Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Rabu, naik seiring dengan tingkat inflasi Indonesia yang berada dalam kisaran sasaran bank sentral.
Pada akhir perdagangan Rabu, rupiah ditutup menanjak 46 poin atau 0,30 persen menjadi Rp15.480 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.526 per dolar AS.
"Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 2,12 persen, sejalan dengan ekspektasi pasar dan berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5 persen," kata analis Finex, Brahmantya Himawan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Angka inflasi terbaru tidak banyak berubah dari angka 2,13 persen pada Juli 2024, namun karena harga pangan naik ke level terendah dalam 13 bulan di tengah melimpahnya pasokan beras karena musim panen mundur dari yang seharusnya bulan Maret menjadi Mei.
Namun, menurut Brahmantya, permintaan importir terhadap dolar AS akan kembali meningkat, penghindaran risiko akan membebani rupiah, dan mata uang safe-haven seperti dolar AS mungkin menguat terhadap dolar.
Semua perhatian pelaku pasar pada Jumat akan tertuju pada aktor utama fundamental awal bulan yaitu Non-farm Payrolls (NFP) AS untuk Agustus 2024. Hal itu dapat memberikan beberapa petunjuk mengenai pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed tahun ini yang dinantikan seluruh dunia mengenai dampak yang akan terjadi akankah soft landing maupun hard landing.
"Pemangkasan suku bunga berpotensi menjadi angin segar bagi rupiah dan membuat geliat ekonomi serta pertumbuhan bisnis pada tahun depan," ujarnya.
Tidak hanya itu, fenomena demonstrasi besar-besaran di Israel yang menyerukan gencatan senjata oleh warga Israel sendiri dapat menjadi kabar baik bagi geopolitik saat ini yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi untuk mereda, hal tersebut juga dapat mengurangi permintaan akan mata uang safe haven dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu meningkat ke level Rp15.490 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.557 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Pada akhir perdagangan Rabu, rupiah ditutup menanjak 46 poin atau 0,30 persen menjadi Rp15.480 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.526 per dolar AS.
"Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 2,12 persen, sejalan dengan ekspektasi pasar dan berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5 persen," kata analis Finex, Brahmantya Himawan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Angka inflasi terbaru tidak banyak berubah dari angka 2,13 persen pada Juli 2024, namun karena harga pangan naik ke level terendah dalam 13 bulan di tengah melimpahnya pasokan beras karena musim panen mundur dari yang seharusnya bulan Maret menjadi Mei.
Namun, menurut Brahmantya, permintaan importir terhadap dolar AS akan kembali meningkat, penghindaran risiko akan membebani rupiah, dan mata uang safe-haven seperti dolar AS mungkin menguat terhadap dolar.
Semua perhatian pelaku pasar pada Jumat akan tertuju pada aktor utama fundamental awal bulan yaitu Non-farm Payrolls (NFP) AS untuk Agustus 2024. Hal itu dapat memberikan beberapa petunjuk mengenai pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed tahun ini yang dinantikan seluruh dunia mengenai dampak yang akan terjadi akankah soft landing maupun hard landing.
"Pemangkasan suku bunga berpotensi menjadi angin segar bagi rupiah dan membuat geliat ekonomi serta pertumbuhan bisnis pada tahun depan," ujarnya.
Tidak hanya itu, fenomena demonstrasi besar-besaran di Israel yang menyerukan gencatan senjata oleh warga Israel sendiri dapat menjadi kabar baik bagi geopolitik saat ini yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi untuk mereda, hal tersebut juga dapat mengurangi permintaan akan mata uang safe haven dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu meningkat ke level Rp15.490 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.557 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024