Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) berupaya menggalakkan kembali lagu-lagu anak di masyarakat melalui program Kita Cinta Lagu Anak (KILA).

"Kita di dua dekade ini, tahun 2000-2020 seakan-akan kehilangan lagu khusus anak, baik lagunya makin jarang diciptakan, penata musik, dan idola. Setelah Tasya jarang menemukan," kata Ketua Tim Kerja Apresiasi dan Literasi Musik Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Edi Irawan di sela kegiatan Pentas Musik Sahabat Anak Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Kamis.

Ia mengatakan sebetulnya ada banyak penyanyi anak baik di tingkat lokal maupun nasional. Meski demikian, kebanyakan menyanyikan lagu yang tidak sesuai dengan usianya.

"Misalnya Ojo Dibandingke, itu kan nilai edukasi maupun literasinya nggak sesuai. Berangkat dari keprihatinan itu kami ada direktorat yang dibentuk untuk mengantisipasi hal itu, yakni Direktorat Perfilman, Musik, dan Media," katanya.

Ia mengatakan tujuan dari dibentuknya direktorat tersebut untuk memajukan perfilman nasional dan industri musik nasional.

Sementara itu, untuk mendapatkan lagu anak yang sesuai dengan usianya, pihaknya memfokuskan pada penciptaan, perekaman, dan pementasan lagu anak.

"Jadi agar mendapatkan lagu yang baik dan sesuai dengan anak kami menyelenggarakan lomba cipta lagu anak. Ada dua kriteria, yakni 3-7 tahun dan 8-13 tahun. Jadi segmentasinya beda. Ada PAUD, SD, dan SMP," katanya.

Selanjutnya, ia juga ingin agar kalangan pemusik peduli lagu-lagu anak, salah satunya dengan membuat aransemen musiknya.

"Jadi ada lomba aransemen, dimotori oleh Dian HP dan Purwacaraka. Selain itu, juga ada pementasan. Pasti kan butuh penyanyi baru yang punya karakteristik," katanya.

Ia mengatakan Indonesia kaya akan penyanyi. Bahkan setiap tahun, para pemenang berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari Pulau Jawa tetapi juga Medan, Makassar, Padang, Lampung.

"Setelah terkumpul banyak lagu yang dilakukan adalah sosialisasi. Sementara ini kami lihat ke kota, kabupaten, provinsi, salah satunya Solo. Tahun ini akan ada lomba lagi, ini baru langkah kecil. Suatu saat ada langkah masif, gerakan nasional bahwa kita butuh lagu anak," katanya.

Ia menilai sangat disayangkan apabila anak-anak hanya mendengarkan lagu K-Pop.

"Mereka butuh asupan positif, karena lagu bisa mengubah segalanya," katanya.

Sementara itu, diakuinya, tantangan yang dihadapi saat ini adalah pelaku bisnis tidak melihat ceruk ini.

"Investasi lagu anak belum tentu mendatangkan omzet seperti industri lagu lain. Ini perlu intervensi pemerintah, kalau sudah ada ekosistemnya, orang akan punya kebutuhan," katanya.*

Pewarta: Aris Wasita

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024