Harga minyak menetap sekitar tiga dolar lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), terseret oleh penguatan dolar AS sementara melonjaknya kasus Virus Corona di China memupus harapan pembukaan kembali ekonomi yang cepat untuk importir minyak mentah terbesar dunia.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember merosot 3,09 dolar AS atau 3,47 persen, menjadi ditutup di 85,87 dolar AS per barel, setelah terangkat 2,9 persen pada akhir pekan lalu.
Pada Jumat (11/11/2022), harga-harga komoditas menguat setelah Komisi Kesehatan Nasional China menyesuaikan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian COVID untuk mempersingkat waktu karantina untuk kasus kontak dekat dan pelancong yang datang.
Tetapi kasus COVID-19 meningkat di China selama akhir pekan, dengan Beijing dan kota-kota besar lainnya pada Senin (14/11/2022) melaporkan rekor infeksi.
"Lonjakan kasus COVID hanya akan menyebabkan lebih banyak penguncian dalam waktu dekat ... untuk saat ini China bukan sumber dukungan bullish untuk kompleks perminyakan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Dolar AS juga naik terhadap euro dan yen, karena investor bersiap untuk potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS setelah seorang pembuat kebijakan mengatakan terlalu banyak yang dibuat dari data inflasi AS yang lebih dingin minggu lalu.
Dolar yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak dan aset-aset berisiko lainnya.
Sementara itu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini dan tahun depan, dengan alasan hambatan ekonomi.
Pasokan domestik AS juga terus meningkat. Produksi minyak di Permian di Texas dan New Mexico, cekungan minyak serpih terbesar AS, akan naik sekitar 39.000 barel per hari (bph) ke rekor 5,499 juta barel per hari pada Desember, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan produktivitasnya pada Senin (14/11/2022).
Secara terpisah, Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Jumat (11/11/2022) mengatakan India dapat terus membeli minyak Rusia sebanyak yang diinginkannya, termasuk dengan harga di atas mekanisme pembatasan harga yang diberlakukan G7, jika India menghindari asuransi, keuangan dan layanan maritim Barat yang terikat oleh pembatasan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022