Kementerian Kesehatan menargetkan sekitar 230 kabupaten dan kota di Indonesia dapat melakukan uji coba penerapan nyamuk Wolbachia dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sebagai upaya mengurangi penyebaran demam berdarah dengue (DBD).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr. Imram Pambudi di Batam, Kamis, mengatakan hingga saat ini terdapat lima wilayah kota yang disebar nyamuk Wolbachia yaitu Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).
"Target kami mungkin dalam lima tahun ke depan itu paling tidak ada sekitar 230 kabupaten/kota yang kita sasar sebagai lokasi untuk Wolbachia. Itu daerah-daerah yang tinggi terhadap kasus dengue," kata Imram.
Ia menyebutkan untuk Kota Batam, Kepulauan Riau belum memerlukan uji coba pelepasan nyamuk ber-wolbachia untuk menekan kasus DBD, sebab di wilayah setempat terjadi anomali kasus DBD dibandingkan daerah lainnya.
Kasus DBD terus meningkat tiap tahunnya di daerah lain, sedangkan di Kota Batam jumlah yang terpapar DBD mengalami penurunan sejak tahun 2022 - 2023.
"Pada tahun 2023, Dinkes Kota Batam mencatat sebanyak 376 kasus DBD. Sedangkan pada tahun 2024 ada 181 kasus. Jadi dalam tahap ini belum perlu untuk metode nyamuk ber-wolbachia," kata dia.
Ia menjelaskan Indonesia juga bukan satu satunya negara yang menggunakan teknologi nyamuk ber-wolbachia, seperti Singapura, Vietnam, Brazil, Australia telah melakukan penerapan tersebut.
"Nyamuk ber-wolbachia ini bukan hanya di Indonesia saja dan terbukti efektif digunakan di beberapa negara tersebut," kata dia.
Imram menyampaikan cara kerja dari bakteri wolbachia yaitu, jika diinfeksikan ke nyamuk aedes aegypti, maka darah yang disedot, virusnya mati di tubuh nyamuk yang sudah diinfeksikan virus wolbachia.
"Jadi ketika nyamuk tersebut menggigit seseorang lagi, itu tidak bisa menularkan virus dengue-nya, beginilah cara kerjanya. Tetapi metodenya, nyamuk ber-wolbachia ini baru bisa berefek kalau populasi nyamuk aedes aigpty ber-wolbachia sudah lebih dari 60 persen," kata Imram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr. Imram Pambudi di Batam, Kamis, mengatakan hingga saat ini terdapat lima wilayah kota yang disebar nyamuk Wolbachia yaitu Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).
"Target kami mungkin dalam lima tahun ke depan itu paling tidak ada sekitar 230 kabupaten/kota yang kita sasar sebagai lokasi untuk Wolbachia. Itu daerah-daerah yang tinggi terhadap kasus dengue," kata Imram.
Ia menyebutkan untuk Kota Batam, Kepulauan Riau belum memerlukan uji coba pelepasan nyamuk ber-wolbachia untuk menekan kasus DBD, sebab di wilayah setempat terjadi anomali kasus DBD dibandingkan daerah lainnya.
Kasus DBD terus meningkat tiap tahunnya di daerah lain, sedangkan di Kota Batam jumlah yang terpapar DBD mengalami penurunan sejak tahun 2022 - 2023.
"Pada tahun 2023, Dinkes Kota Batam mencatat sebanyak 376 kasus DBD. Sedangkan pada tahun 2024 ada 181 kasus. Jadi dalam tahap ini belum perlu untuk metode nyamuk ber-wolbachia," kata dia.
Ia menjelaskan Indonesia juga bukan satu satunya negara yang menggunakan teknologi nyamuk ber-wolbachia, seperti Singapura, Vietnam, Brazil, Australia telah melakukan penerapan tersebut.
"Nyamuk ber-wolbachia ini bukan hanya di Indonesia saja dan terbukti efektif digunakan di beberapa negara tersebut," kata dia.
Imram menyampaikan cara kerja dari bakteri wolbachia yaitu, jika diinfeksikan ke nyamuk aedes aegypti, maka darah yang disedot, virusnya mati di tubuh nyamuk yang sudah diinfeksikan virus wolbachia.
"Jadi ketika nyamuk tersebut menggigit seseorang lagi, itu tidak bisa menularkan virus dengue-nya, beginilah cara kerjanya. Tetapi metodenya, nyamuk ber-wolbachia ini baru bisa berefek kalau populasi nyamuk aedes aigpty ber-wolbachia sudah lebih dari 60 persen," kata Imram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024