Pada tanggal 15 November 2024 lalu, terjadi sebuah fenomena alam yang disebut sebagai supermoon, yang terjadi ketika posisi bulan berada amat dekat dengan bumi dalam porosnya.

Mengutip laporan Women’s Health di Jakarta pada Minggu (17/11), dokter spesialis syaraf Universitas Oxford Dr. Faye Begeti mengatakan terdapat beberapa teori spekulatif yang menyebabkan supermoon mempengaruhi pola tidur seseorang.

Teori pertama supermoon mempengaruhi pola tidur seseorang adalah soal gravitasi. Gravitasi bulan, yang menyebabkan pasang-surut air laut, terlalu lemah untuk berdampak kepada tubuh manusia.

Teori lain mengatakan supermoon memancarkan lebih banyak cahaya sehingga menyebabkan sulit tidur. Menurut Begeti, kecerahannya tidak seberapa dibandingkan dengan lampu buatan di rumah, yang lebih mungkin mengganggu pola tidur.

“Bagi seorang ahli syaraf seperti saya, penjelasan yang paling meyakinkan tentang bagaimana bulan mengganggu tidur sebenarnya adalah psikologis. Orang terkadang mengabaikan efek psikologis sebagai 'kurang nyata', tapi, efek tersebut dapat berdampak signifikan pada biologi kita,” kata dia.

Begeti bermitra dengan Holiday Inn Express mengadakan survei untuk mempelajari kebiasaan tidur. 

Hasilnya menunjukkan hampir sepertiga warga Inggris mengatakan bahwa fase bulan yang berbeda memengaruhi tidur mereka. Di antara mereka yang terpengaruh, 51 persen orang berusia 25-34 tahun melaporkan kesulitan tidur selama bulan purnama.

Hal yang membuat orang sulit tidur ketika fenomena supermoon, menurut survei tersebut, adalah kecemasan dan pikiran. Sebanyak 36 persen responden survei mengakui hal tersebut

Supermoon, menurut Begeti, dapat menimbulkan rasa senang menyambut fenomena tersebut sehingga pikiran tetap waspada, sama halnya ketika menjelang hari libur.

Agar pola tidur terjaga dengan baik, sang dokter menyarankan untuk tidak banyak menggunakan perangkat elektronik pada malam hari. Cahaya biru dari gawai bisa menjadi penyebab gangguan tidur.

“Yang benar-benar penting adalah konten yang kita konsumsi. Terlibat dengan berita yang menegangkan, email kantor, atau interaksi sosial yang merangsang dapat membuat kita tetap waspada sehingga pikiran lebih sulit untuk rileks,” ucap Begeti.
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024