Harga minyak sedikit menguat di perdagangan Asia pada Senin sore, didukung oleh rencana OPEC+ untuk memangkas lebih banyak produksi, sementara investor mengamati data ekonomi China untuk tanda-tanda pemulihan permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.

Minyak mentah berjangka Brent terkerek 6 sen menjadi diperdagangkan di 86,37 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 3 sen menjadi diperdagangkan pada 82,55 dolar AS per barel.

Kedua kontrak membukukan kenaikan mingguan keempat mereka minggu lalu - rekor terpanjang sejak pertengahan 2022 - setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan rekor permintaan pada tahun 2023 sebesar 101,9 juta barel per hari (bph), naik 2 juta barel per hari dari tahun lalu.

Namun, IEA memperingatkan dalam laporan bulanannya bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen OPEC+ berisiko memperburuk defisit pasokan minyak yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini dan dapat merugikan konsumen dan pemulihan ekonomi global.

Meningkatnya biaya untuk pasokan minyak mentah Timur Tengah, yang memenuhi lebih dari separuh permintaan Asia, telah menekan margin penyulingan, mendorong mereka mengamankan pasokan dari wilayah lain.

Penyulingan juga meningkatkan produksi bensin menjelang puncak permintaan musim panas, sambil memangkas produksi solar di tengah marjin yang memburuk.

"Sementara harga datar dan time spread telah menguat didukung ekspektasi pasar yang lebih ketat, kekhawatiran permintaan jelas tetap ada," kata analis ING dalam sebuah catatan.

"Marjin penyulingan yang lebih lemah tetap menjadi ciri, dengan kelemahan yang terutama didorong oleh distilasi menengah. Harga minyak mentah yang lebih kuat juga tidak akan membantu margin bagi penyuling."

Sementara itu, ekspor minyak dari Irak utara ke pelabuhan Turki Ceyhan terhenti hampir tiga minggu setelah kasus arbitrase memutuskan Ankara berutang kompensasi ke Bagdad untuk ekspor yang tidak sah.

Investor akan menunggu rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama China minggu ini, yang diperkirakan akan positif untuk harga-harga komoditas, kata analis CMC Markets Tina Teng.

Laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan AS juga dapat memberikan petunjuk untuk jalur kebijakan Federal Reserve dan lintasan dolar, tambahnya.

Greenback telah menguat bersamaan dengan kenaikan suku bunga, membuat minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Para pedagang bertaruh bahwa Fed akan menaikkan suku bunga pinjaman pada Mei sebesar seperempat persentase poin lagi dan mendorong ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun ini, seperti yang biasanya terjadi dalam perlambatan. [

Pasar memperkirakan peluang 78 perseni kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Mei, dengan pemotongan diperkirakan kurang dari 60 basis poin pada akhir tahun, kata Analis IG Tony Sycamore.

"(Itu) berarti beberapa penarik dukungan untuk permintaan minyak mentah dari ekspektasi penurunan suku bunga Fed mulai memudar," katanya.
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023