Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah laporan bahwa Jerman tidak lagi menentang embargo minyak Rusia, yang selanjutnya dapat memperketat pasokan di pasar minyak mentah global yang sudah tertekan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate atau WTI, patokan yang diperdagangkan di New York untuk pengiriman Juni ditutup bertambah 3,34 dolar AS atau 3,3 persen, menjadi 105,36 dolar AS per barel.
Pedagang bereaksi terhadap laporan media tentang komentar pada Selasa (26/4) dari Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, yang mengatakan ekonomi terbesar Uni Eropa dapat mengatasi embargo Uni Eropa pada impor minyak Rusia dan Jerman berharap untuk menemukan cara untuk menggantikan minyak Rusia dengan pasokan lain.
Jerman sangat bergantung pada impor energi Rusia dan telah menentang larangan penuh.
Sebelum perang di Ukraina, minyak Rusia menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan Jerman. Sebulan yang lalu, Habeck mengatakan negara itu telah mengurangi ketergantungannya pada minyak Rusia hingga 25 persen dari impor.
"Akibatnya, minyak dari dunia bebas akan menjadi lebih mahal, dan minyak Tirai Besi akan jatuh lebih jauh nilainya dan diskon lebih besar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Moskow telah mulai menggunakan ekspor energi sebagai gada menyusul tanggapan Amerika Serikat dan sekutunya atas invasi Rusia ke Ukraina.
Rusia telah menangguhkan pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria dan mencoba untuk mendorong Uni Eropa mengadopsi sistem pembayaran gas baru yang melibatkan pembukaan rekening di Gazprombank di mana pembayaran dalam euro atau dolar akan dikonversi ke rubel.
Produksi minyak Rusia bisa turun sebanyak 17 persen pada 2022, menurut dokumen kementerian ekonomi yang dilihat oleh Reuters, karena negara itu menghadapi sanksi Barat.
Terlepas dari kekurangan yang diperkirakan ini, kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia diperkirakan akan mempertahankan laju peningkatan produksi yang moderat ketika bertemu pada 5 Mei, sumber mengatakan kepada Reuters.
Dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam dua dekade pada Kamis (28/4), didorong oleh kelemahan pada saingan utamanya, seperti yen dan euro. Dolar yang lebih kuat biasanya bearish untuk harga minyak yang dihargai dalam greenback, karena membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di China, Beijing menutup beberapa ruang publik dan meningkatkan pemeriksaan COVID-19 di tempat lain karena sebagian besar dari 22 juta penduduk kota itu memulai lebih banyak pengujian massal dalam upaya untuk mencegah penguncian seperti Shanghai. Penguncian terbaru telah mengganggu pabrik dan rantai pasokan, meningkatkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi negara itu.
Tetapi penyulingan minyak terbesar di Asia, Sinopec Corp, memperkirakan permintaan negara itu untuk produk minyak sulingan akan pulih pada kuartal kedua karena wabah COVID-19 secara bertahap terkendali.
Perlambatan pertumbuhan global karena harga-harga komoditas yang lebih tinggi dan eskalasi konflik Rusia-Ukraina dapat semakin memperburuk kekhawatiran permintaan minyak.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022