Presiden AS Joe Biden bertekad menjadi penengah untuk mengakhiri perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, di mana lebih dari 38.000 warga Palestina telah tewas.
Berbicara kepada wartawan usai KTT NATO di Washington, Kamis (11/7), Biden mengatakan bahwa Israel dan kelompok Hamas Palestina telah menyetujui "kerangka kerja" kesepakatan dengan para perunding yang saat ini sedang berupaya menyelesaikan rinciannya.
"Ini adalah masalah yang sulit dan kompleks. Masih ada perbedaan yang harus dijembatani, tetapi kami membuat kemajuan. Trennya positif," kata Biden.
"Dan saya bertekad untuk menyelesaikan kesepakatan (gencatan senjata) ini dan mengakhiri perang, yang seharusnya berakhir sekarang," ujarnya, menegaskan.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Gaza selama sembilan bulan terakhir sebagai balasan atas serangan lintas batas yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Dalam serangan itu, Hamas disebut menewaskan sekitar 1.200 korban di pihak Israel dan membawa 250 orang ke Gaza sebagai sandera.
Sementara itu, serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, yang penduduknya kelaparan karena terbatasnya pengiriman bantuan kemanusiaan.
AS berupaya menyusun solusi sementara untuk masalah pengiriman bantuan dengan membangun dermaga sementara di pantai Gaza.
Pembangunan selesai pada 17 Mei, tetapi Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengumumkan pada Kamis bahwa semua operasi akan dihentikan dan dermaga akan dibongkar setelah serangkaian kecelakaan dan ketidakmampuan untuk mendapatkan bantuan bagi warga Palestina yang kelaparan dan sangat membutuhkan.
“Saya mengantisipasi bahwa dalam waktu yang relatif singkat, kami akan menghentikan operasi dermaga. Masalah sebenarnya saat ini bukanlah tentang memasukkan bantuan ke Gaza. Ini tentang mengirimkan bantuan di sekitar Gaza secara efektif," kata Sullivan di sela-sela KTT NATO.
Program Pangan Dunia (WFP) sebagai mitra utama AS yang berupaya memfasilitasi pengiriman dari lokasi tersebut, menghentikan operasinya setelah Israel menjalankan operasi penyelamatan sandera pada Juni, ketika dua gudang WFP terkena roket.
Biden mengatakan bahwa ia kecewa dengan kegagalan operasi di dermaga tersebut.
Sejak dermaga mulai beroperasi pada 17 Mei, lebih dari 8.100 metrik ton bantuan kemanusiaan telah dikirim dari fasilitas tersebut ke area pengumpulan, di mana bantuan tersebut akan dikumpulkan oleh organisasi-organisasi kemanusiaan untuk pengiriman dan distribusi selanjutnya, kata Pentagon.
Sebagian besar bantuan tersebut sekarang kemungkinan akan dikumpulkan dan diangkut pergi karena kegagalan distribusi.
Biden menyatakan harapannya agar ia lebih bisa meyakinkan Israel, tetapi dia meyakini ada peluang penting untuk segera mengakhiri perang.
"Bukan berarti kita harus berhenti mengejar Sinwar dan Hamas, dan jika Anda perhatikan, Anda tahu lebih baik daripada kebanyakan orang, ada ketidakpuasan yang berkembang di Tepi Barat dari Palestina terhadap Hamas. Hamas tidak populer sekarang," kata dia, merujuk pada pejabat senior Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Berbicara kepada wartawan usai KTT NATO di Washington, Kamis (11/7), Biden mengatakan bahwa Israel dan kelompok Hamas Palestina telah menyetujui "kerangka kerja" kesepakatan dengan para perunding yang saat ini sedang berupaya menyelesaikan rinciannya.
"Ini adalah masalah yang sulit dan kompleks. Masih ada perbedaan yang harus dijembatani, tetapi kami membuat kemajuan. Trennya positif," kata Biden.
"Dan saya bertekad untuk menyelesaikan kesepakatan (gencatan senjata) ini dan mengakhiri perang, yang seharusnya berakhir sekarang," ujarnya, menegaskan.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Gaza selama sembilan bulan terakhir sebagai balasan atas serangan lintas batas yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Dalam serangan itu, Hamas disebut menewaskan sekitar 1.200 korban di pihak Israel dan membawa 250 orang ke Gaza sebagai sandera.
Sementara itu, serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, yang penduduknya kelaparan karena terbatasnya pengiriman bantuan kemanusiaan.
AS berupaya menyusun solusi sementara untuk masalah pengiriman bantuan dengan membangun dermaga sementara di pantai Gaza.
Pembangunan selesai pada 17 Mei, tetapi Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengumumkan pada Kamis bahwa semua operasi akan dihentikan dan dermaga akan dibongkar setelah serangkaian kecelakaan dan ketidakmampuan untuk mendapatkan bantuan bagi warga Palestina yang kelaparan dan sangat membutuhkan.
“Saya mengantisipasi bahwa dalam waktu yang relatif singkat, kami akan menghentikan operasi dermaga. Masalah sebenarnya saat ini bukanlah tentang memasukkan bantuan ke Gaza. Ini tentang mengirimkan bantuan di sekitar Gaza secara efektif," kata Sullivan di sela-sela KTT NATO.
Program Pangan Dunia (WFP) sebagai mitra utama AS yang berupaya memfasilitasi pengiriman dari lokasi tersebut, menghentikan operasinya setelah Israel menjalankan operasi penyelamatan sandera pada Juni, ketika dua gudang WFP terkena roket.
Biden mengatakan bahwa ia kecewa dengan kegagalan operasi di dermaga tersebut.
Sejak dermaga mulai beroperasi pada 17 Mei, lebih dari 8.100 metrik ton bantuan kemanusiaan telah dikirim dari fasilitas tersebut ke area pengumpulan, di mana bantuan tersebut akan dikumpulkan oleh organisasi-organisasi kemanusiaan untuk pengiriman dan distribusi selanjutnya, kata Pentagon.
Sebagian besar bantuan tersebut sekarang kemungkinan akan dikumpulkan dan diangkut pergi karena kegagalan distribusi.
Biden menyatakan harapannya agar ia lebih bisa meyakinkan Israel, tetapi dia meyakini ada peluang penting untuk segera mengakhiri perang.
"Bukan berarti kita harus berhenti mengejar Sinwar dan Hamas, dan jika Anda perhatikan, Anda tahu lebih baik daripada kebanyakan orang, ada ketidakpuasan yang berkembang di Tepi Barat dari Palestina terhadap Hamas. Hamas tidak populer sekarang," kata dia, merujuk pada pejabat senior Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024