Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri telah mengevakuasi sebanyak 926 orang warga negara Indonesia dari wilayah Sudan setelah terjadinya serangan artileri di El Fasher, ibu kota Negara Bagian North Darfur, di Sudan barat.
"Sudah 926 orang WNI dievakuasi, ada sekitar 40-an WNI tetap tinggal di Sudan dan memilih tinggal di Sudan karena alasan pekerjaan atau alasan keluarga," kata Menlu Retno Marsudi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan dari acting Menteri Luar Negeri Sudan Hussein Awad Ali Mohammed.
Dalam agenda tersebut, kata Retno, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan otoritas Sudan selama proses evakuasi WNI bergulir.
"Evakuasi kemarin di Sudan bukan evakuasi yang mudah karena menyangkut jumlah yang banyak dan juga situasinya sangat tidak kondusif," katanya.
Retno mengatakan pihak Sudan juga menyampaikan bahwa operasional KBRI yang semula berada di Khartoum telah dioperasikan dari Port Sudan dengan alasan keamanan.
"Salah satu yang diapresiasi juga sampai saat ini dari pihak Sudan mengatakan bahwa KBRI Indonesia masih ada di Khartoum, tetapi karena alasan keamanan, saat ini KBRI beroperasi dari Port Sudan," katanya.
Menlu Retno menmbahkan jumlah orang yang mengungsi ke luar wilayah Sudan sudah mencapai 4 juta orang.
Selain menghadapi ketegangan perang, kata Retno, Sudan pada saat ini juga menghadapi berbagai tantangan kesehatan, antara lain penanganan Monkeypox, dengue, malaria, dan malnutrisi.
Anadolu-OANA melaporkan El Fasher telah menjadi lokasi bentrokan antara tentara Sudan dan RSF sejak 10 Mei, meski muncul peringatan internasional untuk tidak melakukan pertempuran di kota itu, yang berfungsi sebagai pusat operasi kemanusiaan untuk kawasan barat Darfur yang luas.
Sejak pertengahan April tahun lalu, tentara Sudan dan RSF telah terlibat dalam konflik yang telah merenggut 18.800 nyawa dan menyebabkan sekitar 10 juta orang mengungsi, menurut PBB.