bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang tidak terbiasa, sehingga banyak diantara mereka mengambil teks di internet dan diakui sebagai tulisan mereka. Kalau ini dibiarkan maka itu sama artinya kita sebagai guru menjadikan mereka sebagai insan yang plagiat. Mengakui karya orang lain sebagai milik sendiri.
Guru Bahasa Indonesia, harus berusaha untuk berinovasi mencari dan menemukan langkah dan stretegi pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan menulis menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan dengan gembira oleh siswa sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang bermakna dan menarik untuk dibaca.
Melalui kegiatan pembelajaran menulis teks eksplanasi, peserta didik diajak untuk menuangkan ide tulisan mereka dengan menggunakan bantuan literasi visual.
Eksplanasi adalah salah satu teks yang berisi tentang sebuah fenomena baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial. Fenomena alam bisa tentang proses terjadinya suatu peristiwa alam, contohnya peristiwa terjadinya pelangi, peristiwa terjadinya gerhana dan sebagainya.
Fenomena sosial merupakan gejala atau peristiwa yang dapat diamati dalam kehidupan sosial.
Fenomena sosial tersebut dapat terjadi dikarenakan ada suatu kejadian yang diluar dari kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, contohnya fenomena sosial mudik, kriminalitas, kenakalan remaja, kerusuhan, aksi solidaritas dan sebagainya.
Pengertian Literasi Visual
Literasi visual adalah suatu kemampuan untuk menginterpretas atau memperkirakan serta memberi makna dari sebuah informasi yang berbentuk gambar atau visual. Literasi visual hadir dari ide bahwasanya sebuah gambar bisa dibaca dan disusun menjadi sebuah tulisan.
Saya berharap dengan melihat beberapa gambar sebagai alat bantunya, maka siswa menjadi lebih mudah dalam menyusun kerangka tulisan dan mengembangkannya menjadi sebuah tulisan.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan dengan terlebih dahulu melakukan doa. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa pada lembar presensi. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai merupakan tahap selanjutnya.
Guru memberikan pertanyaan produktif, imajinatif, terbuka (PIT) yang didapatkan dari pelatihan Program PINTAR Tanoto Fondation terkait dengan materi minggu sebelumnya, yaitu tentang struktur dan kebahasaan teks eksplanasi.
Melalui kegiatan tanya jawab, siswa sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Ini artinya, siswa masih ingat dan menguasai materi sebelumnya.
Selanjutnya peserta didik duduk berkelompok. Kemudian guru membagikan lembar kerja peserta didik. Di dalam LKPD tersebut terdapat gambar dan beberapa instruksi.
Masuk pada kegiatan inti pembelajaran, siswa melakukan kegiatan mengalami dengan mengamati gambar yang sudah dibagikan. Setelah itu di dalam kelompoknya, mereka berinteraksi untuk memprediksi fenomena yang terdapat dalam gambar, memprediksi uraian sebab akibat dan kronologis peristiwa, dan memprediksi uraian pesan yang akan disampaikan pada pembaca.
Prediksi-prediksi ini sebenarnya merupakan kerangka tulisan yang nantinya dapat dikembangkan menjadi sebuah teks eksplanasi.
Materi ini merupakan kompetensi dasar yang menuntut keterampilan menulis masing-masing peserta didik. Maka tahap selanjutnya setelah mereka secara berkelompok menentukan prediksi yang tepat, maka masing-masing peserta didik bekerja secara individu untuk menyusun prediksi-prediksi tersebut menjadi sebuah teks eksplanasi.
Bekerja menyusun prediski dari gambar yang sudah ada menjadi sebuah teks eksplanasi, terlihat peserta didik serius dalam bekerja.
"Dengan adanya gambar dan prediski ini, kami jadi lebih lancar menulisnya bu," kata Raka salah seorang siswa.
“Biasanya saya kesulitan bu, dalam mencari ide tulisan karena tidak ada bantuan,” jelas Annisa.
Langkah pembelajaran selanjutnya adalah mereka menyampaikan hasil tulisannya. Memang tidak semua siswa diminta untuk membaca hasil tugasnya, karena keterbatasan waktu. Jadi hanya ada empat peserta didik yang diminta, kemudian peserta didik yang lain dipersilakan untuk bertanya atau bahkan memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya.
Siswa melakukan refleksi. “Saya sangat senang belajar hari ini, bu,” ujar Andhara.
“Menulis menjadi mudah jika ada bantuannya, Bu,” timpal Septi. Dari beberapa hasil refleksi, dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran model itu sangat menyenangkan bagi mereka.
Pada bagian penutup pembelajaran, siswa menyampaikan kesimpulan pembelajaran hari ini. Setelah itu, guru memberikan penjelasan terkait persiapan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Penulis: Metty Hartina, M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMPN 21 Batanghari/ Fasilitator Nasional Program PINTAR Tanoto Foundation
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Kegiatan merangkai kata tersebut bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang tidak terbiasa, sehingga banyak diantara mereka mengambil teks di internet dan diakui sebagai tulisan mereka. Kalau ini dibiarkan maka itu sama artinya kita sebagai guru menjadikan mereka sebagai insan yang plagiat. Mengakui karya orang lain sebagai milik sendiri.
Guru Bahasa Indonesia, harus berusaha untuk berinovasi mencari dan menemukan langkah dan stretegi pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan menulis menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan dengan gembira oleh siswa sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang bermakna dan menarik untuk dibaca.
Melalui kegiatan pembelajaran menulis teks eksplanasi, peserta didik diajak untuk menuangkan ide tulisan mereka dengan menggunakan bantuan literasi visual.
Eksplanasi adalah salah satu teks yang berisi tentang sebuah fenomena baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial. Fenomena alam bisa tentang proses terjadinya suatu peristiwa alam, contohnya peristiwa terjadinya pelangi, peristiwa terjadinya gerhana dan sebagainya.
Fenomena sosial merupakan gejala atau peristiwa yang dapat diamati dalam kehidupan sosial.
Fenomena sosial tersebut dapat terjadi dikarenakan ada suatu kejadian yang diluar dari kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, contohnya fenomena sosial mudik, kriminalitas, kenakalan remaja, kerusuhan, aksi solidaritas dan sebagainya.
Pengertian Literasi Visual
Literasi visual adalah suatu kemampuan untuk menginterpretas atau memperkirakan serta memberi makna dari sebuah informasi yang berbentuk gambar atau visual. Literasi visual hadir dari ide bahwasanya sebuah gambar bisa dibaca dan disusun menjadi sebuah tulisan.
Saya berharap dengan melihat beberapa gambar sebagai alat bantunya, maka siswa menjadi lebih mudah dalam menyusun kerangka tulisan dan mengembangkannya menjadi sebuah tulisan.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan dengan terlebih dahulu melakukan doa. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa pada lembar presensi. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai merupakan tahap selanjutnya.
Guru memberikan pertanyaan produktif, imajinatif, terbuka (PIT) yang didapatkan dari pelatihan Program PINTAR Tanoto Fondation terkait dengan materi minggu sebelumnya, yaitu tentang struktur dan kebahasaan teks eksplanasi.
Melalui kegiatan tanya jawab, siswa sangat antusias dalam menjawab pertanyaan. Ini artinya, siswa masih ingat dan menguasai materi sebelumnya.
Selanjutnya peserta didik duduk berkelompok. Kemudian guru membagikan lembar kerja peserta didik. Di dalam LKPD tersebut terdapat gambar dan beberapa instruksi.
Masuk pada kegiatan inti pembelajaran, siswa melakukan kegiatan mengalami dengan mengamati gambar yang sudah dibagikan. Setelah itu di dalam kelompoknya, mereka berinteraksi untuk memprediksi fenomena yang terdapat dalam gambar, memprediksi uraian sebab akibat dan kronologis peristiwa, dan memprediksi uraian pesan yang akan disampaikan pada pembaca.
Prediksi-prediksi ini sebenarnya merupakan kerangka tulisan yang nantinya dapat dikembangkan menjadi sebuah teks eksplanasi.
Materi ini merupakan kompetensi dasar yang menuntut keterampilan menulis masing-masing peserta didik. Maka tahap selanjutnya setelah mereka secara berkelompok menentukan prediksi yang tepat, maka masing-masing peserta didik bekerja secara individu untuk menyusun prediksi-prediksi tersebut menjadi sebuah teks eksplanasi.
Bekerja menyusun prediski dari gambar yang sudah ada menjadi sebuah teks eksplanasi, terlihat peserta didik serius dalam bekerja.
"Dengan adanya gambar dan prediski ini, kami jadi lebih lancar menulisnya bu," kata Raka salah seorang siswa.
“Biasanya saya kesulitan bu, dalam mencari ide tulisan karena tidak ada bantuan,” jelas Annisa.
Langkah pembelajaran selanjutnya adalah mereka menyampaikan hasil tulisannya. Memang tidak semua siswa diminta untuk membaca hasil tugasnya, karena keterbatasan waktu. Jadi hanya ada empat peserta didik yang diminta, kemudian peserta didik yang lain dipersilakan untuk bertanya atau bahkan memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya.
Siswa melakukan refleksi. “Saya sangat senang belajar hari ini, bu,” ujar Andhara.
“Menulis menjadi mudah jika ada bantuannya, Bu,” timpal Septi. Dari beberapa hasil refleksi, dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran model itu sangat menyenangkan bagi mereka.
Pada bagian penutup pembelajaran, siswa menyampaikan kesimpulan pembelajaran hari ini. Setelah itu, guru memberikan penjelasan terkait persiapan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Penulis: Metty Hartina, M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMPN 21 Batanghari/ Fasilitator Nasional Program PINTAR Tanoto Foundation
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021