Pandemi COVID-19 berangsur reda, sekolahpun mulai dibuka. Sekian lama siswa dan guru  menunggu, akhirnya bisa kembali bertemu.

Tidak mudah beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Semua dibatasi, jumlah siswa, waktu belajar, jarak antar individu, semua terbatas.

Guru harus rajin mencorat-coret desain pembelajaran yang bisa membuat siswa tetap belajar aktif. Apalagi dengan kondisi 'learning loss' akibat pandemi. Siswa siswi benar- benar harus disuguhkan menu pembelajaran sehat yang menyenangkan. Ibarat kata, guru harus membujuk mereka dengan keceriaan belajar.

Keceriaan belajar sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat mereka. Karena peserta didik harus berlari untuk mengejar empat semester yang tertinggal.

Kelas, alam dan laboratorium

Di kelas 7 peserta didik belajar tentang klasifikasi makhluk hidup. Salah satunya adalah kerajaan tumbuhan. Ketika belajar tentang bryophyta lumut) dan pteridophyta paku-pakuan) mereka dibawa ke tiga alam belajar yang berbeda. Alam belajar itu adalah ruang kelas, kebun sekolah dan laboratorium.

Siswa mana yang tidak bahagia, ketika mereka bisa bersenda gurau dengan alam ?

Guru membuka pembelajaran, kemudian menyampaikan tujuan. Menyamakan persepsi dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang dunia  Lumut dan Paku-pakuan.

Pembelajaran itu dimulai dengan sebuah pertanyaan dari guru. Dan selanjutnya tugas siswa  mengemukakan dugaan, mendesain penelitian, mengambil data hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan serta berkarya dan mempublikasikan nya.

Siswa harus dilatih membelajarkan dirinya sendiri. Guru memfasilitasi dengan lembar kerja peserta didik (LKPD) dan dengan pengaturan teman diskusi.

Belajar berpasangan atau membuat kelompok kecil adalah salah satu solusi untuk membuat siswa bisa berinteraksi dan berdiskusi dengan tetap menjaga jarak.

Meneliti di kebun sekolah

Peserta didik meneliti tumbuhan lumut dan paku-pakuan di kebun sekolah.  Mereka mengamati jenisnya, ciri-ciri fisik, cara berkembangbiak  dan mencari informasi tentang manfaat tanaman itu.

Dari gawai yang mereka punya, peserta didik mendapatkan informasi tentang manfaat Lumut dan Paku-pakuan yang sudah mati dan kering. Mereka kemudian memanfaatkan akar paku-pakuan yang banyak menempel di pohon sawit sekolah dan juga lumut-lumut kering untuk media tanam organik.

Siswa juga berencana akan menjadikan ini sebagai kewirausahaan OSIS, mereka akan memproduksi media tanam organik dari  lumut dan pakuan kering.

Populasi  tumbuhan lumut dan paku sangat banyak. Namun, walaupun demikian peserta didik tidak boleh membuang  tumbuhan yang telah diambil sebagai sampel pengamatan.

Tumbuhan itu diawetkan di dalam kertas bekas soal yang menumpuk di gudang sekolah. Kemudian setelah kering akan dijadikan herbarium dan album tumbuhan.

Meneliti di Laboratorium

Belajar di laboratorium adalah impian setiap siswa. Meneliti dengan mengenakan jas labor membuat mereka serasa menjadi dokter atau ilmuwan muda.

Meneliti Lumut dan paku-pakuan tidak cukup hanya dengan mata saja. Siswa butuh mikroskop untuk mengamati dengan lebih teliti.

Mereka mengamati bagian tubuh Lumut dan pakuan. Akar, batang, daun dan spora. Siswa sangat terkaget ketika mengamati spora, mereka  terlihat sangat senang dan terkagum-kagum atas ciptaan Allah SWT.

Melalui lumut dan pakuan, peserta didik belajar banyak keterampilan sains dan menemukan pengetahuan baru. Dan hal yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai karakter positif dalam diri mereka. Mereka semakin menyadari akan Keagungan Sang pencipta.

Oleh: Titien Suprihatien, Guru SMPN 11 Batanghari/ Fasilitator Nasional Program PINTAR Tanoto Foundation

 

Pewarta: Titien Suprihatien

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021