Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya kerja sama dunia pada sektor pangan terutama dalam menghadapi berbagai tantangan global.
”Semoga pertemuan ini bisa menjawab kegelisahan yang dirasakan banyak dunia terhadap berbagai tantangan, termasuk potensi krisis global dunia,” ungkap Mentan dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.
Pada konferensi yang diadakan pertama kali oleh FAO tersebut, Yasin menuturkan potensi krisis pangan global bisa menimbulkan banyak permasalahan bagi masyarakat dunia. Menurutnya, kinerja sektor pangan bisa berpengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
”Kalau pangan tidak tersedia, kondisi pemerintahan bisa tidak stabil. Masalah politik juga akan terjadi,” sebutnya.
Untuk itu, dirinya menilai perlu ada paradigma baru dalam pengelolaan pangan di tingkat global. Ia juga berharap FAO bisa mengambil peran dalam hadirnya paradigma baru itu.
“Konferensi ini harus bisa menghasilkan rekomendasi yang bisa dibawa dan diimplementasikan oleh negara-negara yang menjadi peserta konferensi ini,” tuturnya.
Ia mengatakan, selain paradigma baru dalam pengelolaan pangan, juga adanya arah yang jelas tentang pengolahan, terutama menyangkut industri hilir. Tidak hanya pada produksi, namun produk-produk yang dihasilkan harus mendapatkan pasar yang jelas.
Adapun pada saat memberikan sambutan pembuka, Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu menyebutkan dunia membutuhkan solusi dan rencana aksi atas permasalahan yang dihadapi oleh sektor pangan terutama industri peternakan.
”Kira harus bersama-sama memperbaiki masalah. Tidak hanya komplain, kita butuh solusi. Dengan alasan itulah konferensi ini didesain,” ujar Qu.
Forum Global Conference on Sustainable Livestock Transformation merupakan forum internasional yang diorganisir oleh FAO untuk menyediakan platform bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk saling berbagi pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan menetapkan prioritas dalam transformasi sistem peternakan berkelanjutan. Mentan RI berbicara pada panel high-level bersama dengan Menteri dan Perwakilan Tingkat Tinggi dari negara Uruguay, Somalia dan Australia.