New York (ANTARA) - Harga minyak melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) karena kenaikan dolar AS seiring kebijakan The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga stabil seperti yang diperkirakan namun tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada masa depan mempertimbangkan ekonomi AS yang kuat.
Kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Dolar yang kuat membuat pembelian bahan bakar menggunakan mata uang lain menjadi lebih mahal sehingga menekan harga.
Perdagangan berombak, dengan kedua harga minyak acuan itu naik lebih dari 2 dolar AS per barel pada awal kekhawatiran konflik Timur Tengah.
The Fed yang mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 mempertahankan suku bunga tetap stabil namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih jauh karena perekonomian AS yang kuat.
Dolar AS naik ke level tertinggi dalam empat minggu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Minyak mentah berjangka juga tertekan oleh peningkatan stok minyak mentah dan persediaan bensin AS pada minggu lalu karena pabrik penyulingan yang menjalani pemeliharaan musiman memulai kembali unitnya lebih lambat dari perkiraan untuk menghindari penumpukan stok bensin yang lebih besar.
Di Eropa, inflasi Oktober di zona Euro berada pada titik terendah dalam dua tahun terakhir, menurut data awal Eurostat. Hal itu memicu pandangan bahwa Bank Sentral Eropa kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara Bank of England diperkirakan akan bertemu pada Kamis.
Di China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, aktivitas pabrik secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober, berdasarkan sebuah survei swasta. Hal itu menambah angka resmi yang suram pada hari sebelumnya.
"Pasar minyak akan tetap terpaku pada prospek permintaan yang memburuk dan apakah perkembangan terbaru perang Israel-Hamas akan menyebabkan gangguan pasokan,” kata Moya dari OANDA.
Di Gaza, kelompok pertama orang-orang yang terluka dievakuasi ke Mesir, kata sebuah sumber dan media Mesir, ketika pasukan Israel terus melancarkan pertempuran melawan militan Hamas.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei meminta negara-negara Muslim untuk menghentikan ekspor minyak dan makanan ke Israel, serta menuntut diakhirinya pemboman terhadap Jalur Gaza, media pemerintah melaporkan.
Iran, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 2,5 juta barel per hari minyak mentah pada 2022, berdasarkan data energi AS.
Kepala Komoditas Investec Callum Macpherson mengatakan bahwa jika tidak ada ancaman terhadap produksi akibat perang, minyak mungkin akan kesulitan mempertahankan harga di kisaran tertinggi baru-baru ini tanpa dukungan dari OPEC+ hingga 2024, sehingga pertemuan mereka akhir bulan ini menjadi penting.
Sumber: Reuters