Sebanyak tiga peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terpilih sebagai Asian Science Diplomat 2021, yakni Dr. Edi Kurniawan, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, dan Dr. Indri Badria Adilina.
“Kami bersyukur bisa terpilih menjadi tiga dari 28 awardees 2021 Asian Science Diplomat dari berbagai negara ASEAN. Para pemenang ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing," kata Edi Kurniawan dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
ASIAN Science Diplomat (ASD) merupakan jaringan ilmuwan muda Asia, khususnya kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.
Sementara Masteria menuturkan setiap negara memerlukan figur ilmuwan yang berperan sebagai "role model" bagi generasi muda.
Oleh karena itu, pemilihan ASD yang berusia di bawah 45 tahun itu menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN.
Lebih lanjut Indri Badria Adilina mengatakan jaringan ASD tersebut juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antarilmuwan di negara-negara ASEAN.
Ia menuturkan di Asia Tenggara terdapat banyak sekali ilmuwan, khususnya ilmuwan muda yang andal. Untuk itu, diperlukan suatu wadah untuk membangun diskusi yang lebih produktif di antara mereka, untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai permasalahan global yang sedang dihadapi.
ASD juga menjadi kesempatan bagi para peneliti untuk belajar mengkomunikasikan penelitiannya sehingga dapat dipahami oleh dan sampai kepada para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan.
Menurut Indri, tujuan akhirnya adalah para peneliti dapat berkontribusi membuat kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy) dalam rangka mencari solusi dan permasalahan global.
"ASD Award ini menjadi ajang untuk memilih peneliti-peneliti yang andal di bidang 'science'-nya (ilmu pengetahuan) sekaligus juga memiliki potensi menjadi 'science diplomat' (diplomat sains). Kami akan dilatih lebih dalam untuk hal 'science diplomat', dan bagaimana cara untuk berkontribusi dalam pembuatan 'science-based policy' dengan para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan," kata Indri.
Edi Kurniawan merupakan peneliti pada Pusat Riset Fisika Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN, dan menyelesaikan Pendidikan doktoralnya di Swinburne University of Technology Australia.
Pria kelahiran Pemalang di Jawa Tengah pada 15 Agustus 1982 itu telah menghasilkan berbagai publikasi internasional, dan menjadi pemakalah di berbagai seminar ilmiah.
Ia juga memperoleh tidak kurang dari sepuluh paten dalam 10 tahun terakhir, salah satunya adalah paten terkait system drone atau pemantau jarak fisik dalam kerumunan.
Selama berkarir sebagai peneliti, Edi mendapatkan penghargaan antara lain Fulbright Research Fellowship (2018), USA-ASEAN Science and Tech. Fellowship (2016), Research Stays for Universisy Academics and Scientists (2015), RMIT Research Fellowship (2015).
Sedangkan Masteria Yunovilsa Putra merupakan peneliti bidang bioteknologi kesehatan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN.
Pria kelahiran Padang di Sumatera Barat pada 16 November 1984 tersebut telah menekuni senyawa aktif dari biodiversitas laut yang berpotensi menjadi antikanker, antibakteri dan antivirus sebagai bahan alami untuk obat.
Doktor lulusan Universitas Marche Polytechic Italia itu sebelumnya mengemban tugas sebagai Koordinator Penelitian Drug Discovery and Development dan Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan COVID-19 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Masteria telah menghasilkan sekitar 43 Artikel di jurnal internasional, delapan conference papers, dan dua paten.
Sementara Indri Badria Adilina adalah peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN, dan menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Chiba University, Jepang pada 2013.
Perempuan yang menguasai Bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis tersebut memiliki pengalaman dalam riset di bidang kimia, khususnya green chemistry, katalis, dan biomassa.
Indri menerima sejumlah penghargaan nasional dan internasional antara lain AONSA Young Research Fellowship (2020), ISIS Impact Awards (2019), L'Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship (2013), dan Chiba University Environmental Award (2012).
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
“Kami bersyukur bisa terpilih menjadi tiga dari 28 awardees 2021 Asian Science Diplomat dari berbagai negara ASEAN. Para pemenang ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing," kata Edi Kurniawan dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
ASIAN Science Diplomat (ASD) merupakan jaringan ilmuwan muda Asia, khususnya kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.
Sementara Masteria menuturkan setiap negara memerlukan figur ilmuwan yang berperan sebagai "role model" bagi generasi muda.
Oleh karena itu, pemilihan ASD yang berusia di bawah 45 tahun itu menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN.
Lebih lanjut Indri Badria Adilina mengatakan jaringan ASD tersebut juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antarilmuwan di negara-negara ASEAN.
Ia menuturkan di Asia Tenggara terdapat banyak sekali ilmuwan, khususnya ilmuwan muda yang andal. Untuk itu, diperlukan suatu wadah untuk membangun diskusi yang lebih produktif di antara mereka, untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai permasalahan global yang sedang dihadapi.
ASD juga menjadi kesempatan bagi para peneliti untuk belajar mengkomunikasikan penelitiannya sehingga dapat dipahami oleh dan sampai kepada para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan.
Menurut Indri, tujuan akhirnya adalah para peneliti dapat berkontribusi membuat kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy) dalam rangka mencari solusi dan permasalahan global.
"ASD Award ini menjadi ajang untuk memilih peneliti-peneliti yang andal di bidang 'science'-nya (ilmu pengetahuan) sekaligus juga memiliki potensi menjadi 'science diplomat' (diplomat sains). Kami akan dilatih lebih dalam untuk hal 'science diplomat', dan bagaimana cara untuk berkontribusi dalam pembuatan 'science-based policy' dengan para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan," kata Indri.
Edi Kurniawan merupakan peneliti pada Pusat Riset Fisika Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN, dan menyelesaikan Pendidikan doktoralnya di Swinburne University of Technology Australia.
Pria kelahiran Pemalang di Jawa Tengah pada 15 Agustus 1982 itu telah menghasilkan berbagai publikasi internasional, dan menjadi pemakalah di berbagai seminar ilmiah.
Ia juga memperoleh tidak kurang dari sepuluh paten dalam 10 tahun terakhir, salah satunya adalah paten terkait system drone atau pemantau jarak fisik dalam kerumunan.
Selama berkarir sebagai peneliti, Edi mendapatkan penghargaan antara lain Fulbright Research Fellowship (2018), USA-ASEAN Science and Tech. Fellowship (2016), Research Stays for Universisy Academics and Scientists (2015), RMIT Research Fellowship (2015).
Sedangkan Masteria Yunovilsa Putra merupakan peneliti bidang bioteknologi kesehatan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN.
Pria kelahiran Padang di Sumatera Barat pada 16 November 1984 tersebut telah menekuni senyawa aktif dari biodiversitas laut yang berpotensi menjadi antikanker, antibakteri dan antivirus sebagai bahan alami untuk obat.
Doktor lulusan Universitas Marche Polytechic Italia itu sebelumnya mengemban tugas sebagai Koordinator Penelitian Drug Discovery and Development dan Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan COVID-19 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Masteria telah menghasilkan sekitar 43 Artikel di jurnal internasional, delapan conference papers, dan dua paten.
Sementara Indri Badria Adilina adalah peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN, dan menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Chiba University, Jepang pada 2013.
Perempuan yang menguasai Bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis tersebut memiliki pengalaman dalam riset di bidang kimia, khususnya green chemistry, katalis, dan biomassa.
Indri menerima sejumlah penghargaan nasional dan internasional antara lain AONSA Young Research Fellowship (2020), ISIS Impact Awards (2019), L'Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship (2013), dan Chiba University Environmental Award (2012).
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021