Jakarta (ANTARA Jambi) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) kembali mempersiapkan kedelai varietas  baru dengan keunggulan super genjah dimana umur dari mulai tanam hingga panen hanya 65 hari.

"Dengan umur yang pendek ini petani di banyak daerah seperti di sepanjang pantai utara Jawa, bisa memanfaatkan fase bera (masa sebelum tanam baru) dua bulannya, yakni ketika sawah kering, untuk menanam kedelai," kata pemulia kedelai dari BATAN Harry Is Mulyani di Jakarta, Kamis.

Galur baru kedelai hasil iradiasi nuklir dan diberi kode Q298 ini masih dalam proses pengajuan proposal untuk dinilai oleh Tim Pelepasan Varietas di Kementerian Pertanian.

Jika sudah disidang dan lulus uji akan dilepas oleh Mentan sebagai varietas.

Selain memiliki keunggulan super genjah, galur baru ini tahan hama kutu hijau (aphis) pembawa virus kedelai yang bisa menurunkan produksi hingga 80 persen dan tahan penyakit karat daun yang disebabkan cendawan dan juga dapat menurunkan hasil produksi sebesar 20-80 persen.

Sedangkan produktivitasnya rata-rata adalah dua ton per hektare ketika diuji adaptasi di delapan lokasi, dengan potensi tiga ton per hektare, sedangkan ukuran biji kedelainya 12 gram per 100 butir.

Sebelumnya BATAN sudah mengeluarkan varietas kedelai yang juga merupakan hasil iradiasi nuklir seperti Rajabasa, Mitani dan Mutiara I. Rajabasa sudah dilepas sejak 2004, Mitani pada 2008, sedangkan Mutiara I pada 2010.

 Dibanding Mutiara I yang diperkenalkan BATAN tahun lalu, galur baru ini memang masih kalah dari segi produktivitas dimana produktivitas Mutiara I cukup tinggi, mencapai rata-rata 2,3 ton per hektare, bahkan potensinya di daerah tertentu bisa sampai empat ton per hektare.

Selain itu Mutiara I juga berukuran besar mencapai 23 gram per 100 butir,  sehingga lebih bagus untuk dibuat tempe, serta tahan selain penyakit karat daun juga  penyakit penggerek pucuk.

"Hanya saja Mutiara I tidak super genjah seperti galur baru ini, karena umurnya dari tanam sampai panen sampai 82 hari itu atau 3-4 kali tanam dalam setahun," tambahnya.

Galur Q298 ini cocok untuk lahan sawah seperti halnya Mutiara I, sedangkan varietas Rajabasa cocok di lahan marjinal seperti lahan masam, lahan gambut dan lahan pasang surut, dan Mitani lebih cocok di lahan kering atau tegalan.(D009)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012