Orang dengan HIV dapat menjalani prosedur transplantasi secara aman dengan sumbangan ginjal dari donor positif HIV yang telah meninggal menurut hasil penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada Rabu (16/10).
Sebagaimana dikutip oleh Hindustan Times, penelitian baru itu dilakukan dengan mengamati 198 prosedur transplantasi ginjal yang dilakukan di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan hasil yang serupa dari prosedur transplantasi terlepas dari apakah sumbangan organ berasal dari orang dengan atau tanpa HIV.
Peserta penelitian tersebut positif HIV, mengalami gagal ginjal, dan setuju menerima organ dari donor yang telah meninggal dengan HIV positif atau donor yang telah meninggal dengan HIV negatif, tergantung ginjal mana yang tersedia lebih dulu.
Para peneliti mengikuti penerima organ hingga empat tahun serta membandingkan separuh peserta yang menerima ginjal dari donor positif HIV dengan mereka yang ginjalnya berasal dari donor yang tidak mengidap HIV.
Hasil penelitian menunjukkan, kedua kelompok memiliki tingkat kelangsungan hidup keseluruhan tinggi dan tingkat penolakan organ rendah.
Kadar virus meningkat pada 13 pasien dalam kelompok donor positif HIV dan pada empat pasien dalam kelompok lainnya, sebagian besar terkait dengan kegagalan pasien minum obat HIV secara konsisten dan dalam semua kasus kembali ke tingkat sangat rendah atau tidak terdeteksi.
"Hal ini menunjukkan keamanan dan hasil fantastis yang kami lihat dari transplantasi ini," kata salah satu penulis hasil studi Dr. Dorry Segev dari NYU Langone Health.
Carrie Foote, profesor sosiologi dari Universitas Indiana di Indianapolis, mengemukakan bahwa selama ini orang dengan HIV dicegah mendaftar menjadi donor organ karena stigma serta undang-undang dan kebijakan negara yang sudah ketinggalan zaman.
"Kami tidak hanya dapat membantu mereka yang hidup dengan penyakit ini, tetapi kami juga dapat membebaskan lebih banyak organ dalam kumpulan organ sehingga mereka yang tidak mengidap HIV dapat memperoleh organ lebih cepat," kata Foote, yang positif HIV dan merupakan pendonor organ terdaftar.
Dalam tajuk rencana di jurnal, Dr. Elmi Muller dari Universitas Stellenbosch di Afrika Selatan memperkirakan penelitian baru ini akan berdampak luas di banyak negara yang sebelumnya tidak melakukan transplantasi organ dari orang dengan HIV.
"Yang terpenting, kami telah mengambil langkah lebih jauh menuju keadilan dan kesetaraan bagi orang yang hidup dengan HIV," tulis Muller, yang mempelopori praktik tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
Sebagaimana dikutip oleh Hindustan Times, penelitian baru itu dilakukan dengan mengamati 198 prosedur transplantasi ginjal yang dilakukan di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan hasil yang serupa dari prosedur transplantasi terlepas dari apakah sumbangan organ berasal dari orang dengan atau tanpa HIV.
Peserta penelitian tersebut positif HIV, mengalami gagal ginjal, dan setuju menerima organ dari donor yang telah meninggal dengan HIV positif atau donor yang telah meninggal dengan HIV negatif, tergantung ginjal mana yang tersedia lebih dulu.
Para peneliti mengikuti penerima organ hingga empat tahun serta membandingkan separuh peserta yang menerima ginjal dari donor positif HIV dengan mereka yang ginjalnya berasal dari donor yang tidak mengidap HIV.
Hasil penelitian menunjukkan, kedua kelompok memiliki tingkat kelangsungan hidup keseluruhan tinggi dan tingkat penolakan organ rendah.
Kadar virus meningkat pada 13 pasien dalam kelompok donor positif HIV dan pada empat pasien dalam kelompok lainnya, sebagian besar terkait dengan kegagalan pasien minum obat HIV secara konsisten dan dalam semua kasus kembali ke tingkat sangat rendah atau tidak terdeteksi.
"Hal ini menunjukkan keamanan dan hasil fantastis yang kami lihat dari transplantasi ini," kata salah satu penulis hasil studi Dr. Dorry Segev dari NYU Langone Health.
Carrie Foote, profesor sosiologi dari Universitas Indiana di Indianapolis, mengemukakan bahwa selama ini orang dengan HIV dicegah mendaftar menjadi donor organ karena stigma serta undang-undang dan kebijakan negara yang sudah ketinggalan zaman.
"Kami tidak hanya dapat membantu mereka yang hidup dengan penyakit ini, tetapi kami juga dapat membebaskan lebih banyak organ dalam kumpulan organ sehingga mereka yang tidak mengidap HIV dapat memperoleh organ lebih cepat," kata Foote, yang positif HIV dan merupakan pendonor organ terdaftar.
Dalam tajuk rencana di jurnal, Dr. Elmi Muller dari Universitas Stellenbosch di Afrika Selatan memperkirakan penelitian baru ini akan berdampak luas di banyak negara yang sebelumnya tidak melakukan transplantasi organ dari orang dengan HIV.
"Yang terpenting, kami telah mengambil langkah lebih jauh menuju keadilan dan kesetaraan bagi orang yang hidup dengan HIV," tulis Muller, yang mempelopori praktik tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024