Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) didorong pengetatan pasokan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent naik 21 sen ke posisi 90,92 dolar AS per barel setelah jatuh ke 89,5 dolar AS per barel, terendah sejak 8 September.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 41 sen menjadi 89,23 dolar AS per barel usai sebelumnya menyentuh 87,76 dolar AS per barel, terendah sejak 12 September.
Harga minyak sebelumnya anjlok karena dolar AS menguat ke level tertinggi dalam 10 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya setelah data lowongan pekerjaan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih ketat, yang bisa mendorong The Federal Reserve menaikkan suku bunga pada bulan depan.
"Kami telah melihat peningkatan yang luar biasa dalam imbal hasil dan dolar, dan hal itu menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan pada masa mendatang," kata analis Price Futures Group Phil Flynn, dikutip dari Reuters.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan dolar yang lebih kuat membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, yang dapat mengurangi permintaan minyak. Investor terus mencermati perkembangan pasokan minyak seiring keputusan Arab Saudi dan Rusia pada bulan lalu untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak hingga akhir tahun. Kedua negara tersebut tergabung dalam OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.
Kelompok produsen minyak tersebut diperkirakan akan mempertahankan kebijakan tersebut pada Rabu (4/6/2023), yang akan membuat pasokan minyak tetap terbatas.
Berdasarkan survei Reuters, Arab Saudi diprediksi akan menaikkan harga penjualan resmi minyak mentah Arab Light ke Asia untuk bulan kelima secara berturut-turut.
Sementara Rusia tidak menetapkan kerangka waktu untuk larangan ekspor minyak yang dilakukan bulan lalu dan akan tetap mempertahankan kebijakan tersebut selama diperlukan guna menstabilkan harga dan mengatasi kekurangan pasokan di pasar domestik, Interfax mengutip perkataan Wakil Perdana Menteri Novak
Pembicaraan untuk memulai kembali ekspor minyak Irak melalui jalur pipa minyak mentah yang melintasi Turki masih berlangsung, kata seorang pejabat perminyakan Irak kepada Reuters, sehari setelah Turki menyatakan operasi akan mulai kembali pekan ini usai terhenti selama enam bulan.
"Teorinya, berdasarkan ketentuan kesepakatan OPEC+, produksi (di luar Dewan Kerjasama Teluk) seharusnya tetap datar selama kuartal IV. Namun, kepatuhan Irak yang tidak stabil pada masa lalu dan tingkat ekspor yang diperkirakan meningkat, asumsinya pipa tersebut akan kembali beroperasi sesuai rencana," kata analis Riset BMI.
Irak, produsen minyak terbesar kedua OPEC, juga menyatakan akan memberikan 30 proyek minyak dan gas baru dalam putaran perizinan kelima dan keenam.
Dalam pasokan AS, data industri menunjukkan stok minyak mentah AS turun sekitar 4,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 29 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa (3/10/2023).
Data stok minyak pemerintah AS akan dirilis pada Rabu (4/10/2023). Delapan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 500 ribu barel dalam pekan yang berakhir hingga 29 September.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023