PT PTPN VI Jambi yang telah mengakuisi PT Mendahara Agrojaya Industry (MAI) menjadi salah satu anak perusahaannya yang terletak di Desa Lagan Tengah, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi yang memiliki lahan seluas sembilan hektare untuk konservasi di atas lahan gambut.

Dari luas lahan yang dimiliki PT Mendahara Agrojaya Industry (MAI) 3.105 hektare untuk lahan usaha perkebunan sawit, juga memberikan lahan seluas sembilan hektare di atas lahan gambut sebagai lahan konservasi dengan melepasliarkan hewan primata seperti kera atau lutung khas Sumatera, binatang melata seperti pertil atau ular dan berbagai jenis burung, kata Direktur PT MAI, Andy Fauzi Siregar, di Jambi Rabu.

"Kami juga selain membangun lahan perkebunan sawit di Desa Lagan Tengah Kabupaten Tanjungjabung Timur, juga menyediakan atau menyisikan sembilan hektare lahan untuk konservasi yang lokasinya di tengah lahan perkebunan mereka," katanya.

Lahan konservasi ini dilakukan agar satwa yang ada di kawasan perkebunan itu bisa tetap hidup dan mencari makan sehingga satwa juga bisa tetap lestari bersama alamnya dan PT MAI akan terus menjaga lahan konservasi tersebut.

Sejak diakusisi oleh PTPN VI, PT Mendahara Agrojaya Industry setiap tahunnya juga selalu mengalami peningkatan hasil panen buah kelapa sawit nya dari atas luas lahan perkebunan 3.105 ha dan juga sebagai perusahaan baru perkebunan membangun perumahan atau pusat perkantoran atas luas lahan 8,83 ha.

Kemudian juga pihak perusahaan juga telah membangun fasilitas jalan sebagai akses mereka keluar dan masuk perusahaan dengan membangun jalan dan parit sebagai sekat kanal seluas 109, 12 ha serta adanya areal konservasi untuk hewan seluas sembilan ha.

PT Mendahara Agrojaya Industry yang menanam sawit di atas lahan gambut harus memiliki sekat kanal guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di daerahnya dan saat ini ada yang sudah dibangun sekat kanal utama selebar 8-12 meter dengan kedalaman bervariasi yaitu 6-8 meter. Kanal utama ini berfungsi untuk mengatur permukaan air di lahan gambut tetap stabil.
 
Peningkatan hasil panen tersebut tidak luput dari sistem water management yang diterapkan oleh perusahaan ini setelah diakusisi oleh PTPN dan dimana perusahaan tersebut sangat rendah dalam menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawitnya karena belum menggunakan sistem water management yang efektif..

Sementara itu Manajer PT Mendagara Agrojaya Industry Najarsah Hutagalung menuturkan sistem water management ini diperuntukan untuk mengatur permukaan air di lahan gambut.

Fungsi sistem water management juga untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan dilokasi perkebunan dan selain itu juga untuk meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit.

"Kami juga berharap Hasil TBS di lahan gambut dapat bersaing dengan TBS di tanah mineral," katanya.

Selain itu pihak Mendahara Agrojaya Industry untuk meningkatkan hasil perkebunan di lahan gambut juga menggunakan bahan pupuk dari kimia seperti dengan lahan mineral dan di lahan gambut sistem angkutan TBS diutamakan melalui perahu karena biaya relatif rendah dibandingkan menggunakan angkutan darat.

"Kita perkebunan di lahan gambut ini fokus menggunakan alat transportasi perahu, kalau melalui darat biaya angkut sangat tinggi, kita fokuskan 70 persen untuk angkutan air atau menggunakan perahu dan hasilnya untuk keuntungan PT MAI sampai dengan April 2022 senilai Rp838 juta," kata Najasah Hutagalung.











 

Pewarta: Nanang Mairiadi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022