Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari pada Rabu (15/11) mengatakan pasukan IDF telah menyerang Kompleks Medis Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza.
Hagari juga mengatakan bahwa telah ditemukan bukti yang "menunjukkan tanpa keraguan bahwa Hamas mengoperasikan pusat komando militer di dalam (rumah sakit itu)."
Namun, rekaman video dan foto yang dirilis oleh IDF di platform media sosial X hanya menunjukkan beberapa senjata dan amunisi, dengan bukti terbatas yang menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut merupakan markas militer, bertentangan dengan klaim yang berulang kali dilontarkan oleh Israel.
Foto-foto temuan tersebut menunjukkan senapan dan selongsong peluru, rompi dan seragam, sepatu, serta ikat kepala berwarna hijau yang diyakini digunakan oleh sayap militer Hamas.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh IDF, juru bicaranya Jonathan Conricus mengunjungi unit MRI di rumah sakit tersebut, memperlihatkan apa yang diklaimnya sebagai peralatan militer yang ditemukan di sana, serta sebuah laptop yang menurutnya memberikan "banyak bukti yang memberatkan."
Video itu juga memperlihatkan kerusakan pada gedung rumah sakit, termasuk pintu yang hancur total.
Sebagai respons, Hamas mengatakan bahwa pernyataan tentara Israel mengenai senjata-senjata yang ditemukan di Kompleks Medis Al-Shifa adalah "sebuah kebohongan terang-terangan yang digunakan untuk menjustifikasi kejahatannya yang bertujuan untuk menghancurkan sektor kesehatan di daerah kantong pesisir tersebut."
Direktur rumah sakit tersebut, Mohammed Abu Selmeia, mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel pada Rabu malam waktu setempat menarik pasukannya dari dalam Kompleks Al-Shifa, 16 jam setelah melakukan serangan, "tetapi tank dan pasukan ditempatkan sepenuhnya di sekitar kompleks."
Pada hari yang sama, sekitar 500 kerabat sandera Israel melanjutkan pawai mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memasuki hari kedua.
Sebelumnya pada hari yang sama, Abu Selmeia mengatakan puluhan karyawan Palestina ditahan oleh pasukan militer Israel yang memasuki rumah sakit dalam aksi yang diduga merupakan "operasi yang tertarget dan terpusat" terhadap Hamas.
Saat berbicara di hadapan para tentara di Israel selatan pada Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa pasukan Israel kemungkinan akan memperluas pertempuran di Jalur Gaza dari bagian utara hingga ke wilayah-wilayah lainnya.
"Mereka meminta kita untuk tidak memasuki Al-Shifa, tetapi kita memasukinya. Dengan semangat inilah kita sampaikan sesuatu yang sederhana: Tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kita jangkau," katanya.
Peringatan tersebut dilontarkan di tengah seruan untuk melakukan gencatan senjata dari organisasi-organisasi kemanusiaan internasional serta proposal baru Qatar untuk pembebasan sandera perempuan dan anak-anak, dengan pembebasan tahanan perempuan dan anak-anak Palestina yang disandera di Israel sebagai gantinya.
Pada hari yang sama, sekitar 500 kerabat sandera Israel melanjutkan pawai mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memasuki hari kedua.
Sementara itu, istri Netanyahu, Sara, mendesak agar para sandera yang ditahan di Gaza segera dibebaskan dan meminta pihak Palang Merah untuk segera mengunjungi mereka.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed bin Mohammad Al Ansari pada Rabu mengatakan bahwa terlepas dari upaya Qatar untuk memediasi pembebasan para sandera, serangan bom dari Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza mempersulit upaya penyelamatan sandera yang ditahan di sana.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza selama beberapa pekan terakhir dan mengepung wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober.
Dalam serangan pada 7 Oktober, militan Hamas menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas serta menyandera lebih dari 200 orang. Konflik tersebut juga merenggut nyawa lebih dari 11.500 warga Palestina di Gaza.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023
Hagari juga mengatakan bahwa telah ditemukan bukti yang "menunjukkan tanpa keraguan bahwa Hamas mengoperasikan pusat komando militer di dalam (rumah sakit itu)."
Namun, rekaman video dan foto yang dirilis oleh IDF di platform media sosial X hanya menunjukkan beberapa senjata dan amunisi, dengan bukti terbatas yang menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut merupakan markas militer, bertentangan dengan klaim yang berulang kali dilontarkan oleh Israel.
Foto-foto temuan tersebut menunjukkan senapan dan selongsong peluru, rompi dan seragam, sepatu, serta ikat kepala berwarna hijau yang diyakini digunakan oleh sayap militer Hamas.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh IDF, juru bicaranya Jonathan Conricus mengunjungi unit MRI di rumah sakit tersebut, memperlihatkan apa yang diklaimnya sebagai peralatan militer yang ditemukan di sana, serta sebuah laptop yang menurutnya memberikan "banyak bukti yang memberatkan."
Video itu juga memperlihatkan kerusakan pada gedung rumah sakit, termasuk pintu yang hancur total.
Sebagai respons, Hamas mengatakan bahwa pernyataan tentara Israel mengenai senjata-senjata yang ditemukan di Kompleks Medis Al-Shifa adalah "sebuah kebohongan terang-terangan yang digunakan untuk menjustifikasi kejahatannya yang bertujuan untuk menghancurkan sektor kesehatan di daerah kantong pesisir tersebut."
Direktur rumah sakit tersebut, Mohammed Abu Selmeia, mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel pada Rabu malam waktu setempat menarik pasukannya dari dalam Kompleks Al-Shifa, 16 jam setelah melakukan serangan, "tetapi tank dan pasukan ditempatkan sepenuhnya di sekitar kompleks."
Pada hari yang sama, sekitar 500 kerabat sandera Israel melanjutkan pawai mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memasuki hari kedua.
Sebelumnya pada hari yang sama, Abu Selmeia mengatakan puluhan karyawan Palestina ditahan oleh pasukan militer Israel yang memasuki rumah sakit dalam aksi yang diduga merupakan "operasi yang tertarget dan terpusat" terhadap Hamas.
Saat berbicara di hadapan para tentara di Israel selatan pada Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa pasukan Israel kemungkinan akan memperluas pertempuran di Jalur Gaza dari bagian utara hingga ke wilayah-wilayah lainnya.
"Mereka meminta kita untuk tidak memasuki Al-Shifa, tetapi kita memasukinya. Dengan semangat inilah kita sampaikan sesuatu yang sederhana: Tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kita jangkau," katanya.
Peringatan tersebut dilontarkan di tengah seruan untuk melakukan gencatan senjata dari organisasi-organisasi kemanusiaan internasional serta proposal baru Qatar untuk pembebasan sandera perempuan dan anak-anak, dengan pembebasan tahanan perempuan dan anak-anak Palestina yang disandera di Israel sebagai gantinya.
Pada hari yang sama, sekitar 500 kerabat sandera Israel melanjutkan pawai mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memasuki hari kedua.
Sementara itu, istri Netanyahu, Sara, mendesak agar para sandera yang ditahan di Gaza segera dibebaskan dan meminta pihak Palang Merah untuk segera mengunjungi mereka.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed bin Mohammad Al Ansari pada Rabu mengatakan bahwa terlepas dari upaya Qatar untuk memediasi pembebasan para sandera, serangan bom dari Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza mempersulit upaya penyelamatan sandera yang ditahan di sana.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza selama beberapa pekan terakhir dan mengepung wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas terhadap Israel selatan pada 7 Oktober.
Dalam serangan pada 7 Oktober, militan Hamas menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas serta menyandera lebih dari 200 orang. Konflik tersebut juga merenggut nyawa lebih dari 11.500 warga Palestina di Gaza.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023