Upaya pemerintah bersama para pemangku kepentingan terus dilakukan untuk meningkatkan kesejaheraan Suku Anak Dalam  (SAD) atau Orang Rimba dalam berbagai aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan serta lainnya.

Salah satunya meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pemenuhan sumber pangan, yang melibatkan kemampuan SAD untuk lebih piawai bercocok tanam. Tak hanya mereka yang dewasa tetapi juga anak-anak SAD sudah mulai diperkenalkan tata cara bertani atau bercocok tanam, sebagaimana Program Suluh Rimbo yang telah diperkenalkan perusahaan sejak akhir 2018 diawali di Pemukiman Kelompok Sikar dan Pemanfaatan Zona Tradisional di Tapak Keluarga dan Tapak Komunal kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).

Medio 2022 Forum Kemitraan FKPSSAD  dikuatkan dengan kunjungan jajaran pejabat Pemkab Sarolangun dikomandoi oleh staf ahli bupati bidang ekonomi pada Selasa 26 Juli 2022, mengembangkan ALC (Agriculture Learning Center) di Kawasan Lubuk Jering Kabupaten Sarolangun sebagai salah satu SAD Center Development yang diharapkan dapat meng-edukasi komunitas SAD dalam pemenuhan sumber penghidupan jangka panjang

"Dalam beberapa kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh forum multi-stakeholder pemberdayaan SAD dilakukan pengenalan bercocok tanam yang baik, benar dan aman bagi lingkungan," kata Haidir, yang sewaktu wawancara dilakukan masih menjabat sebagai Kepala Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Jambi.

Setelah adanya pemetaan zona di kawasan TNBD, salah satunya zona tapak keluarga SAD, maka pemberdayaan Orang Rimba sudah mulai terpetakan dan mendukung efektifitas program yang digulirkan.

Tapak keluarga merupakan zona yang diperuntukkan untuk aktivitas warga SAD, salah satunya untuk kawasan sumber pangan, lahan pertanian dan bercocok tanam bagi mereka.

Upaya itu telah dilakukan  di kawasan wilayah Air Hitam Kabupaten Sarolangun seperti di Desa Pematang Kabau, Desa Bukit Suban dan Lubuk Jering.

Animo Suku Anak Dalam untuk bercocok tanam sudah meningkat, mereka menanam berbagai tanaman seperti jagung, kacang-kacangan, umbi-ubian, rempah, dan tanaman yang menjadi sumber pangan mereka lainnya.

"Mereka mulai bercocok tanam, anak-anak mereka juga ikut pengenalan bercocok tanam. Benih disediakan, cara mengolah lahan yang baik diperkenalkan, hingga ke panen dan pengolahan. Minimal mereka sudah ada sumber pangan selain dari hasil berburu yang menjadi kegiatan mereka selama ini," kata Haidir.

Selain orang tua mereka, anak-anak Suku Anak Dalam juga diperkenalkan cara bercocok tanam. Selain oleh pemerintah,  penggiat masyarakat  dan juga NGO, termasuk Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Suku Anak Dalam serta fasilitasi perusahaan perkebunan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), anak-anak SAD mendapat pengenalan bertani atau bercocok tanam saat mereka bersekolah.

Kelompok belajar mengajar anak SAD merupakan tempat efektif untuk menyiapkan generasi SAD ke depan, salah satunya mengedukasi optimalisasi sumber pangan di lokasi mereka tinggal secara berkelanjutan untuk keluarga mereka.

"Karena anak-anak, setelah dewasa mereka yang akan berperan. Sehingga pendidikan atau pengenalan pertanian yang mereka dapatkan saat masih anak-anak sangat penting, itu bagian dari misi edukasi bagi SAD," kata Haidir.

Mata pencaharian Orang Rimba selama ini bertumpu pada hasil hutan bukan kayu, namun penjualannya masih dalam bentuk batangan. Mereka belum tersentuh dalam bentuk olahan atau minimal setengah jadi.

Sementara itu rencana SAD Center Development yang digagas Pemkab Sarolangun bersama Forum Kemitraan, menjadi salah satu harapan adanya optimalisasi dalam percepatan dalam peningkatan kemandirian dan kesejahteraan SAD.

Pendidikan merupakan salah satu penekanan bagi anak-anak SAD. Pelaksanaan sekolah bagi SAD dilakukan menyesuaikan dengan aktivitas mereka seperti lokasi atau tempat belajar, waktu belajar dan juga materi pembelajarannya.

"Pagi hingga siang hari anak-anak kan ikut orang tuanya, ada yang berburu atau berkebun. Sehingga sekolah mereka harus siang atau sore. Disesuaikan," katanya.

Keterlibatan anak-anak SAD selain bersekolah, juga terlihat dalam peringatan Hari Anak Nasional Indonesia tahun 2022. Anak-anak SAD disertakan dalam kegiatan  secara daring yang dihadiri oleh Menteri Sosial Tri Risma Harini, yang juga pernah berkunjung ke pemukiman SAD di Bathin XXIV Batanghari beberapa waktu lalu.

Dalam kegiatan Hari Anak Nasional itu perwakilan anak-anak SAD bergabung dengan perwakilan anak dari sejumlah daerah di Indonesia termasuk  dari Suku Badui Banten, Suku Laut Pulau Bertam Kepri, Suku Asmat Papua Kota Kecil Wini Timur Tengah Utara, anak pengungsi Majene Sulawesi Barat dan lainnya.

Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022