Harga minyak naik tipis pada awal perdagangan, Kamis, yang memulihkan beberapa kerugian besar di sesi sebelumnya, setelah panel OPEC+ mempertahankan pengurangan produksi minyak untuk menjaga pasokan tetap terbatas di tengah kekhawatiran akan kemerosotan pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak turun lebih dari 5 dolar AS pada Rabu (4/10) karena prospek makroekonomi yang suram dan kehancuran permintaan bahan bakar menjadi fokus, menyusul pertemuan panel OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia.
Panel menteri OPEC+ tidak melakukan perubahan terhadap kebijakan produksi minyak kelompok tersebut dan Arab Saudi mengatakan akan melanjutkan pemotongan sukarela sebesar satu juta barel per hari (BPD) hingga akhir 2023, sementara Rusia akan mempertahankan pembatasan ekspor sukarela sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir Desember 2023.
"Kami terus melihat pasar mengalami defisit hingga kuartal keempat dan pelemahan harga mengurangi kemungkinan OPEC akan mengurangi kendala pasokan," kata analis National Australia Bank dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
Pada sisi negatifnya, perekonomian zona euro mungkin menyusut pada kuartal terakhir, menurut survei yang menunjukkan permintaan turun pada September saat laju tercepat dalam hampir tiga tahun, karena konsumen mengekang pengeluaran di tengah meningkatnya biaya pinjaman dan harga.
Sektor jasa AS juga melambat pada September karena pesanan baru turun ke level terendah dalam sembilan bulan, namun lajunya tetap konsisten dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang solid pada kuartal ketiga 2023.
"Harga bahan bakar mungkin lebih dekat dengan ambang batas yang dirasakan konsumen dibandingkan harga yang disesuaikan dengan inflasi," sebut JP Morgan dalam sebuah catatan.
Morgan memperkirakan harga minyak akan turun menjadi 86 dolar AS per barel pada akhir tahun dari harga tertinggi tahun ini sebesar 97 dolar AS per barel pada September 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023