Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena para pedagang mempertimbangkan indikator permintaan yang lemah dari importir utama China dan prospek kenaikan suku bunga AS lebih lanjut terhadap potensi pengetatan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent menguat 15 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 84,18 dolar AS per barel pada pukul 06.00 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di 79,81 dolar AS per barel, terkerek 17 sen atau 0,2 persen.

Kedua harga acuan kehilangan sekitar 0,5 persen pada Selasa (22/8/2023).

Pasar menunggu petunjuk mengenai prospek suku bunga ketika pejabat Federal Reserve dan pembuat kebijakan dari bank sentral Eropa, bank sentral Inggris dan bank sentral Jepang mengunjungi Jackson Hole, Wyoming, untuk pertemuan tahunan akhir pekan ini.

“Investor enggan mengambil posisi besar menjelang simposium Jackson Hole karena mereka ingin mencari petunjuk mengenai langkah Federal Reserve AS selanjutnya,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, salah satu unit Nissan Securities.

"Kekhawatiran terhadap suku bunga yang lebih tinggi dan lesunya permintaan di China diperkirakan akan melebihi pengetatan pasokan dari OPEC+ dalam jangka pendek."

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, dianggap penting untuk menopang permintaan minyak selama sisa tahun ini. Pertumbuhannya yang lemah telah membuat pasar frustrasi karena stimulus yang dijanjikan telah jatuh jauh dari harapan, termasuk pemotongan yang lebih kecil dari perkiraan dalam suku bunga acuan pinjaman utama pada Senin (21/8/2023).

Di sisi pasokan, Arab Saudi telah secara sukarela mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari dari Juli hingga September, dan Rusia berencana untuk mengurangi ekspor pada Agustus sebesar 500.000 barel per hari.

Langkah-langkah ini adalah bagian dari kesepakatan antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, untuk membatasi pasokan dan mendukung harga.

Stok minyak mentah di Amerika Serikat terus turun, jatuh sekitar 2,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Agustus, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (22/8/2023). Penurunan tersebut sedikit lebih kecil dibandingkan penurunan sebesar 2,9 juta barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters.

"Menyusul penarikan besar-besaran 6,2 juta barel seminggu sebelumnya, kondisi pasokan secara keseluruhan masih terbatas," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG di Singapura.

Laporan mingguan dari Badan Informasi Energi, bagian statistik dari departemen energi AS, akan dirilis pada pukul 14.30 GMT pada Rabu.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023